Dua kekalahan beruntun timnas Indonesia di ajang kualifikasi Piala DUnia 2022 jadi bahan perbincangan banyak orang. Tampil di hadapan pendukung sendiri dalam 2 laga tersebut, tim Garuda harus tertunduk malu. Apa yang salah di tubuh timnas Indonesia?
Seruan agar Simon McMenemy dipecat ramai di media sosial. Pelatih asal Inggris tersebut dianggap tak mampu membawa timnas Indonesia tampil baik di kualifikasi Piala Dunia. Kekalahan menyakitkan dari Malaysia dan Thailand jadi parameternya.
Simon McMenemy bukan pelatih pertama yang mendapatkan tekanan tersebut. Beberapa pelatih terdahulu juga mengalami hal serupa. Bisa dibilang, salah satu pekerjaan paling berat di dunia adalah menjadi pelatih timnas sepakbola Indonesia.
Menyalahkan pelatih atau pemain untuk kekalahan sebuah tim memang hal yang lumrah. Namun perlu diingat bahwa masalah utama sepakbola Indonesia bukan terletak pada pelatih dan pemain yang kurang mumpuni. Masalahnya jauh lebih besar dari itu.
Akar permasalahan sepakbola Indonesia ada pada sektor manajerial. Begitu sulitnya mengatur berbagai macam hal di luar lapangan. Jadwal liga yang semrawut, hingga regulasi yang terus berubah bisa dijadikan contoh. Liga yang sehat akan bermuara kepada timnas yang kuat.
Pengosongan jadwal liga saat ada kalender FIFA baru belakangan ini dilakukan. Sebelumnya, saat timnas bermain, liga masih tetap berjalan. Bahkan jika ditarik lebih jauh, PSSI kadang tak memanfaatkan kalender FIFA untuk melakukan uji coba.
Para pemangku kebijakan di PSSI juga penuh dengan masalah. Lha wong ketuanya saja, Joko Driyono dipenjara. Belum lagi petinggi di level Asosiasi Provinsi (Asprov) dan Asosiasi Kabupaten (Askab) yang penuh dengan kepentingan.
Berbagai upaya sudah dilakukan oleh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia atau PSSI untuk kemajuan sepakbola tanah air. Contohnya adalah pembinaan usia muda yang berjenjang. Sesuatu yang baru dilakukan setelah sekian lama. Telat memang. Tapi seperti kata pepatah, lebih baik telat daripada tidak sama sekali.
Pembibitan pemain muda memang jadi prioritas PSSI dalam beberapa tahun terakhir ini. Jadi jangan heran jika timnas usia muda mendapatkan eksposur besar. Mulai dari timnas U-19 asuhan Indra Sjafri, hingga timnas U-16 yang diarsiteki oleh Fachri Husaeni.
Namun masalah lain kemudian muncul. Bintang-bintang muda yang tampil impresif bersama timnas junior seperti melempem ketika naik ke level senior. Hanya satu atau dua pemain saja yang mampu bertahan.
Melempemnya para pemain junior yang naik ke level senior ini juga kerap jadi sorotan. Banyak pemain yang digadang-gadang jadi bintang masa depan, justru tak bisa berbicara banyak di level senior.
Kekalahan beruntun di ajang kualifikasi Piala Dunia 2022 harus jadi perhatian penuh PSSI. Jangan sampai hasil buruk ini terus terjadi. Jangan kecewakan para suporter yang sudah melakukan apa saja demi mendukung tim Garuda.
Nampaknya masih sulit mengharapkan timnas lolos ke Piala Dunia. Jangankan Piala Dunia, berbicara banyak di level Asia saja kita tak mampu.