Mayoritas teroris adalah orang awam yang mengenal Islam di kala dia sudah dewasa dan sudah tahu sumpeknya hidup di dunia. Bukan mengenal Islam di kala masih kanak-kanak dan hatinya dipenuhi suka cita.
Ketika asyik melihat timeline facebook terkait dunia blogging di salah satu grup Blogger Indonesia, dari ruang tengah rumah, saya dikejutkan oleh kakak saya yang sedikit keras berkata menanyakan konfirmasi apakah memang iya hari ini adalah hari minggu kepada seisi rumah.
Belum selesai kalimat itu diutarakan, ia menjawab sendiri “oh iya ini hari minggu, malam nisfu sya’ban kan”. Barangkali ia telah ingat atau belum tuntas dirinya memandang visual televisi sekelabat saja ia melihat tanggal yang tertera di pojok kanan bawah layar televisi.
Saya rasa dia keheranan dan tidak percaya atas pemberitaan di salah satu media berita televisi yang mewartakan adanya Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar. Dalam kepalanya, mungkin tak akan pernah habis pikir kok ada umat islam yang melakukan Bom Bunuh Diri, padahal waktu itu adalah jelang malam nisfu sya’ban.
Malam nisfsu sya’ban sendiri merupakan tanggal ke lima belas dari bulan sya’ban yang banyak dinantikan oleh seorang muslim untuk memohon ampunan kepada tuhan dan mencari pahalanya.
Ibnu Majah, at-Thabrani dan Ibnu Hibban dalam sebuah hadist menjelaskan bahwa “Allah mendatangi semua mahluknya dan memberikan ampunan kepada mereka atas segala dosa kecuali orang yang menyekutukan Allah dan orang yang saling bermusuhan”.
Jelas betapa kenikmatan dari bulan penghantar ramadhan ini. Banyak keutamannya, namun juga terdapat syarat dan ketentuan yang berlaku; bahwa Allah tak akan mengampuni setiap orang yang menyekutukannya dan saling bermusuhan.
Peristiwa di Makassar yang dilakukan oleh Pasutri yang baru enam bulan menikah tentu akan sangat berlawanan dari hadist Ibnu Majah, at-Thabrani dan Ibnu Hibban. Atau barangkali tidak.
Kita sedianya tak hanya mengecam, tapi juga menyayangkan, andai para teroris ngajinya sejak kecil dan ngaji pada Kiai bersanad yang pernah ngaji pada Kiai, niscaya tak akan ada teror bom di muka bumi.
Ini penting untuk diketahui. Sebab mayoritas teroris adalah orang awam yang mengenal Islam di kala dia sudah dewasa dan sudah tahu nikmat-susahnya hidup di dunia. Bukan mengenal Islam di kala dia masih kanak-kanak dan hatinya dipenuhi suka cita.
Boleh saja Pasutri itu lebih tak memilih merasakan kenikmatan senggama sebagai pasangan yang baru saja sah, dan lebih memilih melakukan aksi Bom Bunuh Diri karena bertepatan di hari Paskah orang Katolik. Kiranya akan dimaknai bahwa jihad sebelum ramadhan pahalanya akan dilipat gandakan. Tapi, masalahnya adalah apakah iya tindakan Bom Bunuh Diri dapat terhitung sebagai jihad?.
Bagi kita mungkin tidak. Namun jelas berbeda dengan isi kepala dari L dan YSF. Al Chaidar, pengamat terorisme Universitas Malikussaleh Aceh dinukil dari BBC News Indonesia mengatakan lebih baik mereka langsung saja melakukan serangan amaliyah daripada nasibnya akan sama seperti rekan-rekannya yang tertangkap oleh Densus88, sepanjang bulan januari hingga februari 2021 di beberapa wilayah Indonesia. Dan terutama Makassar.
Lalu mengapa harus dilakukan di Gereja Katedral yang mana dalam waktu itu terdapat Jemaah melakukan paskah. Jawabnya simple sekali, masih merujuk Al Chaidar, mereka menyasar gereja karena mereka kelompok Wahabi Takfikri yang christophobia atau tidak menyukai orang-orang non-muslim.
Bapak Mahfud MD, terkait peristiwa Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar mengatakan bahwa motif dari Bom Bunuh Diri tersebut adalah sebagai bentuk upaya mengadu domba masyarakat, lebih lanjut hal ini ditenggarai karena ikatan primordial.
“Bukan bermotif agama melainkan upaya mengadu domba masyarakat, seakan-akan kelompok tertentu sedang menyerang kelompok lain berdasarkan ikatan primordial” katanya.
Primordial sendiri merupakan pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil; baik tradisi, adat-istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada dalam lingkungan pertamanya sehingga membentuk sikap primordial.
Secara harfiah atau terjemahan arti berdasarkan kata primordial yang membentuk sikap primordial atau primordialisme, berasal dari bahasa latin yakni “primus” yang berarti pertama dan “ordin” yang berarti ikatan.
Seperti halnya ketika kita merasa sakit dan butuh obat. Perlu kiranya obat tersebut dikonsumsi sewajarnya; sesuai dosis yang dianjurkan oleh Dokter. Mengkonsumsi obat berlebihan bukan menjadi solusi atas penyakit yang kambuh, malah ia akan menimbulkan katidakseimbangan dalam organ tubuh seseorang.
Begitupun dengan primordialisme, ada takaran dalam mengaplikasikan ke dalam konteks hidup bersosial agar masyarakat itu tetap ajeg.
Primordialisme yang over dosis hanya akan mengakibatkan kecemburuan sosial. Lantas memandang yang lain sebagai musuh bukan lagi saudara. Mereka akan mengatakan jika kelompoknya yang paling baik dan benar atau mempunyai kekuatan yang harus di-amini oleh masyarakat luas. Kalau mereka tak diakui mempunyai prestise maka tindakan-tindakan inferior akan dengan senang hati dilakukan. Boleh jadi Bom Bunuh Diri di Makassar mampu untuk menjadi contoh dari sikap primordial yang begitu besarnya.
Patut lah untuk kita mengecamnya.
Sementara Dr. Richard Lynn dalam penelitiannya di tahun 2012 meneliti terhadap besar-kecilnya penis seseorang yang sangat erat kaitannya dengan besar-kecilnya otak manusia. Lynn menggunakan teori r-K Life History dari Philippe Rushton.
Teori tersebut memang awalnya adalah teori biologi. Rushton mengatakan ada dua golongan mahluk hidup dilihat dalam urusan reproduksi. R untuk mereka dengan keturunan banyak dan cenderung abai terhadap keturunannya, sedangkan K bagi mereka yang sedikit memiliki keturunan dan memperhatikan keturunannya.
Lyyn memetakan orang Afrika adalah R dan Asia adalah K. Kesimpulannya orang Afrika cenderung mempunyai penis besar tapi otak kecil, sementara orang Asia kebalikannya; punya penis cenderung kecil tapi otak besar. Dan Eropa di tengah-tengah, Lynn menyebutnya sebagai ras unggul dimana merupakan gabungan otak dan penis besar.
Begitu pula dengan masyarakat Yunani kuno. Tolak ukur lelaki ideal atau maskulin elemen pembangunnya yakni mereka yang rasional, intelektual dan otoritatif. Lelaki dengan penis besar malah merupakan manifestasi lelaki tidak ideal. Seperti halnya tokoh mitologi Yunani, Satyr, mahluk yang mempunyai wujud setengah manusia dan setengah kambing. Satyr digambarkan sebagai pemabuk yang mempunyai sifat nafsu besar.
Lagi-lagi, ini persoal L. Ia orang asia, kalau merujuk Lynn dirinya mempunyai penis kecil namun otak besar. Harusnya jika ia tak lihai untuk urusan ranjang, setidaknya ia mampu berpikir secara jernih, pintar dan rasional. Tapi ini tidak.
Barangkali jika pelaku dihidupkan kembali oleh Yang Maha Kuasa. Saya akan melontarkan pertanyaan.
Pertanyaan itu berbunyi, “Hey L mengapa tak kamu maknai primordial sebagai bentuk keteguhan-mu merawat tradisi, adat-istiadat, kepercayaan kita sebagai manusia yang hidup di bumi. Yang pada hakikatnya tradisi itu adalah menghargai sesama. Bahwa kelak kita akan bersatu atas nama umat manusia yang akan menghadapi kehancuran semesta, dan kita sebagai homo socius. Mengapa kamu melakukan Bom Bunuh Diri, mengapa tak kamu urungkan niatmu. Sejatinya kamu berasal dari planet mana kok tidak ada hati melukai dan meneror sesama saudara kita?”.