Labilnya cuaca pancaroba membuat masyarakat perlu waspada. Panas terik seketika berubah menjadi dinginnya hujan dan angin.
Langit di Bojonegoro tampak labil saat pancaroba. Cuaca panas terik bisa berubah mendung gelap secara tiba-tiba. Jemuran diangkat, eh langit kembali cerah. Begitulah yang terjadi pada minggu terakhir Bulan Maret 2020.
Inilah pancaroba, proses pergantian musim. Musim hujan berganti musim kemarau. Angin dari barat berganti angin dari timur.
Berdasarkan perhitungan kalender, musim hujan terjadi selama Oktober-Maret. Sedangkan April-September giliran musim kemarau. Sehingga, minggu ini sudah memasuki pancaroba.
Labilnya cuaca pancaroba membuat masyarakat perlu waspada. Panas terik seketika berubah menjadi dinginnya hujan dan angin. Ibarat gelas yang langsung dituangi air mendidih. Gelas akan retak, bahkan pecah.
Bagaimana dengan tubuh manusia? Tentunya tidak akan pecah seperti gelas dong. Entah kalau hati kamu, mungkin bisa pecah juga. Pecah dalam arti kinerjanya. Hehehe…
Saat pancaroba, perubahan cuaca begitu cepat. Ini memungkinkan perubahan drastis kondisi lingkungan. Misalnya perubahan suhu dan kelembapan udara. Tubuh butuh beradaptasi dengan kondisi tersebut.
Tubuh dengan kondisi prima tentu akan mampu beradaptasi dengan cepat. Bagaimana dengan kondisi tubuh yang tidak prima? Tentu akan berdampak pada kesehatan. Misalnya pusing, lemas, bahkan mudah sakit.
Seorang kawan menjadi korban cuaca pancaroba. Namanya Adityo Dwi Wicaksono. Berawal dari ajakan ngopi pada Jum’at (20/3) lalu, diketahui bahwa Dito sedang sakit. Tepatnya, radang tenggorokan.
“Tumbang aku. Biasa, penyakit musiman tiap tahun. Tiga hari sudah enakan, tapi tumbang lagi,” kata Dito melalui pesan teks.
Lebih dari satu minggu Dito beristirahat. Ini memaksa dia untuk terus berbaring dan bed rest. Istirahat memang kunci untuk sembuh dari sakit. Ditambah lagi dengan minum obat.
Bagaimana dengan kamu yang belum sakit? Eh, jangan sampai sakit. Maksudnya, saling mengingatkan untuk menjaga kesehatan. Ya, kesehatan tubuh itu penting. Kondisi fisik harus fit dan prima saat pancaroba.
Kamu bisa menjaga kesehatan dengan mengurangi aktivitas berat, olahraga, banyak minum air putih, istirahat dan tidur yang cukup, serta mengkonsumsi makanan begizi.
Ngomongin soal makanan, ayam geprek bisa membantu menjaga tubuh kamu lho, Nabs. Pastinya, banyak orang Indonesia doyan makanan pedas. Makanan pedas bisa membuat orang menjadi segar dan semangat.
Ada banyak gizi yang terkandung dalam bahan masakan pedas. Misalnya cabe, jahe, kunyit dan lada. Itu bahan umum yang ada di makanan pedas. Termasuk ayam geprek.
Melansir klikdokter, makanan pedas memiliki banyak manfaat. Menurut hasil penelitian, makanan pedas dapat meningkatkan metabolisme tubuh. Itu terjadi saat sedang istirahat (resting metabolic rate).
Juga, kandungan kapsaisin dalam cabai memiliki efek termogenik. Efek tersebut membuat tubuh mampu membakar kalori berlebih pasca makan.
Jahe dan bawang putih mengandung curcumin. Sejak dahulu kala digunakan sebagai obat tradisional antiperadangan. Misalnya pada gangguan artritis atau penyakit autoimun.
Semua bahan materi pedas tersebut ada dalam sepiring ayam geprek. Sehingga, ayam tepung berlumur sambal bawang ini memiliki banyak kandungan. Misalnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin A, B, C, zat besi, kalium dan magnesium.
Dengan menikmati ayam geprek, kamu bisa menjaga tubuh saat pancaroba, Nabs. Kringat yang keluar lewat pori-pori akan membuatmu segar. Ingat, ayam geprek benerannya, bukan dalam bentuk mie instan.