Banyak kisah menarik yang bisa diangkat dari sosok Prabu Angling Dharma. Satu di antaranya, film pendek berjudul Abu Ajaib garapan sineas Bojonegoro.
Film Abu Ajaib bercerita tentang Tejo, seorang anak kecil yang tertarik dengan kisah Angling Dharma. Angling Dharma merupakan tokoh yang dipercaya punya kesaktian pada zaman dahulu di Bojonegoro.
Tejo mendapatkan banyak cerita dan informasi tentang Angling Dharma dari kakeknya. Salah satu cerita dari kakek Tejo adalah tentang istri Angling Dharma bernama Setyowati.
Dalam kisahnya, Setyowati pernah membakar diri untuk membuktikkan kebenaran yang Ia bawa. Ia membakar diri sampai jadi abu. Konon, abu dari Setyowati yang dipercaya punya banyak kesaktian ini, masih ada di tanah Bojonegoro.
Berangkat dari kisah itu, Tejo yang penasaran dengan penuturan kakeknya kemudian mencoba berburu abu Setyowati. Ia berburu abu Setyowati ke beberapa tempat sekaligus. Mulai dari hutan, sungai, hingga kilang minyak tradisional yang ada di Bojonegoro.
Tak disangka-sangka, Tejo akhirnya menemukan abu di sekitaran sawah. Tejo meyakini bahwa abu tersebut memang milik Setyowati, istri dari Prabu Angling Dharma.
Apa yang dilakukan oleh Tejo dengan abu Setyowati tersebut? Apakah mitos mengenai khasiat abu Setyowati benar adanya? Untuk tahu jawabannya, tonton langsung film pendek “Abu Ajaib” di kanal Viu.com ya, Nabs.
Film Abu Ajaib ini merupakan karya sineas lokal Bojonegoro. Pembuatannya dibantu oleh Badan Perfilman Indonesia (BPI) dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).
BPI dan Bekraf memang memilih 17 kota di Indonesia untuk diikutkan dalam festival film pendek ini. Salah satunya adalah Bojonegoro.
Pengambilan gambar dari film ini dilakukan di Kecamatan Kedewan, Bojonegoro. Selain di hutan, tempat yang juga ditunjukkan adalah kilang minyak tradisional di kawasan Wonocolo.
Menurut salah satu penulis skenario film ini, Intan Setiyani, pengerjaan film Abu Ajaib disupervisi langsung oleh ahli di bidangnya masing-masing. Oleh sebab itu, produksi film dilakukan dengan standar yang tinggi.
“BPI dan Bekraf membantu dengan menerjunkan ahli dan sineas yang sudah mahir di bidangnya. Untuk produksinya dilakukan secara mandiri oleh teman-teman dari Bojonegoro,” ujar Intan Setiyani.
Intan menambahkan jika total proses pengambilan gambar berlangsung selama 3 hari. Setelah proses editing selesai, film kemudian dirilis di Jakarta pada 21 Mei lalu. Bersamaan dengan film-film dari sineas lain dari seluruh Indonesia.
Lewat film ini, para sineas lokal ingin mengangkat kebudayaan yang ada di Bojonegoro. Contohnya legenda Prabu Angling Dharma yang sudah tersohor itu. Film yang disutradarai oleh Mahmud Zain ini berhasil memadukan mitos zaman dulu dengan kehidupan zaman sekarang yang serba digital.
Bagi Nabsky yang tertarik dengan cerita atau legenda Prabu Angling Dharma, film Abu Ajaib ini bisa dijadikan sebagai tontonan. Kisah sederhana berbalut kearifan lokal dalam film ini, bisa jadi tontonan yang asyik bersama teman ataupun keluarga.