Pemerintah Kabupaten Bojonegoro mengadakan Festival Pusaka Nusantara 2018. Festival ini merupakan rangkaian acara peringatan Hari Jadi Bojonegoro ke-341. Sejumlah pusaka dari berbagai macam kerajaan masa lampau di Nusantara dipamerkan di acara yang digelar selama 3 hari, yakni 16 hingga 18 November 2018.
Pendapa Malowopati dan Kahyangan Api menjadi dua tempat terpilih untuk menyelenggarakan acara Festival Pusaka Nusantara. Pembukaan dilakukan di pendapa pemkab. Sedangkan prosesi Jemasan atau pencucian pusaka dilakukan di area wisata Kahyangan Api, kecamatan Ngasem, Bojonegoro.
Bupati Bojonegoro, Anna Muawanah menjelaskan, acara ini digelar sebagai pengingat bahwa Indonesia dahulu dibangun lewat semangat kebudyaan. Karena itu, generasi milenial diharapkan paham tentang kebudayaan masa lampau lewat Festival Pusaka Bojonegoro tersebut.
“Tujuannya menata kembali, bahwa dulu Indonesia itu dibangun lewat semangat kebudayaan dan seni kekaryaan,” Ujar Anna Muawanah pada pembukaan Festival Pusaka Nusantara 2018.
Nabsky, berbagai macam pusaka dari zaman kerajaan seperti Majapahit dan Mataram hadir di pagelaran ini. Tak hanya dari Bojonegoro, beberapa pusaka datang dari luar kabupaten seperti Solo dan Madura. Kebanyakan memang memamerkan keris. Namun ada juga pusaka yang berbentuk pedang dan tombak.
Salah satu pusakawan Bojonegoro yang turut berpartisipasi dalam Festival Pusaka Nusantara 2018 adalah Supardi. Dia adalah anggota organisasi Lawe Wenang yang mewadahi orang-orang yang peduli terhadap pusaka kuno yang ada di Bojonegoro.
Menurut pria yang berasal dari Kecamatan Temayang tersebut, pusaka yang ada di Bojonegoro kebanyakan berasal dari kerajaan Majapahit dan Mataram. Hal itu berkaitan langsung dengan sejarah kerajaan Pajang dan Rajekwesi.
Pusaka yang dibawa dan dipamerkan oleh Supardi dan organisasi Lawe Wenang pada pagelaran ini usianya mencapai 700 tahun lebih lho, Nabs. Bentuknya pun bermacam-macam. Mulai dari keris, tombak hingga pedang.
Ada perbedaan mencolok antara keris pusaka yang berasal dari kerajaan Majapahit dan kerajaan Mataram. Perbedaan itu, Nabs, terletak pada guratan terang yang melekat pada keris. Atau dalam dunia pusaka nusantara disebut sebagai pamor.
Untuk keris yang berasal dari Majapahit, bentuk pamornya tak terlalu menonjol dan cenderung polos. Sedangkan yang dari Mataram, memiliki bentuk pamor yang lebih menonjol dan cenderung abstrak.
Di Bojonegoro sendiri nih Nabs, pusaka berupa keris banyak dimiliki oleh para petani. Karena jarang dirawat, keris yang dimiliki oleh petani itu terlihat karatan. Lawe Wenang pun membeli keris yang karatan tersebut untuk kemudian dirawat dan dibersihkan.
“Banyak petani di Bojonegoro yang punya keris warisan leluhur. Namun tak terawat sehingga karatan. Kami kemudian mencoba membeli dan merawatnya agar keris tersebut tidak rusak,” ungkap Supardi saat ditemui di Pendapa Malowopati.
Ada cara khusus untuk membersihkan keris yang sudah karatan. Supardi bercerita, keris yang karatan dibersihkan dengan campuran air mengkudu dan jeruk. Setelah itu, keris digosok hingga karatnya hilang. Tahap terakhir adalah penjemuran yang umumnya dilakukan selama seharian penuh.
Salah satu pusaka yang mencuri perhatian adalah tombak yang dipercaya milik Prabu Angling Dharma. Pusaka berupa tombak atau trisula tersebut punya bentuk yang unik. Ada penambahan ornamen kayu sebagai pelindung tombak yang berasal dari Kediri itu.
Kini, tombak tersebut disimpan di salah satu rumah warga di Desa Kalianyar, Kapas. Menurut salah satu panitia, Rudi, tombak Angling Dharma itu sengaja dibawa dari Kediri untuk diberikan kepada ahli waris yang ada di Bojonegoro.
Pagelaran yang berlangsung pada 16 hingga 18 November 2018 ini menjadi sarana hiburan dan pendidikan bagi warga Bojonegoro. Banyak ilmu dan pengetahuan baru tentang sejarah Nusantara yang bisa diserap melalui acara ini.
Festival Pusaka Nusantara 2018 diharapkan mampu memberikan edukasi kebudayaan kepada generasi milenial. Dengan begitu, generasi milenial tak pernah melupakan kebudayaan leluhurnya. Jadi, Nabs, jangan lupakan sejarah kebudayaan nenek moyang kita yaaa~
Comments 1