Sejak abad 9 M, Zabag Al Jawi (Nusantara) sudah sangat masyhur sebagai Negeri Emas. Banyak para penjelajah Arab yang kagum pada Nusantara. Di antara kekaguman itu, terangkum dalam Kitab Ajaib Al Hindi karya Buzurg Syahriar.
Buzurg bin Syahriyar Al Ramahurmuz merupakan penjelajah dan geografer muslim dari Persia. Ia menulis banyak catatan perjalanan, yang ia kumpulkan dalam kitab berjudul Ajaib Al Hindi. Di antara isinya, deskripsi menarik tentang kebesaran Zabag (Nusantara Jawa).
Ada banyak kitab-kitab kuno yang menceritakan kebesaran Zabag (Pulau Jawa). Kitab-kitab itu ditulis para penjelajah Arab antara abad 9 M sampai 15 M. Di antaranya: Kitab Ajaib Al Hindi, Rihlatus Shirafi, Rihlah Ibn Batutah, Minhaj Fakhir, Al Masalik Wal Mamalik, Futuh al Buldan, hingga Muruj Adz-Dzahab.
Pada artikel ini, kita fokus pada kitab Ajaib al Hindi. Penulisnya adalah Buzurg bin Syahriar yang hidup sezaman dengan Pangeran Ahmad bin Hilal, Gubernur Oman yang diangkat oleh Khalifah Muqtadir Billah Abbasiyah (908 – 932 M). Catatan Buzurg ditulis antara 899 M hingga 953 M.
Buku Ajaib Al-Hind yang dia tulis, merupakan kumpulan laporan perjalanan para Penjelajah Arab ke sejumlah negara dengan rute utama Samudera Hindia. Buku ini merupakan catatan tertulis yang memotret aktivitas dan kondisi Samudera Hindia (pesisir timur Afrika, India, Nusantara, dan Cina).
Salah satu manuskrip kitab Ajaib Al Hind karya Buzurg bin Shahriyar ini tersimpan di perpustakaan Hagia Sophia, Istanbul dengan nomor 3306. Selain itu, perpustakaan Markaz Al-Malik Faishal Riyadh, juga menyimpan salinannya dengan nomor 5958 FB.
Deskripsi tentang Jawa
Jawa (Nusantara) pada abad 7 hingga 13 M dikenal dengan nama Zabag (Waq-waq). Dalam kitab Ajaib Al Hind, digambarkan sejumlah deskripsi tentang tempat fenomenal bernama Zabag. Berikut deskripsi tentang Zabag dalam buku Ajaib Al Hind.
“Suatu ketika beliau telah berlayar melalui dekat Pulau Zabaj. Ada dalam beberapa hari itu beliau telah melalui di antara dua tanduk yang muncul dari dalam laut seperti dua bukit dalam air. Sebaik saja melepasinya, maka kedua tanduk itu tenggelam kedalam laut. Maka beliau mengira bahwa kedua bukit itu adalah sepit ketam yang besar…….”
“…Telah memberitahuku Abu Muhammad Al-Hasan bin Amru, bahwa mayoritas nakhoda telah memberitahunya bahwa mereka pernah menyediakan kapal untuk berlayar ke Zabaj (Jawa). Dan perjalanan itu membawa mereka ke sebuah kampung Waq-Waq (bagian dari Zabag)…”
“Al-Hasan bin Amru memberitahuku kisah tentang burung di Hind, Zabaj, Qamar, Sanfa, dan beberapa tempat lainnya di sekitar kawasan itu. Ini cerita yang sangat hebat. Bulu burung yang paling besar pernah dilihat sebesar pelepah. Panjangnya lebih kurang dua hasta. Kami mengukurnya dan mendapati bisa diisi air sebanyak sembilan qirbah air.”
“Saudagar Yunus bin Mihran As-Sirafi telah memberitahuku bahwa ia pernah masuk ke Zabaj, katanya: “Aku telah melihat di negeri yang menjadi tempat bersemayam Maharaja, yaitu raja bagi Zabaj, pasar-pasar yang besar sekali begitu banyak tidak terhitung jumlahnya. Aku mengira-ngira jumlah penukar uang di pasar di negeri ini ada sebanyak delapan ratus penukar uang. Jumlah itu tidak termasuk penukar uang yang berselerakan di pasar-pasar. Beliau juga telah menceritakan perkara-perkara berkenaan Pulau Zabaj dari segi pembangunannya serta banyaknya negeri dan penempatan-penempatan didalamnya memang sulit untuk digambarkan.”