Inspirasi tak melulu hadir dari sesapan kopi. Ia bisa hadir melalui seduhan. Adukan. Bahkan saat proses membangun warungnya. Ini yang dialami Eko Tarkhinandar. Terinspirasi berbisnis Jati Londo saat membikin warung kopi.
Bagi Eko, materi tak pernah mampu mengobati rasa rindu kepada keluarganya. Pria asal desa Sukorejo, kabupaten Bojonegoro ini memutuskan meninggalkan profesinya sebagai manager proyek migas pada 2015 silam. Sebab, pekerjaan itu selalu menuntutnya jauh dari keluarga.
Momentum inilah yang kemudian memicu Eko merintis suatu usaha. Awalnya, ia berpikir membuka sebuah coffee shop berkonsep modern. Di Bojonegoro memang sudah banyak terdapat warung kopi.
Namun pada saat itu, belum banyak yang mejual jenis single origin. Jenis penyajian kopi secara modern ini tentu kurang kaffah tanpa menawarkan konsep kafe yang juga modern.
Saat itulah Eko memperoleh ide untuk merancang interior kafe berbahan Jati Londo. Selain unik, kayu Jati Londo juga bernuansa modern. Namun waktu itu, ia mengaku mengalami kesulitan untuk memperoleh kayu jenis ini di Bojonegoro.
“Waktu itu belum ada yang jual Jati Londo di Bojonegoro. Saya sudah keliling tapi nggak ada yang jual. Akhirnya saya harus pesan dari Surabaya.” tutur pria yang hobi bersepeda ini.
Nabs, orang kreatif tak pernah menjadikan kesulitan sebagai sebuah hambatan. Justru hambatan itu dijadikan tantangan sekaligus peluang. Dan itu yang dilakukan Eko. Alih-alih sambat, Eko justru berpikir membuka usaha Jati Londo di Bojonegoro.
Eko memulai bisnis Jati Londo pada 2016. Bermodal referensi yang ia dapat dari internet dan sosmed, ia mulai merancang interior kafenya. Ia memanfaatkan kafe yang juga baru dirintisnya sebagai display produk.
Meja, kursi, hingga hiasan dinding dia bikin. Kemudian difoto dan dipasarkan secara online. Sistem pemasaran yang dijalankan Eko terbukti efektif lho, Nabs.
Dalam waktu singkat, ia sudah kebanjiran banyak orderan. Menurut Eko, saat itu Bojonegoro sudah banyak yang tahu tentang Jati Londo. Namun belum ada yang berani memulai bisnis tersebut.
Jati Londo merupakan istilah untuk kayu pinus. Kayu jenis ini sejatinya hasil daur ulang palet kayu. Palet kayu, biasanya digunakan sebagai kebutuhan shipping barang-barang dari luar negeri.
Jika sebelumnya palet hanya menjadi limbah, di tangan orang-orang kreatif, limbah ini mampu diolah menjadi sebuah benda bernilai jual tinggi.
Dalam dunia bisnis, hambatan adalah keniscayaan. Dan itu dialami Eko ketika bisnis Jati Londo-nya tengah berjalan 2 tahun. Saat itu bengkel kerjanya sempat mengalami kebakaran.
Beberapa barang pesanan seperti meja, kursi, kayu mentah hingga peralatan kerja habis dilalap api. Eko sempat mengalami kerugian besar kala itu.
Optimisme yang besar menjadi modal utama Eko untuk tidak menyerah. Alih-alih menyerah, pria pelahap buku travelling ini memutuskan untuk terus bertahan.
Eko justru mengembangkan kreasinya dengan memadukan jati belanda dengan material lain seperti besi, aluminium, juga HPL.
Di 2019, bisnis Jati Londo Eko kian berkembang. Pria yang juga pemilik Ethan Coffee House ini, kini mampu mempekerjakan 16 karyawan. Ia bahkan berencana membuka cabang bisnisnya di kota Kediri.
Kerja keras dan optimisme adalah motor yang menggerakkan Eko untuk terus berkembang. Dan bahan bakar dari motor tersebut, tak lain adalah rasa cinta dan kedekatannya pada keluarga. Di sinilah impian Eko untuk berkarir dekat dengan keluarga terwujud.