Terdengar sebuah baja seberat ratusan ton menghantam sungai, lalu meluncur di atas air. Ternyata, itu adalah Pesawat Garuda Indonesia yang dipiloti Abdul Rozaq. Pesawat itu mengapung di atas Sungai Bengawan Solo. Peristiwa ini terjadi pada 16 Januari 2012 di Jawa Tengah.
Bermula saat pesawat harus menghadapi cuaca buruk di langit wilayah Solo. Rozaq terpaksa masuk ke dalam badai yang dikenal dengan Awan Kumulonimbus. Pesawat tidak bisa bermanuver ke kanan atau kiri. Dia pun pasrah.
“Saat itu di kanan pesawat ada gunung. Jadi mau-tidak mau saya harus masuk awan kumulonimbus. Peristiwa berlangsung cepat,” kata Rozaq di Kantor Otoritas Bandara Wilayah 1 Soekarno-Hatta, Senin (29/12/2014) malam dikutip dari CNN Indonesia.
Keadaan itu membuat pikiran Rozaq didominasi persepsi pesawat akan jatuh dan meledak. Seketika, dia teringat Allah SWT, lalu bergeming dan berpasrah diri. Dia pun mengosongkan pikiran dan menutup mata. Tidak lama kemudian, pesawat mendarat di atas Sungai Bengawan Solo.
Kepasrahan yang dilakukan Rozaq tersebut dikenal dengan istilah Zero Mind Process. Menurut pendiri ESQ Leadership Center, Ary Ginanjar Agustian, Zero Mind Process adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan kepasrahan penuh kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam keadaan apapun. Itu dia ungkapkan melalui narasinya dalam sebuah video Emotional Spiritual Quotion (ESQ).
Zero Mind itu sendiri berarti mengosongkan pikiran atas problem dunia. Sedangkan apa yang dialami Abdul Rozaq ialah proses dari Zero Mind tersebebut. Ini membuktikan bahwa kepasrahan memiliki kekuatan yang dahsyat. Ketika pasrah dan menjernihkan pikiran, terdapat proses di mana tuhan bertindak.
Hal ini dapat dirumuskan dengan bahasa matematika. Satu dibagi nol sama dengan tak terhingga. Satu mewakili kekuatan tuhan. Nol mewakili keadaan pikiran yang bersih dan jernih. Tak terhingga mewakili proses yang terjadi. Kesimpulannya, jika pikiran dikosongkan dalam bentuk kepasrahan, maka kekuatan tuhan akan menciptakan proses yang tidak terduga sebagai solusi. Bahkan, bisa jadi di luar nalar manusia.
Baca juga: Hutan, Hantu dan Tuhan; Sebuah Simbol Kasih Sayang yang Menyeramkan
Ary Ginanjar menggunakan rumus tersebut dalam narasi spiritual. Kepasrahan kepada tuhan sebagai landasan menghadapi apaun yang terjadi. Kekhawatiran terhadap hasil perlu diserahkan kepada tuhan. Dengan begitu, tuhan akan menjadi penolong. Nantinya, hasil yang kita dapat tidak pernah bisa dibayangkan. Pasrah bukan berarti menyerah.
Bahkan, Zero Mind Process pernah digunakan di dalam sebuah serial anime Dragon Ball Super. Pada episode 109, Son Goku melawan Jiren pada pertarungan antar alam semesta. Son Goku mengeluarkan jurus Bola Semangat (Genkidama) untuk menyerang Jiren. Jiren berhasil mengembalikan genkidama dan menyerang balik ke Son Goku. Son Goku meledak dan hilang.
Pada episode 110, Son Goku muncul kembali dengan kekuatan Ultra Instinct. Ultra Instinct merupakan kekuatan yang setara dengan para dewa. Bahkan, tidak semua dewa mampu menguasainya. Namun, Son Goku berhasil menguasai kemampuan tersebut. Sehingga, kekuatan Son Goku tergambar dengan aura putih yang mengelilingi tubuhnya. Serta, rambutnya berubah menjadi perak, berbeda dengan super saiya.
Kekuatan Son Goku berlipat-lipat dan semakin kuat. Instinct menjadi sangat peka dan kecepatan respon semakin meningkat. Itulah kekuatan dari Ultra Instinct, kekuatan yang dia dapatkan karena kepasrahan.
Son Goku menjernihkan pikirannya dan hanya fokus pada peningkatan kemampuan. Secara otomatis, tubuhnya mampu merespon sendiri dan berberak diluar pikirannya. Serangan demi serangan tidak dia pikirkan, melainkan mengikuti energi yang mengalir pada tubuhnya.
Akhirnya, Son Goku berhasil membuat Jiren babak belur. Jiren dikisahkan sangat kuat karena obsesinya terhadap kekuatan. Namun, akhirnya dikalahkan Son Goku dengan kekuatan Ultra Instinct. Son Goku seolah tidak memiliki batasan kemampuan. Namun, tubuhnya sendiri yang tidak dapa menahan kekuatannya.
Baca juga: Nostalgia Minggu Pagi, Film Kartun dengan Jadwal Bentrok yang Bikin Kita Bingung
Bukankah kemampuan semacam itu karena ada campur tangan Tuhan? Tuhan dalam bentuk energi yang bisa dirasakan, tetapi susah diterka secara nalar manusia. Energi itu selalu ada dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, perlu melibatkan Tuhan dalam setiap aktivitas melalui pikiran yang pasrah.