Perang merupakan salah satu cara mencari kemerdekaan. Dongeng tentang perang kadang sangat anomali bagi anak kecil.
Rafa, anak kecil yang baru seumur jagung. Dia rindu sosok kakek yang pernah bercerita tentang perjuangan pahlawan dan semangat yang mengalir pada setiap nadi para pahlawan. Dan berani mati demi bangsa dan negara.
Tidak sengaja Rafa melihat foto-foto pahlawan di kamar kakeh. Dia hanya tercengan, dan bertanya dalam benak. “Apa kakek dulu juga pahlawan dan ikut tembak-tembakan, ya.” Gumamnya sembari mengelus-elus rambutnya.
Dia cukup lama di dalam kamar kakeknya. Karena masih penasaran, ada misteri apa dalam kamar ini? Kemudian Rafa mencari-cari, apa saja yang dijumpai pasti akan dipahami secara mendalam. Begitu pula akan ditanyakan pada ayahnya.
Seketika Rafa melihat lembaran kertas berwarna busam, dan tulisanya tak begitu jelas. Seperti surat jaman dulu. Dan beberapa abjad sudah terhapus dimakan zaman plus rayap yang tidak bertanggung jawab.
Dia berlari menuju ayah. “Yah, ini apa ya?” Tanya Rafa sambil menarik-narik baju ayah. Ayah kemudian melihat apa yang dibawa Rafa. Ayah juga kaget. “Anak sekecil ini kenapa bisa penasaran dengan hal semacam ini. Dia beda dengan anak seumurannya.”
Ayah pun bercerita kepada Rafa.
“Begini, Le.”
“Dulu, ketika kamu masih kecil. Almarhum kakekmu sering mendongengi dirimu sebelum kamu tidur. Kakekmu selalu bercerita tentang perjuangannya pada masa dulu. Pedih dan susahnya mencari makan untuk menghidupi keluarga. Kakekmu juga tak pernah lupa, beliau sering bercerita tentang peperangan yang diikuti pada tahun 40-an.”
“Terus gimana lagi, Yah.” Rafa semakin penasaran. Diam sambil menikmati cokelat yang dibeli di warung pojok dekat pertigaan.
“Kakekmu lahir di tahun 1920-an. Sewaktu muda dia selalu ikut berperang melawan para penjajah. Semangat kakekmu sungguh luar biasa. Semua orang pada bersembunyi ketika pemberontak itu datang. Semua orang pada dibunuh. Dan saling membalas membunuh juga.”
“Kejam ya, Yah.” Rafa masih bengong.
“Iya memang kejam sekali. Mereka pada berebut kekuasaan. Rakyat bawah hanya bisa melawan dengan sekuat tenaga, dan tidak lupa kebersamaan itulah yang membuat kita menang dari para penjajah. Orang dulu ketika banyak tidak makan, Le.”
“Ini apa, Yah?” Rafa bertanya sembari memegang lembaran kusam tadi.
“Ini itu adalah surat wewenang, atau orang-orang dulu menyebutnya dengan surat perang. Orang-orang ketika membela negaranya mati-matian. Kalau kata Bung Tomo, merdeka atau mati.” Ayah pun sembari mengelus-ngelus rambut Rafa.
“Tapi kenapa harus perang, apa ndak bisa damai, Yah?”
“Karena para penjajah dulu datang ingin merampas kekayaan alam yang ada di negara kita. Pribumi juga tidak memberikan semana-mena. Dan tetap mempertahankannya. Ingat, Le. Mbah Voltaire pernah berkata dalam bukunya yang berjudul Candide. ‘Peperangan adalah pembunuhan yang disahkan’ kurang lebih begitu ya, Le.”
Rafa pun tertidur pulas, rindu dongeng kakek sudah terobati. Ayah pun segera memindahkan Rafa, dari pangkuannya ke kamar tidur seperti biasa.