Nikmat yang Tuhan berikan padaku, adalah mengenalmu. Dan satu satunya hal terindah yang kau berikan padaku, adalah nomor WA-mu.
Kala itu, kau menikmati senja bersama teman-temanmu. Ditambah aroma secangkir kopi yang mendamaikan kalbu.
Namun, itu hanya sejenak. Awan hitam mulai bergeser menutupinya. Disusul air yang berjatuhan yang mampu melebur jiwa.
Suasana berubah menjadi dingin. Sedingin sikapmu terhadapku. Heleh.
Genangan air mendekatimu. Membuat kau tak nyaman berlama-lama di situ. Namun, pandangan kau beralih. Kau melihat sosok perempuan yang membuatmu tak mampu berkedip dalam waktu lima menit.
Kau terus saja melihat perempuan itu. Ketika kau berkedip, perempuan itu hilang dari pandanganmu. Whattt? Jangan-jangan dia….
Semakin banyak genangan air yang memasuki, sehingga mengharuskan kau bersama teman-teman untuk beralih tempat. Lalu, kau turun menuju tempat yang lebih teduh, di lantai dua.
Tak disangka, di situ kau menjumpai lagi sosok perempuan tadi. Kau seperti tak percaya. Kau mencoba mengkucek-kucek matamu, bahkan kau kucek dengan rinso. Karena sekali kucek langsung beres.
Kau coba melihat kakinya, apakah menempel di lantai atau ngayang. Wehhh, dikira ghaib kali ya?
Ternyata kaki perempuan itu benar-benar menempel di lantai. Lagi pula perempuan itu sedang bercengkrama dengan temannya. Berarti kau tidak salah lihat. Dan mungkin ini juga berkat rinso tadi.
Kau terus memandangi perempuan itu. Apalagi perempuan itu memakai rok panjang dan jilbab merah muda. Membuat kau semakin betah memandang. Dan memandanginya membuat hatimu terasa adem, ayem, tentrem, lan sakpiturute. Uwwuwuw~
Sesekali, perempuan itu pernah memandangimu juga. Nampaknya, perempuan itu berhasil membuatmu terpikat. Rasa gejolak kau untuk meminta nomor WA padanya semakin tinggi. Kau sangat ingin mengenalnya.
Namun, sadar saat itu kau mengenakan sarung. Terkesan kosro apabila meminta nomor WAnya di tempat umum. Lagi pula kau juga sungkan. Masak pria berkumis tebal seperti kau mau minta nomor WA di tempat umum? Apa kata dunia? Hwahaha.
Hari semakin petang. Kau dan teman-teman kau bergegas pulang. Tapi, di benakmu terasa ada yang mengganjal. Ganjalan apakah itu? Ya. Meminta nomor WA perempuan itu.
Sebenarnya, teman kau mendukungmu untuk meminta nomor WAnya. Tapi kau berkata…
“Ah sudahlah, tidak usah”.
Hawate to. Memang di mulutmu kau berlagak tak mau meminta nomor WAnya. Tapi dalam lubuk hatimu yang paling dalam, kau sangat menginginkannya. Ciyahhh~
Kau melangkahkan kaki untuk turun menapaki anak tangga. Seketika raut muka kau berubah. Kau terlihat seperti dirundung kegalauan.
“Kenopo ki wajahem? Tak delok kok soyo suwe soyo malah kandel brengosem. Awakmu galau to mergo gak oleh nomor WAne?”, ucap salah satu teman kau.
“Yowes, ayo tak terno njaluk WAne. Nek ra ngunu, mengko awakmu malah gak iso turu”, imbuhnya.
Kalau kau pikir-pikir, benar juga kata teman kau. Kalau kau tak minta nomor WAnya, siapa tahu kau tak akan berjumpa dengannya di lain hari.
Hmm, ini kesempatan emas. Piye ra piye kau harus meminta nomor WAnya. Kau harus memberanikan diri. Kau buang rasa sungkan dalam otakmu. Meskipun dalam batinmu menumpuk rasa sungkan.
Kau kembali lagi naik ke lantai dua, berjalan menuju perempuan itu, dan dengan spontan kau berkata…
“Mbak, boleh join WA?”, sambil menyerahkan ponselmu ke perempuan itu.
Beruntung, perempuan itu luman. Yessssssss! Diapun memberikan nomor WAnya kepada kau. Seketika raut mukamu berubah. Kini kumismu semakin menipis. Karena kau tak lagi galau.
Akhirnya, kau berhasil mendapatkan nomor WAnya. Dan kau bisa tidur nyenyak setiap hari.
Sungguh, salah satu nikmat yang Tuhan berikan padaku, adalah mengenalmu. Dan satu satunya hal terindah yang kau berikan padaku, adalah nomor WA mu. Wkwkwk.