Pemerintah Indonesia mengumumkan kenaikkan tarif iuran BPJS Kesehatan. Kabar ini meramaikan media sosial. Muncul pro-kontra di kalangan masyarakat. Khususnya perdebatan di dunia maya.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani menyatakan kenaikan tersebut pada Kamis (29/8/2019) lalu. Kenaikan iuran tersebut berlaku mulai 1 September 2019.
Puan mengungkapkan kenaikan tarif sudah dibahas pemerintah. Pembahasan tersebut melibatkan Kementrian Keuangan bersama Komisi IX dan Komisi XI DPR. Kementrian PMK akan menerbitkan aturan sebagai turunan dari peraturan presiden yang terbit pada Agustus 2019 ini.
Tidak tanggung-tanggung, kenaikan iuran BPJS Kesehatan akan naik dua kali lipat. Besaran tersebut diusulkan oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawarti. Pasalnya, jika tidak terjadi kenaikan iuran, maka BPJS Kesehatan akan mengalami defisit sebesar Rp 32,8 Trilyun pada tahun ini.
Kabar kenaikan iuran BPJS Kesehatan ini berbarengan dengan kabar mengejutkan lainnya. Kabar tersebut adalah kepastian lokasi pemindahan ibu kota negara. Pada minggu yang sama Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo mengabarkan dua kabupaten akan menjadi ibu kota baru.
Ibu kota baru akan berada di dua kabupaten, Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara. Biaya pembangunan dan pemindahan ibu kota tersebut sebesar Rp 466 Trilyun. Sungguh nominal yang amat besar bukan?
Jika BPJS Kesehatan terancam mengalamai defisit, maka pemindahan ibu kota tentu belum bersifat urgensi. Pemulihan keuangan BPJS Kesehatan lebih bersifat darurat. Pasalnya, BPJS Kesehatan merupakan subsidi silang dari masyarakat. Negara memiliki peran sebagai pengelolanya.
Akun instagram @blogdokter turut mengkritisi hal tersebut. Pada Kamis (29/8/2019) lalu, akun tersebut menggunggah sebuah gambar. Gambar yang unik dan lucu, tetapi mampu mewakili keresahan masyarakat.
“Saat semua fasilitas kesehatan gulung tikar akibat BPJS Kesehatan nunggak bayar klaim, saat itulah kita kembali ke Doraemon,” tulis caption pada unggahan akun tersebut.
Benar saja jika Doraemon menjadi penolong masyarakat. Ini cukup beralasan. Doraemon merupakan robot kucing dari abad 22. Robot ini memiliki berbagai macam alat berteknologi canggih. Selama ini, dia sering membantu tuannya, Nobita dalam menghadapi masalah.
Pada episode 479 berjudul Tas Dokter, Doraemon membantu Nobita mengidentifikasi penyakitnya. Lalu, dengan alat bernama Tas Dokter tersebut, Nobita berhasil disembuhkan. Setelah itu, Nobita bersumpah untuk membantu orang lain dengan alat tersebut.
“Dengan alat ini aku akan menyembuhkan semua orang!” kalimat Nobita dalam dialognya.
Dengan begitu, adanya Doraemon adalah solusi bagi masyarakat. Dengan anggaran sebesar pemindahan ibu kota, tidak. Dengan anggaran sejumlah ancaman defisit BPJS Kesehatan, negara bisa saja mengimpor robot Doraemon. Dengan begitu, masyarakat bisa membelinya daripada harus membayar iuran BPJS Kesehatan. Yang tentunya semakin lama semakin naik.
Adanya Doraemon tidak hanya membantu dalam hal kesehatan. Berbagai kebutuhan hidup masyarakat akan sangat terbantu. Baik dalam kesejahteraan serta keberlangsungan hidup. Doraemon adalah Koentji.
Negara tidak perlu lagi pusing memikirkan kesehatan masyarakat. Tidak perlu lagi ada iklan kampanye hidup sehat. Iklan kampanye larangan merokok yang masih pro-kontra di negara ini. Cukup sediakan Doraemon dengan cara impor dari negara asalnya, Jepang.
Kenaikan tarif BPJS Kesehatan ini tentu jadi isu yang jadi perbincangan besar di masyarakat. Kesehatan merupakan isu penting di Indonesia. Pemerintah harus punya solusi konkret agar layanan kesehatan bisa maksimal dan tak memberatkan masyarakat.