Meski tak dimasukkan ke dalam daftar kawasan Geopark Bojonegoro, Desa Sumberarum Dander memiliki kemegahan bentang alam geosite yang amat memukau.
Desa Sumberarum, Dander, Bojonegoro, memang tak begitu dikenal publik sebagai titik destinasi wisata. Desa yang dibungkus wilayah hutan jati ini, lebih dikenal sebagai kawasan lahan pertanian hutan. Namun, siapa sangka, di balik rerumbun hutan jati, terdapat banyak sekali potensi geosite yang mampu memanjakan mata.
Desa Sumberarum tak jauh dari pusat Kota Bojonegoro. Berada sekitar 2,5 kilometer di selatan kabupaten kota, hanya butuh waktu sekira 30 menit untuk mengunjunginya. Di kawasan ditutup bukit hutan jati ini, terdapat sejumlah bentang alam batuan karst yang menentramkan hati.
Baca Juga: Batuan Karst, Pilar Ekologi Lembah Kendeng
Di antara potensi geosite di Desa Sumberarum, adalah fitur geologi unik berupa savana batuan dan jajaran goa karst alam. Fitur-fitur geologis ini, tentu terbentuk dari proses pelarutan batu kapur yang terjadi sejak ribuan tahun silam. Tak heran proses ini melahirkan sistem drainase bawah tanah berupa sumberan air dalam goa.
Savana batuan karst yang berada di tengah-tengah hutan jati, menjadi destinasi alam yang menenangkan hati. Pepohonan raksasa berusia ratusan tahun, tegak berdiri di atas batuan. Jati raksasa dan randu alas yang berdiri kokoh di atas batuan karst, menjadi keelokan alam yang teramat khas.

Di kawasan ini, terdapat sejumlah goa karst yang amat memukau. Goa-goa ini dipenuhi sejumlah flora fauna yang membuatnya kian tampak mempesona. Sejumlah pohon ficus raksasa beserta rentetan temali akar gantungnya, terlihat seperti sedang memeluk batuan kapur berada dalam dekapannya.
Kawasan ini memang memiliki sejumlah goa. Di antaranya Goa Sumur, Goa Lawang, dan Goa Menggah (kini Goa Lowo?). Goa-goa di kawasan ini, sempat diabadikan peneliti belanda ratusan tahun silam. Goa Sumur, Goa Lawang, dan Goa Menggah yang dicatat Belanda ini, sampai saat ini masih ada. Hanya, mungkin ada perubahan nama.

Riset dilakukan Jurnaba menemukan, sejumlah dokumen Belanda mendokumentasikan wilayah Sumberarum sebagai kawasan ekosistem batuan karst, penopang keberadaan sumber air. Hal ini terlihat dari toponim kata “sumur” yang mendominasi mayoritas wilayah.
Bahkan, sebelum bernama Sumberarum, tempat ini lebih dikenal sebagai kawasan Sumur. Nama Sumberarum, dimungkinkan sebagai penggabungan titik-titik sumber mata air (sumur). Mengingat, keberadaan sumber mata air kerap menjadi magnet sekaligus pusat peradaban manusia.
Pada dokumen bertarikh 1860 M, belum ada nama Desa Sumberarum. Yang ada hanya Desa Pilang dan Desa Kunci. Sementara wilayah Sumberarum sendiri, lebih dikenal sebagai kawasan Sumur. Nama ini dimungkinkan karena banyaknya sumber mata air (Sumur) yang berada di sini.

Di antara nama sumber mata air (sumur besar) di kawasan ini adalah Sumurdadap, Sumurgempol, dan Sumurlo. Sumur-sumur ini telah membantu masyarakat setempat dalam memenuhi kebutuhan air. Dari dokumen Belanda ini, terlihat jika sejak lama, wilayah ini adalah kawasan karst yang menjadi penopang sumber air bagi masyarakat sekitar.
Ekosistem Bentang Alam Karst
Sumberarum sebagai ekosistem batuan karst, punya peran penting sebagai penyeimbang ekologis. Bentang alam karst menyediakan berbagai manfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Sebab, kawasan karst adalah penyerap air hujan yang dapat mengubah jadi sumber mata air tawar bersih.

Dikutip dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, satu kawasan karst bisa menyediakan hingga 30 sumber mata air. Air dari sumber inilah yang dapat digunakan mendukung berbagai kegiatan pertanian dan perkebunan. Bentang karst juga menjadi habitat bagi flora dan fauna. Bahkan, kawasan bentang alam karst juga punya peran penting dalam siklus karbon di Indonesia karena dapat menyerap karbondioksida.
Kawasan Karst mampu menyimpan cadangan air dalam tanah. Sehingga mampu mengorkestrasi kebutuhan hidrologis di tempat tersebut. Kawasan Karst juga memiliki nilai ekologi dan wisata, sehingga layak dimanfaatkan sebagai laboratorium untuk belajar mengenal alam. Namun, kawasan karst mudah rusak dan pemulihannya lama.
Jika Geopark disusun atas tiga pilar: biodiversitas (keanekaragaman hayati), geodiversitas (ragam batuan), dan cultural diversitas (ragam budaya); Desa Sumberarum telah memiliki ketiganya. Secara struktur batuan, Sumberarum bahkan lebih geopark dibanding tempat yang resmi terdaftar sebagai Geopark Bojonegoro. Namun entah kenapa, kawasan ini justru dilupakan.
Meski tak dimasukkan ke dalam daftar kawasan Geopark Bojonegoro, Desa Sumberarum Dander memiliki kemegahan potensi geosite yang amat memukau. Potensi ini, sudah sepatutnya dimanfaatkan sebagai ladang ilmu pengetahuan. Laboratorium yang mendekatkan manusia dengan alam.








