Pidato menteri pendidikan Indonesia, Nadiem Makarim pada peringatan Hari Guru Nasional yang jatuh pada 25 November tahun ini, sungguh melegakan dan menentramkan hati.
Selain ditulis dengan tidak bertele-tele dan to the point — khas anak muda — naskah pidato Hari Guru Nasional juga membawa pesan yang amat realistis terhadap masalah yang menimpa pendidikan Indonesia.
5 pesan yang tertera dalam naskah pidato tersebut, selain meluruskan kebengkokan cara belajar mengajar di kelas, juga sedikit mengobati rasa rindu kita pada pendidikan yang memerdekakan.
Nabs, berikut 5 pesan Nadiem dalam pidato Hari Guru Nasional yang tak usah menunggu aba-aba untuk membacanya:
1. Ajaklah kelas berdiskusi, bukan hanya mendengar.
Kita tentu ingat betapa kaku dan kurang asyiknya belajar di kelas, ketika yang kita lakukan hanya mendengar gerutuan seorang guru. Alih-alih dongeng yang menggembirakan, justru gerutu yang menyesakkan.
Sudah sepatutnya, mengajak siswa berdiskusi adalah kenikmatan luar biasa. Saya percaya, andai semua guru suka bercerita dan berdiskusi di kelas, niscaya tak akan ada siswa yang suka membolos.
Karena, bisa jadi, kebiasaan membolos berawal dari kebosanan siswa mendengar gerutu guru yang lelah karena mengerjakan tugas yang bukan tugasnya.
2. Berikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas
Kalau boleh jujur, yang sesungguhnya belajar tak hanya murid pada guru. Tapi juga guru pada murid. Ini seturut prinsip: ta’alluma waat-ta’liima, waat-tadzakkuro waat-tadzkiiro — belajar dan mengajar, mengingatkan dan diingatkan.
Saat murid diberi kesempatan mengajar di kelas, ini lebih pada memberi kesempatan pada murid untuk mengaktualisasikan diri, lalu pendapat-pendapatnya didengar guru dan siswa lainnya.
Sehingga, murid yang selama ini kurang PD dan potensinya belum tergali, bisa merasa didengar dan diperhatikan. Dampaknya, dia akan mudah menampakkan potensi yang dia miliki.
3. Cetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan kelas
Memperkenalkan siswa pada giat sosial sejak dini memang penting. Terlebih, ada keterlibatan secara langsung para siswa. Selain menajamkan sisi kepekaan sosial, juga melatih kerjasama.
Melakukan musyawarah terkait keberadaan masyarakat miskin di sekitar sekolah. Lalu memetakan model bantuan seperti apa yang tepat untuk diberikan pada mereka, bakal menjadi pengalaman tak terlupakan bagi para siswa.
Anak-anak akan mengenang dan mengingat apa yang pernah dia lakukan itu, bahkan hampir seumur hidupnya. Sebab kita tahu, ingatan anak serupa kalimat yang ditulis pada bebatuan.
4. Temukan suatu bakat pada murid yang kurang percaya diri
Di tiap kelas, pasti ada satu anak yang, karena kurang percaya diri, dia terlihat tidak menonjol. Nah, anak dengan kecenderungan semacam itu, memang hanya butuh didengar lebih. Dan diperhatikan lebih.
Guru juga harus sadar bahwa selama ini, sistem pendidikan memaksa para guru hanya mengakui kemampuan akademik, dan menyisihkan kemampuan lain seperti kreativitas dan imajinasi.
Padahal, imajinasi dan kreativitas jauh lebih dibutuhkan untuk bertahan hidup daripada kemampuan akademik. Menemukan bakat pada murid yang kurang percaya diri menjadi hal yang harus dilakukan setiap guru.
5. Tawarkan bantuan pada guru yang mengalami kesulitan
Menjadi guru di Indonesia bukan pekerjaan mudah. Sebab, tugasnya terlampau melebar. Mulai ngurus administrasi hingga tata usaha. Karena itu, seringkali kita dengar seorang guru bosan kerja hanya karena terlalu banyak pekerjaan yang harusnya tak dilakukan, justru dikerjakan. Sementara pendapatan minim belaka.
Dengan job desk pekerjaan yang seluas samudera dan pendapatan yang sekecil semut di gurun Sahara, tentu bakal memicu dampak psikologis yang akhirnya menurunkan performa mengajar.
Karena itu, menawarkan bantuan pada guru yang mengalami kesulitan — dalam hal ini mengurus administrasi, sehingga ia fokus mengajar saja — tentu sebuah budi baik yang amat mulia.
Sejak Indonesia merdeka, sepertinya ini pertamakali seorang menteri pendidikan menulis naskah pidato Hari Guru Nasional secara jelas, singkat, padat dan berbasis realitas permasalahan.
Karena itu, Nabs, 5 pesan dalam pidato Hari Guru Nasional oleh Nadiem Makarim tersebut, sudah sepatutnya dibaca dan dilakukan para insan guru yang ada di Indonesia. Sebab, bisa jadi, dari sana, pendidikan Indonesia menemukan jalannya.