Film Dilan 1991 kembali membanjiri jagad media sosial. Film ini memang ditunggu-tunggu oleh para milenials tanah air. Bahkan, film yang dibintangi Iqbal Ramadhan dan Vanessa Priscilla ini memecahkan rekor baru.
Akun instagram @_maxpictures menginformasikan bahwa Dilan 1991 memecahkan rekor Box Office sepanjang masa. Pada hari perdana penayangan, film ini telah ditonton lebih dari 800 ribu penonton.
Dilan 1991 sempat menuai aksi penolakan di salah satu mall di Makassar. Namun, hal itu tidak berpengaruh terhadap antusias para milenials.
Dilan 1991 merupakan sekuel dari film sebelumnya, Dilan 1990. Film ini bercerita tentang kisah romansa pelajar SMA dengan setting Bandung di awal 90an.
1. Jangan Menggunakan Ancaman untuk Mencapai Suatu Tujuan
Milea tidak menyukai sikap Dilan ketika ingin membalas dendam. Untuk mencegahnya, Milea mengancam akan memutuskan Dilan jika hal itu dilakukan. Begitu mendengar ancamannya, Dilan pun terkesan shock. Dia terlihat sedikit berkecamuk dengan pikirannya. Lalu, Dilan pun membiarkan Milea pergi bersama Yugo.
Kata “putus” adalah hal yang cukup serius dalam menjalin hubungan. Putus memiliki nilai kesakralan dalam sebuah komitmen hubungan. Jangan pernah mengatakan putus jika tidak benar-benar ingin putus. Ancaman-ancaman bukanlah cara yang baik untuk merubah seseorang. Apalagi untuk mendapatkan tujuan yang kita inginkan. Atau penyesalan yang mungkin kita dapatkan nanti.
2. Seorang Laki-laki Tidak Boleh Membuat Perempuan Menangis
Setiap kali Milea bersedih, Dilan mencoba membujuk Milea untuk tidak menangis. Bahkan pada saat Milea menangis dalam pelukan Ibu Dilan dihadapan Dilan. Meskipun pada akhirnya mereka putus, Dilan tetap saja mengatakan “Milea, jangan nangis!”. Dalam keadaan itu, Dilan terlihat menahan sesak di dada. Namun dia tetap mencoba tegar sebagai seorang laki-laki.
Sebagai seorang laki-laki, Dilan selalu mencoba membuat gadis yang dia cintai tidak menangis. Bagi seorang laki-laki, melihat gadis menangis adalah hal yang mengiris hati. Terlebih lagi, gadis itu adalah gadis yang kita sayangi. Jadi, kita harus meniru Dilan. Kita tidak boleh membuat orang yang kita sayangi menangis. Meskipun itu terasa berat.
3. Pentingnya Hubungan antara Orang Tua dengan Anaknya
Hubungan Dilan dan Milea tidak mereka jalani berdua saja. Kedua orang tua mereka pun terlibat di dalamnya. Misalnya, Milea begitu sering berinteraksi dengan ibu Dilan. Bahkan mereka berdua sangat akrab. Dilan pun sama. Dia selalu menemui ibu Milea ketika datang ke rumah. Hingga pembantunya pun diajak berinteraksi.
Tidak hanya tentang hubungan tersebut. Ketika Dilan ditahan oleh kepolisian, orang tua Dilan pun malah menyetujuinya. Itu dilakukan agar anaknya dapat bertanggung jawab. Setelah Ayahnya mengusir Dilan, ibunya pun tetap memperhatikan Dilan yang tinggal bersama geng motornya.
Bukankah hal itu sungguh menarik? Peran orang tua adalah untuk mendampingi pertumbuhan seorang anak. Komunikasi antar keluarga perlu dilakukan dengan baik dan intensif. Hal ini adalah fungsi orang tua dan keluarga untuk pengawasan dan pendampingan sikap anak-anaknya.
4. Jangan Menilai Orang Hanya dari Luar atau Penampilannya Saja
Hanya karena seorang anak geng motor, Dilan tidak jarang dianggap sebagai anak tidak baik. Berulang kali Milea ditanya alasan menyukai Dilan. Mereka tidak begitu mengenal Dilan. Namun, kenapa Milea begitu suka dengan Dilan? Tentu saja karena dia mengenal betul sosok Dilan.
Dilan adalah seorang panglima perang geng motor di Bandung. Meskipun begitu, kegiatan Dilan lebih banyak dihabiskan di sekolah. Meski sebagai seorang gangster, Dilan adalah orang yang suka membaca dan menulis. Terlebih lagi soal puisi. Bisa dikatakan, dialah jagonya. Jadi, jangan menilai orang hanya dari luarnya.
5. Fungsi Sekolah sebagai Lingkungan Pendidikan dan Sosial bagi Siswa
Dilan cukup berani ketika berinteraksi dengan para guru. Tentu dengan gaya khas yang agak slengek’an. Misalnya pada saat berpamitan dengan para guru di sekolah. Dilan dipecat dan dia tidak merasa sakit hati dan dendam dengan sekolahnya. Para guru pun sempat bercanda saat menghadapi Dilan dalam scene tersebut.
Sosok Suripto dan Dedi sebagai satu contoh perlakuan guru yang tak pantas ditiru. Sosok guru yang memperlakukan siswanya semena-mena dan tidak beretika. Itu bukanlah sosok yang pantas digugu dan ditiru. Sekolah adalah tempat mendidik karakter siswanya. Bukan memanfaatkan posisi atau jabatan untuk memperoleh suatu tujuan pribadi.
Dilan 1991 merupakan representasi dari kisah kehidupan remaja. Meski berlatar Bandung tahun 90an, relevansi dengan saat ini pun masih ada. Betapa kehidupan para remaja itu terkesan begitu rumit. Apalagi kisah romansanya. Penuh gemuruh dan menggebu-gebu. Baca saja deh bukunya.
Film tetaplah film. Tidak bisa berpikir dan bertindak. Dia hanya ada pada saat dia diadakan. Jadi, baik tidaknya film bukan pada film itu sendiri. Namun, itu hasil dari cara kita menyikapinya. Lebih baik kita ambil baiknya agar semakin hidup semakin bahagia.