Berikut kisah di balik Ngaji Esai 7 yang senantiasa dinanti, khususnya oleh angin dan kokok ayam menjelang pagi.
Zafran Zen mampu menyihir jutaan pasang mata, khususnya yang tak terlihat. Pada hari Rabu (17/12) ia mampu mengatur ritme acara di Ngaji Esai 7 yang dihelat di sebuah tempat lantai 2 di bawah langit Ledok Wetan.
Karena Zafran Zen yang merupakan punggawa organisasi yang dibidani Mahbub Djunaidi dan kawan-kawannya itu merupakan musisi kelas ahwa di kabupaten yang konon sebagai lumbung pangan dan energi ‘Bojonegoro’.
Ditambah lagi dari kisah Sejarawan muda ‘Okky W. Widodo’ dari kampus Timur Jawa Dwipa, yang tak lelah mencari kerja, karena kerjanya tentang kisah, ilmu, dan seni. Ya, itu bagian kehidupan. Kerja-kerja itu tak usah dicari, ia akan hinggap sendiri di sanubari.
Okky juga mampu menyihir jutaan pasang mata. Albert Einsten hadir, The Good Father hadir, dan beberapa orang yang alim di bidangnya hadir juga, walau dalam bentuk aksara atau pun foto yang berada di dinding.
Cicak-cicak di dinding yang cenderung diam dan tak bisa menangkap nyamuk karena tidak mempunyai tangan juga ikut menyaksikan ngaji yang dihelat saban rabu malam oleh PMII Punokawan tersebut.
Jutaan pasang mata, baik yang kasat maupun tidak, mendengarkan dengan seksama pandangan dari sejarawan muda. Ia sedikit berkisah tentang Mahbub Djunaidi, namun banyak berkisah ihwal penulis sayap kiri. Dengan penuh tawadhu, Okky menyampaikan pandangannya.
Sesekali peserta diskusi yang kasat mata saya dan Widodo yang lain ‘Widodo R.’ Yang juga Jurnabiyin, plus Rabu yang lalu ia juga berkenan mengisi Ngaji Esai 6 ihwal cecurhatan (opini) bersama Bung Ishom dari media alternatif kolektif ‘Muharrik’ sesekali menanggapi apa yang diutarakan oleh Bung Okky.
Pemikiran yang diutarakan peserta diskusi, juga membuat Ngaji Esai 7 semakin hidup. Air mineral, jajanan pasar seperti jipang, dan buku-buku koleksi partikelir sejarawan muda itu menjadi saksi bisu kegayengan ngaji.
Semakin malam semakin menjadi, tensi ngaji esainya. Mulai dari keseruan, praktek, dan lain sebagainya. Karena datangnya Imam Besar Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Insomniah wa Jurnabiyah.
Karena episode 7 membahas mengenai kolumnis kondang yang teks -nya mampu membuat senyum-senyum sendiri ‘Mahbub Djunaidi’. Tak lupa, Imam Besar Jurnaba membawa buku karya Bung Mahbub yang selemah-lemahnya iman wabilkhusus sahabat/i di berbagai penjuru bumi pernah mendengarnya ‘Kolom Demi Kolom’.
Selamat, bagi yang sudah pernah mendengar karya yang salah satunya tentang Senam Pagi, Satu Dua, Satu Dua. Berarti sahabat/i tidak termasuk dalam golongan yang selamah-lemahnya iman di PMII, wqwqwq.
Imam Besar Jurnaba, Zafran Zen, Okky W. Widodo, Widodo R., dan saya bergantian membaca dengan seksama beberapa karya MD di Kolom Demi Kolom. Sesekali, kembang tawa menjadi pengindah dan pencair suasana. Karena karya tulis Mahbub mambu membuat tertawa siapapun yang membacanya. Amal jariyah Mahbub senantiasa mengalir, karena ia mampu membuat orang bahagia, alfatihah.