Awalnya sebuah angka yang membuat saya pusing. Tapi, dari sana, saya menemukan sebuah kunci pintu menuju semesta jagad raya.
Semua bermula dari angka sepuluh. Ya, sepuluh adalah angka 1 dan 0 yang jadi angka pertama dalam deret puluhan. Begitulah, fasilitator belajar Guratjaga meminta saya mengembangkan angka 10 untuk dijadikan sebuah prosa. Hmm
Tentu itu tugas yang ringan-ringan berat. Tapi juga berat-berat ringan. Ringan karena cuma dua simbol saja (1 dan 0), tapi berat karena, masak iya sih, dua simbol itu harus aku jadikan prosa?
Tapi tak apa, konsekuensi mengikuti kelas Guratjaga adalah kemauan untuk telaten memikirkan hal-hal kecil sekaligus berani mengubahnya menjadi sesuatu yang besar. Asal jangan Besar Kepala lho ya.
Butuh waktu berhari-hari bagi saya memikirkan tulisan apa yang harus saya tulis dari angka 10. Padahal, deadline yang diberikan fasilitator harusnya sangatlah cukup, karena waktu pengumpulan adalah seminggu.
Tapi, angka sepuluh benar-benar membuat kepala saya pusing. Saking pusingnya, selama berhari-hari, dalam hati dan otakku, yang muncul adalah angka sepuluh.
Angka sepuluh, kau tahu, sampai kebawa dalam tidur, mimpi, dan ingatan masa lalu saya. Sialnya, saya tak juga mendapati, kira-kira apa yang bisa saya tulis dari angka sepuluh itu?
Hingga suatu malam, tiba-tiba, saya lelah dan mengantuk sekali. Lalu saya merebahkan tubuh di atas sofa. Berniat tidur sambil membaca Bismillah dari dalam hati. Anehnya, saya ingat sesuatu dan malah tak jadi mengantuk.
Bukan. Bukan karena ingat si dia yang tak pernah lagi membalas chat WA saya. Bukan itu. Kalau dia sih sudah saya pasrahkan pada Tuhan YME. Sebab jika memang jodoh, pasti tak akan kemana. Ini soal lain.
Saya tak jadi ngantuk karena merasa ada yang aneh dengan bacaan Bismillah saya. Saya ulangi beberapa kali dalam hati. Lalu saya ulangi beberapa kali dengan suara yang terdengar telinga; Bismillahirrahmanirrahim.
Ya, ada 19 huruf dalam kata Bismillah. Angka 19. Bukankah angka 19 adalah simbol angka 1 dan 9? Dan kalau dua angka itu dijumlah? Hasilnya? Allah!!!
Akhirnya saya menemukan jawabannya. Untuk memahami 10, saya tak harus fokus pada angka 10 itu sendiri. Tapi, harusnya saya bisa memikirkan, bagaimana angka itu dibentuk.
Bukankah, misalnya, 5+5=10, atau 8+2=10 atau 7+3=10? Ya, saya pilih 1+9=10. Berkat membaca Bismillah, saya jadi tahu bahwa angka 10 bisa diurai dengan mudah.
Ya, ya, inilah pentingnya membaca Bismillah. Bismillah memang ucapan yang keramat. Masyhur di kalangan para santri bahwa Bismillah merupakan kata azimat.
Saya juga ingat, salah satu Kiai Sepuh Jawa Timur, Mbah Khusen Ilyas Mojokerto, pernah dawuh dan ngendikan; Allah menciptakan 4 kitab suci. Yakni Zabur, Taurat, Injil dan Al Qur’an.
Nah, menurut Mbah Khusen, 3 kitab sebelum Al Qur’an; yakni Zabur, Taurat dan Injil, dilebur jadi satu ke dalam satu kitab bernama Al Qur’an. Inti Al Qur’an dilebur ke dalam satu surat Al Fatihah. Lalu, inti surat Al Fatihah dilebur kedalam Bismillah. Dan inti Bismillah ada di huruf Ba-nya.
Artinya, Bismillah adalah inti dari Al Fatihah dan semesta kitab Allah SWT. Jadi, Bismillah adalah inti dari semesta jagad raya. Dan Bismillah berjumlah 19 huruf. Dan 19 adalah angka 1 dan 9. Dan angka 1 dan 9 kalau dijumlah jadi: 10. Allah!!
Berkat baca Bismillah, akhirnya saya bisa mengembangkan angka 10 menjadi prosa seperti yang ditugaskan oleh fasilitator belajar Guratjaga.
Saya menyimpulkan satu perihal sangat penting. Bahwa sebelum menulis, memang harus diawali baca Bismillah. Ini nggak guyon lho. Ini terbukti. Tanpa baca Bismillah, kamu tak akan baca tulisan saya ini.
Saya tambah yakin bahwa Bismillah adalah doa dan kunci pintu dari apapun yang ada di semesta jagad manusia. Kunci pintu dari apapun yang ada di semesta jagad raya.