Ayam geprek menjadi panganan hits di Bojonegoro. Belakangan ini, hampir tiap sudut kota sangat mudah menemukan kuliner pedas asin ini. Ayam geprek sangat sederhana. Sesederhana kantong pelajar dan anak muda.
Penggemar ayam geprek memang cukup banyak. Terlebih di Jawa Timur. Mayoritas masyarakat Jawa Timur penggemar masakan pedas. Kebanyakan masakan Jawa Timur dominan dengan rasa gurih atau asin. Dan rerasa itu terangkum pada ayam geprek.
Warung ayam geprek mulai menjamur di Bojonegoro sekitar 2016 lalu. Mulai dari Ayam Geprek Nano, Geprek Alu, Geprek Pakdhe Alu, Geprek Sa’I, Geprek Bensu. Dan geprek-geprek lainnya.
Itu belum termasuk warung rumahan yang menjual ayam geprek berdasar pesanan. Bahkan, saat ini warung cepat saji pun menyediakan menu ayam geprek bagi para pelanggan.
Ayam geprek merupakan olahan daging ayam yang digeprek dengan sambal pedas. Geprek adalah cara penyajian, yaitu dengan menyiram ayam dengan sambal, kemudian ditekan menggunakan ulegan.
Sambal pada ayam geprek pun bervariasi. Mulai dari sambal bawang, sambal korek hingga sambal terasi. Namun, mayoritas penikmat ayam geprek paling menyukai sambal bawang. Selain pedas, aroma bawang membikin sambal terasa gurih.
Satu di antara penggemar ayam geprek, Feriska mengaku suka sekali dengan makanan pedas. Dia sering mengunjungi wewarungan ayam geprek di Bojonegoro. Itu dia lakukan setiap weekend dan libur sekolah. Dara kelas 10 SMK ini mengunjungi wewarungan ayam geprek bersama teman-temannya.
“Biasanya Hari Sabtu gitu. Kebetulan hari ini sekolah pulang pagi, jadi saya mengajak teman juga untuk makan ayam geprek,” kata Feriska.
Menikmati ayam geprek lebih cocok pada saat sore atau malam hari. Sebab, Bojonegoro memiliki iklim cukup panas. Pada umumnya, cuaca di Bojonegoro begitu terik pada siang hari. Sedangkan pada malam hari terasa gerah.
Namun, masyarakat Bojonegoro abai akan hal itu. Hampir setiap waktu, wewarungan ayam geprek selalu saja ramai. Selain menawarkan sambal yang pedas, kini tiap warung mulai menggunakan sistem prasmanan: mengambil sendiri menu makanan yang diinginkan.
“Setiap hari kami menyediakan stok beras 15 kg. Sehari bisa laku sekitar hampir seratus porsi,” kata Tora, karyawan Warung Ayam Geprek di Jalan KS. Tubun, Bojonegoro.
Ayam geprek akan disajikan di piring kosong. Selanjutnya, pengunjung dipersilahkan mengambil nasi sepuasnya. Sambal pun disediakan secara gratis. Pengunjung diperbolehkan menambah nasi hingga kenyang bego.
Pada musim hujan seperti saat ini, ayam geprek memang terasa lebih nikmat. Pedasnya sambal akan membuat badan terasa panas. Hal ini dapat mengurangi rasa dingin yang memeluk tubuh.
“Paling banyak (yang datang) pelajar. Mayoritas perempuan sih. Tapi sering juga rombongan keluarga yang datang,” imbuh Tora.
Menurut Tora, warung ayam geprek tempat dia bekerja sudah membuka 3 cabang. Padahal, pada Januari ini baru genap setahun warung dibuka. Bahkan, sudah ada tempat yang menggunakan merk sama. Itu menunjukkan betapa peluang bisnis wewarungan ayam geprek begitu menarik antusias masyarakat.
Tren bisnis Ayam Geprek memang sedang menjangkiti Bojonegoro. Berbagai varian geprek pun bermunculan untuk memenuhi permintaan masyarakat Bojonegoro.
Budaya mengonsumsi sambal membuat ayam geprek jadi primadona kuliner zaman sekarang. Tak hanya di Bojonegoro saja, tapi seluruh Indonesia.