Melihat kesibukan warga Kertawangi Cisarua yang mampu budidaya cacing tanah merah (lumbricusrubellus) untuk dijadikan kompos cacing (vermiksasi).
Warga Kampung Cipeusing Desa Kertawangi, Cisarua, Bandung Barat, mampu olah kotoran sapi dan limbah bekas baglog jamur jadi pupuk kompos. Bahkan, mereka juga melakukan budidaya cacing untuk kesuburan tanah.
Pengolahan limbah tersebut secara tidak langsung dapat membantu pengurangan penimbunan sampah, khususnya sampah organik. Terdapat pengolahan limbah pada beberapa titik Desa Kertawangi ini, salah satunya yang dimotori oleh Fatimah.
Pengolahan berupa kompos cacing, dimulai dengan pengembangbiakan cacing tanah yang kemudian menghasilkan pupuk vermicompost.
Dirintis sejak tahun 2018, ia memulai dari pengembangbiakan telur cacing sebanyak 5 kg. Saat ini, ia mampu memproduksi dua kwintal pupuk kompos.
Pengolahan kompos cacing (vermicompost), merupakan pupuk yang terbentuk dari hasil perombakan bahan-bahan organik setelah beberapa waktu pengembangbiakan cacing berhasil dilakukan.
Adapun dalam pengembangbiakannya membutuhkan media pendukung lainnya, yang digunakan sebagai media biak cacing dan pangan cacing itu sendiri.
Proses pembuatan kompos cacing (vermiksasi) yang dilakukan di kertawangi ini memilih cacing tanah merah (lumbricusrubellus) dalam proses pembudidayaannya bermula dari pembudidayaan cacing, dengan bantuan media berupa baglog bekas budidaya jamur dan kotoran sapi sebagai pangan cacingnya.
Infirmasi ini tentu membuatmu makin tahu indoesia ya, Nabs. Penjualan cacing beserta vermicompost ini sudah tembus ke luar daerah, diantaranya Cikampek, Cipejeuh, Cileweung.
Pupuk vermicompost tersebut dijual seharga Rp 5 ribu per karung. Sedangkan cacingnya sendiri juga dijualkan dalam bentuk kiloan, dengan harga perkilo senilai Rp 30 ribu.
Omzet yang dihasilkan Fatimah cukup besar. Dengan mempekerjakan 5 orang karyawan, tiap minggu ia mampu hasilkan kurang lebih Rp 5 juta, serta biaya yang perlu dikeluarkan untuk operasional dan lain sebagainya yang setiap minggunya mengeluarkan kurang lebih Rp 4,2 Juta.
Proses yang ditempuhnya di 2022 ini bisa dikatakan mudah dan dengan waktu yang terstruktur. Pasalnya, usaha ini telah dirintis tujuh tahun silam, dan bagusnya pengaturan waktu mulai dari pembibitan hingga masa panen, dituliskan dengan jelas, sehingga hal tersebut dapat membantu memudahkan dalam mengontrol seberapa hasil panen yang dapat dipasarkan.
Hal ini tentu sangat membantu menstabilkan pengolahan keuangan, dan meyakinkan konsumen akan konsistensi pabrik yang dapat menghasilkan pupuk sesuai kebutuhan.
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam proses pengembangbiakan hingga masa panen terlebih masa pemasaran pun tentu dihadapi seiring berjalannya waktu. Salah satu yang dihadapi yakni tatkala musim hujan yang dapat mempengaruhi daya tumbuh kembang cacing. Kadar air berlebih pada media biak dapat mengakibatkan cacing kurus dan hasil panen pun menurun.