Kini, hujan sering datang tanpa aba-aba. Tapi ia datang bersama pelajaran dan hikmah di baliknya.
Kamu memang dianugerahi satu keberuntungan yang tidak pernah kamu sangka. Tapi, mengapa kamu masih belum bersyukur pada hari? Apakah nikmat sehat, sempat masih belum cukup mengarungi bathera kehidupanmu?
Laju motor memang cepat. Tak terasa hujan pun hanya lewat begitu saja. Dari Jl. Panglima Soedirman menuju desa tercinta, motormu malaju cepat. Seakan rodanya melayang. Namun tak seperti layang-layang.
Memang, Tuhan itu tahu. Bahwa kematian masih begitu amat dipertimbangkan untuk sang pendosa sepertimu. Ya, pendosa, yang jarang berdzikir dan melakukan ibadah secara rutin. Kamu yang hanya meminta-minta saat susah saja, kini masih diberi nikmat di kehidupan yang fana.
Tugu selamat datang Kota Bojonegoro memberimu arahan. Bahwa kamu harus cepat-cepat pulang. Memang, orang tua di rumah menunggu kedatanganmu. Anak semata wayang yang kini tumbuh lajang.
Kendaraan-kendaraan besar melaju cepat, secepat kilat menyambar. Di depan, ya di depan. Ibu-ibu mengendong bayinya. Dengan sepeda tua, dan tubuhnya yang kian renta dimakan usia. Rasa belaskasihmu muncul secara tiba-tiba.
Dalam benakmu bertanya, “apa ibu itu masih kuat bekerja?” tapi hatimu harus yakin. Yakin akan ada suatu kejutan dari yang maha kuasa. Tuhan itu tahu bagaimana keadaanmu. Tapi, kamu harus sabar menunggunya.
Dalam cerita pendek Tuhan Tahu Tapi Menunggu karya Leo Tolstory diceritakan. Bahwa seorang yang dituduh sebagai pembunuh tidak bisa mengelak. Jika barang bukti ada di dalam tasnya. Tuhan tahu apa maksudmu. Dan kamu harus sabar menunggu kebenarannya.
Hari ini, kamu masih diberi keselamatan yang amat sangat mengarukan. Rumahmu yang megah masih bisa kamu lihat dengan indah. Ragamu masih sehat. Itulah ngantuk dalam perjalananmu menjadi nikmat.
Anehnya lagi, kamu masih bisa bercerita. Ya, bercerita tentang ngantuk plus tidur sejenak dalam perjalanan. Itu sebuah keajaiban, tidak dimiliki oleh kebanyakaan orang. Maka dari itu, rasa syukurlah yang harus kamu tanamkan.
Semua itu tidak lepas dari sebuah doa-doa kecil. Bisa jadi doa dalam hatimu kala kamu susah. Dan secara tidak langsung itu yang dikabulkan. Bisa jadi doa dari orang tuamu. Mereka yang selalu mengharap keselamatan dalam setiap langkahmu.
Ibu, kamu tidak akan bisa lepas doa-dao kecilnya. Doa itu memang teramat kecil. Tak banyak kata dan narasi yang diucapkan. Tapi, setiap doa yang terlontar dari mulut ibu menjadi buah yang besar.
Sesuai dengan lagu yang berjudul Keramat, karya Raja Dangdut. Tentunya Bang Haji Rhoma Irama, begini katanya, “Doa ibumu dikabulkan Tuhan, dan kutukannya jadi kenyataan.”
Itulah yang bisa dipetik hari ini. Lagi-lagi doa, yang mampu memecah segala kesusahan. Keselamatan pun terngiang dalam doa. Syukuri dan nikmati dan resapi apa yang kamu rasakan saat ini. Nanti, besok, bukan urusan saat ini.
Setiap perjalanan pasti ada peristiwa. Nah, kamu seharusnya bisa memetik peristiwa itu. Dan kamu mampu berkata, “pengalaman adalah guru terbaikmu,” dan kebaikan mampu memberimu senter (cahaya) kehidupan.