Sate jamur Desa Drenges memiliki daya tarik. Khususnya bagi para pecinta kuliner. Tidak hanya dari Bojonegoro, bahkan dari manca kota.
Suasana pedesaan kala penghujan begitu syahdu. Daun basah dan aroma tanah menggiring pada ingatan masa lalu. Seperti itulah kondisi Desa Drenges, Kecamatan Sugihwaras. Wilayah yang terletak di bagian ujung selatan Kabupaten Bojonegoro. Suasana yang tentu membuat lambung begitu sensitif dengan aroma masakan.
Menikmati syahdunya Desa Drenges tidak afdol tanpa menikmati kulinernya. Masakan dengan olahan khas itu bisa kamu nikmati. Tepatnya di sebuah tempat bernama Wahana Kampoeng Drenges. Sebuah lokasi budidaya jamur berikut olahannya. Tempat ini berada di RT 4/RW 2 Desa Drenges, Sugihwaras, Bojonegoro.
Wahana Kampoeng Drenges termasuk lokasi yang unik. Pasalnya, budidaya jamur bukan hal lumrah di Bojonegoro. Itu dipandang dari letak Bojonegoro yang berada di dataran rendah. Ditambah lagi dengan iklim panas yang cukup membuat gerah masyarakatnya. Seperti yang diketahui, jamur adalah tumbuhan yang cocok di dataran tinggi atau bersuhu dingin dan lembab.
Bagi pengelola Wahana Kampoeng Drenges (WKD), Prasetyo Handrianto ini merupakan tantangan sekaligus peluang. Menurutnya, tantangan tersebut harus bisa ditaklukan. Ini demi tergalinya potensi desa. Bahkan, keberhasilan ini akan menjadi peluang. Khususnya bagi Desa Drenges untuk Bojonegoro.
“Kami awalnya berpikir bahwa untuk budidaya jamur adalah sebuah tantangan. Tapi apabila kami mampu menundukkan tantangan itu, artinya sebuah peluang,” kata Prasetyo.
Menurutnya, tempat budidaya jamur tidak begitu banyak di Bojonegoro. Dengan adanya budidaya jamur, satu varian sayuran di daerah Bojonegoro akan bertambah. Ini akan menjadi peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Tidak semua jamur bisa tumbuh di Bojonegoro. Satu jenis yang cocok adalah Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus). Jamur ini berbentuk menyerupai cangkang tiram dan berwarna putih. Menurut Prasetyo, ini varian jamur yang cocok dibudidayakan di daerah panas seperti Bojonegoro. Budidaya tersebut dilakukan di Drenges Tiram Center (DTC) sekaligus tempat pembuatan baglog (tempat tumbuhnya jamur).
“Jamur yang kami budidayakan namanya Jamur Tiram Putih. Ini merupakan vaian yang biasa dibudidayakan di daerah panas. Jadi kami memilih jenis yang cocok seperti jenis jamur ini,” ucap pria yang hobi berwirausaha tersebut.
Budidaya jamur tiram putih dimulai Prasetya sejak tahun 2011. Tentu tidak mudah dan berlangsung begitu saja. Proses belajar dan pengembangan terus dilakukan. Pada akhirnya, dia berhasil. Budidaya jamur tersebut mulai berkembang pada 2014. Setelah itu, budidaya jamur berjalan stabil dan terbangunlah WKD sebagai wisata edukasi.
“Kami memulai usaha ini pada tahun 2011. Tapi usaha ini stabil mulai tahun 2014,” kata pria yang juga berprofesi sebagai dosen tersebut.
Tentunya budidaya jamur ini sangat menguntungkan. Prasetyo juga mengolah jamur tersebut menjadi produk makanan. Sate jamur tiram adalah menu khas kebanggaan WKD. Bahannya pun langsung dari kebun sendiri dan pembudidaya sekitar. Selain mudah, tentu juga higienis karena perawatan dapat diawasi langsung.
“Untuk budidaya jamur, tentu panennya bisa setiap hari. Karena kami punya sekitar 4.500 (baglog) yang kami budidayakan sendiri. Namun ini masih belum mencukupi kebutuhan untuk sate jamur tiram di sini. Karena itu kami juga menggandeng pembudidaya lain yang sejak dulu bagian dari komunitas kami,” kata pria yang mengajar di Akademi Farmasi Surabaya tersebut.
Prasetyo mengatakan bahwa sate jamur Desa Drenges memiliki daya tarik. Khususnya bagi para pecinta kuliner. Tidak hanya dari Bojonegoro, bahkan dari luar kota. Orang nomor satu Bojonegoro, Anna Muawannah pun sempat menikmatinya. Tentu bersama kolega dan pejabat lainnya.
Pembangunan wisata edukasi dan kuliner WKD ini tidak hanya demi komersil semata. Prasetyo juga ingin berkontribusi dalam membangun desa. Melalui WKD, diharapkan potensi lokal dapat terus berkembang. Ini demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Drenges.
“Kami harap Wahana Kampoeng Drenges akan menyerap banyak tenaga kerja dari warga Drenges ini. Kemudian, Wahana Kampoeng Drenges menjadi inspirasi untuk membuka potensi baru. Kami ingin masyarakat bisa sejahtera dengan mengolah potensi lokal yang ada,” pungkas Prasetyo.