Bagi kita semua, usia sungguh aniaya. Ia begitu cepat berlalu, sementara berbagai macam persoalan terus hadir sebagai penggenap ilmu. Celakanya, ilmu hadir melalui berbagai permasalahan hidup. Kian berusia. Kian banyak masalah menerpa.
Adakah sumber ilmu yang hadir selain melalui permasalahan? Kami kira tidak ada. Hampir semua ilmu dan pemahaman, dihadirkan melalui masalah demi masalah. Masalah yang kadang membuat kita gentar hingga ketakutan.
Masalah dan ilmu seperti pasangan rokok dan korek api. Mereka berdua menjadi komposisi utama kenikmatan berupa pemahaman dan kesejahteraan hidup. Tanpa masalah, ilmu tak bakal mau menampakkan diri.
Saat duduk di bangku sekolah dasar, mungkin kita sangat takut menerima pelajaran matematika. Namun, dari sana kita sadar jika ketakutan-ketakutan itu, membawa kita paham akan proses berhitung dan mengoperasikan angka.
Saat menjadi mahasiswa baru, mungkin kita sangat takut sendirian. Takut tak punya teman. Tapi, bisa jadi kita mampu melahap banyak buku-buku tebal justru di kala momen-momen seperti itu. Momen sebelum hadir banyak teman.
Kami mengira, berbagai macam hal buruk selalu dibarengi perkara menyenangkan. Mimpi buruk, misalnya, akan disusul rasa lega kala kita terbangun dan menyadari bahwa apa yang terjadi hanya sekadar mimpi belaka.
Harus diakui, hidup memang tak selalu baik-baik saja. Ada saat-saat ketika kita merasa lelah dan hampir menyerah. Tak tahu arah, mau kemana sesungguhnya hidup ini. Tapi, toh rasa kopi masih tetap enak juga.
Banyak perkara mengkhawatirkan dan menakutkan yang akhir-akhir ini dirasakan. Kepulan asap akibat kebakaran hutan, DPR dan carut marut RUU KPK, hingga RUU KUHP yang tengah dalam pembahasan.
Semuanya, sangat menakutkan dan mencemaskan dan menyedihkan. Semuanya, sangat mengkhawatirkan dan benar-benar tak menghibur sama sekali.
Namun, kami percaya jika di sana, ada banyak perihal ajaib yang mungkin sangat melegakan. Disadari atau tidak, di tengah kecemasan dan ketakutan itu, hadir kepedulian, kepekaan hingga ketelatenan memperjuangkan keadilan.
Kami mengira, tanpa hadirnya masalah pemicu ketakutan dan kecemasan-kecemasan tersebut, kita bakal menjadi manusia bebal yang hanya mementingkan diri sendiri. Di sinilah, barangkali, kepekaan kita sebagai makhluk sosial benar-benar diuji.
Saat terjadi ketidakadilan atau kecurangan atau sesuatu yang secara manusiawi tak bisa dibenarkan, hati manusia kita akan terpanggil. Entah untuk bergerak atau sekadar mengutuk belaka.
Nabs, entah bangun pagi atau bangun siang hari, kau, aku dan siapapun di dunia ini akan tetap menjumpai masalah. Dan disadari atau tidak, bermacam permasalahan hidup hadir justru untuk memicu adanya pemahaman baru. Ilmu baru. Dan kapasitas baru.