Berawal dari pertanyaan dari dan mau ke mana a’ak? Lalu menjalar pada filsafat, agama, gadis astronomi ITB, hingga bertemu Nabi Adam.
Bandung, siapa sih yang tak pernah mendengarnya? Apalagi ketika beberapa waktu lalu geger Sunda Empire. Pastinya tahulah..minimal pernah melihat Bandung di dunia maya.
Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yang terkenal dengan klub bola berjuluk Maung Bandung itu, ditempati sejumlah kampus besar yang salah satunya adalah Technische Hoogeschool te Bandoeng atau Institut Teknologi Bandung (ITB).
Betul apa yang dikatakan Imam Besar The Panas Dalam (Pidi Baiq), bahwa Bandung bukan cuma masalah geografis. Lebih jauh dari itu, melibatkan perasaan cintaku padamu yang bersamaku ketika sunyi.
Nabs, mungkin rasa penasaran menginjakkan kaki ke Bandung, bisa dirangsang dengan melihat film Dilan dan Milea yang merupakan pengembangan dari novel karya Pidi Baiq.
Selain itu, ada film Koboy Kampus yang diperankan Jason Ranti sebagai Pidi dan beberapa aktor lain. Bercerita pembentukan sebuah negara baru yaitu The Panas Dalam yang merupakan akronim dari Atheis, Paganisme, Nasrani, Hindu, Budhha, dan Islam.
Dalam sebuah teori tata kota, kita kenal yang namanya Central Bussines District (CBD). Bandung punya kawasan semacam itu yang layak buat dikunjungi. Dan kemarin saya mengunjunginya.
Di Jalan Braga, saya berkesempatan menikmati Bandung pada dini hari yang sunyi serta sepi yang secara otomatis menggerakkan jari saya menggores pena di kursi yang terdapat di pinggir jalan..wiw..syihdi sikili….
Masak ke Bandung nggur lewat tok kayak cintaku padamu yang hanya sebatas kata namun masih minim keberanian untuk ngungkapin. Kan gak asyik.
Saya pun memutuskan memesan ojek online (ojol) untuk muter-muter ke sejumlah destinasi. Dalam perjalanan…suatu hal yang sebelumnya tak pernah terbesit dalam pikiran, lhadalah kok kedaden.
Hayo kira-kira apa? Mau tahu aja atau plus tempe mau tahu bingitz? Kepo ya? Simak urain berikut……
Di malam yang dingin, dalam sebuah perjalanan di Bandung bersama Kang Ojol dengan logat khas Sunda, mengajakku ngobrol aneh.
Berawal dari pertanyaan dari dan mau ke mana a’ak? Menjalar pada filsafat, agama, gadis astronomi ITB, dan lain-lain.
Kang Ojol bercerita mengenai asal mula agama, bagaimana ia berjihad menghidupi keluarga, dan nasihat-nasihat yang begitu mak nyes dan membuat adem hati saya.
Bak haus di tengah dahaga, mas-mas Ojol bercerita panjang lebar soal kitab klasik karya ulama timur tengah. Sialnya, saya tak begitu paham.
Soalnya dulu waktu ngaji saya sering tidur dan hanya onfire saat ngaji bab kitab Qurrotul Uyun saja. Hehe
Untungnya, saya paham sedikit-sedikit. Sehingga nggak benar-benar tulalit saat berbincang di atas jog motor.
Masih diskusi tentang agama dengan Kang Ojol. Sembari menikmati romantisme gerimis Bandung, perbincangan semakin hangat.
Mas Ojol berkata, agama secar harfiah berasal dari kata a yang berarti tidak dan gama yang artinya kacau. Kalau diterjemahkan secara langsung artinya tidak kacau, kurang lebih seperti itu.
Hal itu mengingatkan saya pada guru sejarah (peminatan) ketika duduk di bangku Madrasah Aliyah, yap Pak Zaenal namanya. Persis dengan konsep dasar yang penulis pahami beserta Kang Ojol yang jelaskan.
Obrolan mengalir dengan renyah hingga Kang Ojol yang top itu bercerita dengan seksama soal yang amat serius sekali. Ya, dia pernah bermimpi bertemu Nabi pertama yaitu Nabi Adam. Wah…ini bukan sembarang orang nich, dalam sanubariku bergumam.
Saya serasa diberi pencerahan rohani alias tausiah, hehehe…sangat bersyukur sekali pada Tuhan. Sebab, Tuhan Yang Maha Esa telah mentakdirkan pertemuan ~dua hati~ saya dengan Kang Ojol ini.
Dengan bertemu Kang Ojol, saya telah bertemu dengan Nabi Adam ketika di Bandung. Iya. Bertemu Nabi Adam di Bandung melalui mimpi yang dialami oleh Kang Ojol. Hehehe….
Bandung, Maret 2020