Hatimu sedang tersayat dan berkarat? Berfilsafatlah.
Setiap manusia pernah merasa bahagia dan kesedihan. Bahkan kekecewaan yang mendalam, Nabs.
Kegelisahan yang tidak menjawab sebuah persoalan yang dihadapi, terkadang menjadi tekanan sendiri walaupun di tengah keramaian tetap terasa sepi.
Manusia pada dasarnya memerlukan semua rasa dan kegelisahan yang perlahan membentuk ombak-ombak kebijaksanaan yang besar.
Berharap dan memberi harapan tanpa uluran tangan, seperti halnya makanan yang tidak dihidangkan.
Semua kejadian seakan sebuah ujian namun beserta sebuah jawaban. Perasaan yang tak bertuan menjadikan tangisan di bawah guyuran air hujan tanpa menghadirkan cahaya sebagai bentuk bayang-bayang keadilan.
Rasa kecewa yang mendalam terlebur dengan sempurna menjadi sebuah harapan ditengah kerinduan kasih sayang. Filsafat, menjawab atas firasat!
Kejadian yang terasa mengecewakan hanya dugaan pikiran yang hilang dengan sandiwara kelucuan.
Bersandar pada cinta akan menumbuhkan kebijaksanaan yang mendalam dengan hangatnya pelukan Tuhan.
Tidak perlu merasa tersakiti, apalagi sakit hati, ini hanya penokohan panggung dalam hitungan jari.
Filsafat mengantarkan kita dalam posisi yang seimbang dan menghilangkan rasa bimbang.
Firasat yang membuat penat menjadikan hati yang berkarat dan terasa berat. Filsafat menjawab atas firasat untuk merubah langkah kaki yang berat, perlahan-lahan terangkat dan menyembuhkan hati yang tersayat.
Kesepian hanya perasaan yang tidak menghadirkan Tuhan. Jangan merasa kesepian, tumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta ada dalam dirimu.
Kekecewaan yang menghampiri kita adalah sebuah pesan! Jika menurutmu penting bacalah dan jika tidak cukup penting maka hapus serta lupakan.
Jika keindahan dunia tertulis dengan kata, kasih sayang tersimpan dalam dada, jadikan kekecewaan hanya terlintas dalam telinga.
Sudut pandang yang tidak sejalan menjadikan kehidupan dengan pilihan yang beragam. Layaknya burung dengan dua sayapnya terbang dan melihat keindahan. “Tuhan membolak-balikkan hatimu dan mengajarkan hal yang bertolak belakang, agar kau punya dua sayap untuk terbang!”, begitulah kalimat yang diutarakan oleh sufi plus pujangga kenamaan di dunia, Maulana Jalaluddin Rumi.