Alam sedang bekerjasama membalas dendam pada manusia. Bahkan Corona disebut sebagai madu bagi bumi, tapi racun bagi manusia. Sebab ada yang sedang ditenangkan dalam kebrutalan.
Jika menyusuri jejak sejarah Hari Bumi, sekitar 20 juta orang Amerika dan pelajar turun ke jalan mengisi sejumlah taman dan auditorium untuk mengkampanyekan kesehatan dan kelestarian lingkungan.
Aktor utama aksi ini adalah Gaylord Nelson, seorang politikus dan senator pertama yang menyuarakan isu-isu lingkungan menjadi agenda senat Amerika Serikat. Sejarah tersebut menjadi awal dari diperingatinya Hari Bumi untuk menyelamatkan lingkungan.
Melihat peristiwa sejarah yang untuk ngejagain bumi saja harus melakukan demonstrasi, kali ini berbeda. Dengan keadaan saat ini, kita tidak perlu melakukan demonstrasi karena bumi bisa membaik dengan caranya sendiri.
Seolah alam bekerjasama membalas dendam kepada manusia dengan hadirnya virus Corona. Bahkan pandemi covid ini disebut sebagai madu bagi bumi, tapi racun bagi manusia.
Wabah yang menyembuhkan alam ini cukup menarik untuk dibahas. Bagaimana tidak, iklim menjadi lebih baik semenjak pandemi muncul. Tentu saja pandemi ini merupakan kabar baik untuk bumi merehatkan diri.
Nabs, kondisi ini membuat udara bersih dari polusi dan mengurangi emisi. Hal ini terbukti dari kondisi udara dari negara Cina yang merupakan penghasil emisi terbesar di dunia.
Hal ini juga berpengaruh terhadap kehidupan hewan. Kabar baik datang dari spesies Penyu Belimbing yang melakukan perkembangan lebih daripada yang mereka alami selama bertahun-tahun.
Karena pandemi, orang-orang memilih untuk menjauh dari pantai. Tentu saja ini menjadi kesempatan emas sebagian spesies yang hidup di pantai untuk bereproduksi.
Di suatu pantai di Thailand, para pecinta lingkungan telah menemukan 11 sarang Penyu Belimbing sejak November. Jumlah terbesar sarang yang ditemukan dalam dua dekade terakhir.
Demikian pula, di Pantai Juno, Florida, sepanjang 15,5 mil (15 kilometer), para peneliti kehidupan laut menemukan 76 sarang Penyu Belimbing, peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan jumlah sarang pada tahun lalu.
Menelisik Lebih Dalam Obat Penenang Sebuah Kebrutalan
Kehadiran manusia di pantai berarti akan lebih banyak sampah plastik memasuki lingkungan laut dan tidak sengaja termakan, serta dapat menjerat penyu. Hal ini merupakan penyebab utama terjadinya cedera penyu.
Pembatasan karena pandemi bisa dijadikan inisiatif di kemudian hari untuk menerapkan pembatasan kunjungan wisata yang berlebih pada pantai tempat konservasi atau habitat hewan laut.
Tindakan ini tentu saja menguntungkan, untuk menjaga keberadaan hewan langka tetap hidup di masa depan.
Tetapi jika ditelisik lebih dalam, wisata alam hanya cara pengusaha yang berkedok konservasi untuk memperoleh keuntungan besar. Iya kan?
Bukankah sebuah konservasi adalah tindakan pelestarian dan perlindungan? Membiarkan alam dan hewan hidup tanpa gangguan, tapi nyatanya malah berjuta orang datang setiap tahunnya untuk berwisata.
Tentu saja itu mengundang banyak investor untuk terus menguruk tanah untuk kepentingannya semata. Pandemi menjadi penyelamat alam untuk sedikit bertahan. Di sisi lain pandemi juga menahan orang-orang dari sikap konsumtif.
Perkembangan jaman yang menuntut untuk tampil stylis juga berpengaruh besar dalam merusak alam, dan lagi-lagi pandemi menjadi batu penahannya. Contohnya, pemakaian sneakers.
Sneakers merupakan sepatu yang dirancang untuk kegiatan olahraga dan mulai diproduksi secara massal pada tahun 1917. Saat ini konsumsi sepatu sneakers berada pada titik tertinggi sepanjang masa.
Bagaimana tidak, sepatu ini menjadi favorit berbagai kalangan karena fleksibel dan menjadi fashion kekinian dengan gaya berbeda setiap tahunnya. Bahkan dalam acara formal seperti pernikahan, beberapa pasangan pengantin memilih menggunakan sneakers.
Eksistensi sneakers memang sedang naik daun. Sekitar 23 miliar sepatu diproduksi setiap tahun dan faktanya, pabrik sepatu ini menyumbang sekitar seperlima dari emisi karbon industri. Bisa dihitung berapa puluh pabrik sneakers yang berhenti beroperasi di kala pandemi? Ya, hal ini seakan jadi madu manis bagi bumi.
Apa yang Bisa Kita Lakukan
Untuk saat ini bukan waktunya risau dengan banyaknya berita yang simpang siur. Dalam menghadapi pandemi, hal yang paling tepat adalah menjaga imunitas tubuh agar tidak mudah terserang penyakit dan mendukung arahan pemerintah dalam membatasi penyebaran Covid-19 dengan tetap di rumah saja.
Perubahan alam yang semakin membaik menjadi hal yang harus dipertahankan. Pandemi adalah pesan singkat dari alam sebagai peringatan untuk manusia. Sebelum alam semakin menunjukkan kebrutalan dan kerusakannya.
Widyah Puspitasari adalah mahasiswa Jurusan Biologi, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.