Tak hanya sekadar kartun biasa, animasi Nusa dan Rara ini, menurut saya, merupakan serial edukasi yang sangat dibutuhkan anak zaman ini.
Manusia selalu mengalami evolusi di setiap masanya, baik secara lahiriah maupun bathiniahnya. Namun, banyak dari manusia yang berevolusi dari segi lahiriyah dan mengesampingkan evolusi batiniyah. Semisal, banyak dari manusia fokus memenuhi kebutuhan harta yang banyak, rumah yang mewah, mobil yang bergaya, dan penampilan yang menarik. Namun lupa memenuhi kebutuhan spiritual berupa keagamaan.
Hal ini membuat krisis akhlak semakin mengkhawatirkan. Ditambah, generasi masa kini yang dengan mudah bisa mengakses apapun meski hanya berdiam diri ditempat. Kasus seperti ini tentu memunculkan kekhawatiran tersendiri bagi setiap orang, khususnya para orang tua.
Namun, sebuah angin segar datang dari sebuah animasi garapan rumah animasi Little Giant. Siapa anak milenial yang tidak tau animasi karya anak bangsa “Nusa dan Rara” ? animasi yang disiarkan dikanal youtube @nussaofficial itu kini banyak digandrungi oleh segala golongan. Dari mulai anak-anak, orang tua, bahkan remaja sekalipun.
Tak hanya sekedar kartun biasa, animasi Nusa dan Rara ini juga merupakan serial edukasi yang sangat dibutuhkan oleh anak zaman ini. Bagaimana tidak, film animasi produksi Little Giant ini mengangkat tema islami yang bisa dibilang sangat relatable dengan kehidupan masa kini.
Cara penanaman nilai-nilai agama yang sangat sederhana dan ringan tersebut bagaikan oase di tengah padang pasir di era gempuran akhlaq anak zaman sekarang yang mulai memudar.
Salah satu episode Nussa dan Rara yang menyita perhatian publik adalah “Belajar Ikhlas”. Episode “Belajar Ikhlas” sendiri bercerita tentang Rara yang kesal dengan temannya yang tidak berterima kasih meski sudah diajari melipat kertas. Nussa yang mendengar keluh kesah Rara akhirnya mengajarkan bagaimana belajar ikhlas.
Dari episode ini kita benar-benar diajarkan oleh Nussa bagaimana cara menerima. Penerimaan yang sebenar-benarnya dengan segala ketentuan yang telah Allah tetapkan untuk setiap hambanya. Episode kali ini juga merupakan tamparan keras bagi kita semua. Kita yang masih sulit memaafkan, kita yang belum bisa menerima keadaan, dan kita yang masih sering pamrih ketika melakukan sesuatu.
Nussa yang diceritakan hanya memiliki satu kaki menyampaikan bahwa ia belajar ikhlas dari sang ibunda. “Umma aja gak pernah protes sama Allah. Umma aja bisa terima kalau kaki Nussa harus begini. Kalau Umma aja bisa nerima Nussa dengan ikhlas, berarti Nussa juga harus ikhlas menerima takdir Allah” jelasnya kepada sang saudari.
Sungguh indah sebuah penerimaan jika dilandasi dengan keihklasan. Mungkin banyak kisah Nussa-nussa yang lain didunia nyata. Namun bisa jadi sedikit dari kita yang sulit sekali menerima. Padahal kita sering sekali diajarkan bahwa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah. Namun kita sebagai hamba selalu menuntut dan tidak terima dengan ketetapan-Nya.
Sebuah hadis dijelaskan, telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ayyasy berkata, telah menceritakan kepada kami Tsabit bin ‘Ajlan dari Al Qasim dari Abu Umamah dari Nabi beliau bersabda, “Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman, “Hai anak Adam, jika kamu bersabar dan ikhlas saat tertimpa musibah, maka aku tidak akan meridhai bagimu sebuah pahala kecuali surga.” (HR. Ibnu Majah).
Ikhlas dalam bahasa arab bisa diartikan sebagai “Tafanun” atau berserah diri. Yang artinya jika sesorang ikhlas sama saja ia berserah diri bahwasanya segala sesuatu yang dimilikinya bukan sepenuhnya haknya dan dikembalikan lagi kepada dzat yang maha pemberi.
Penerapan ikhlas memang tak semudah teorinya. Namun sebagai seorang hamba kita pasti ingin menjadi yang lebih baik. Meski ketetapan Allah tak selalu seperti yang kita harapkan, namun kita harus meyakini bahwa Allah akan memberikan yang terabaik untuk hamba-Nya. Karena yang terbaik tidak selalu yang terindah.
Penulis adalah Mahasiswi PAI UNUGIRI