Ada banyak versi pemeringkatan perguruan tinggi. Terhangat dan sehangat tahu bulat yang digoreng dadakan di atas mobil, klasifikasi berdasar Kemdikbud (Dikti) 2020.
Lagi, dan lagi. Beberapa perguruan tinggi di Bojonegoro menunjukkan tingkat ke-cucok-annya yang tegar setegar tiang penyangga Jembatan Kaliketek yang berada di tengah aliran Sungai Bengawan Solo.
Mengapa cucok? Karena beberapa perguruan tinggi masih berakreditasi C (bintang tiga) bukan cukup, melainkan cucok, wqwqwq. Kalau kurang terima, ya sudah C aka cakep saja lah, bhahaha.
Baiklah, perguruan tinggi di Bojonegoro memiliki karakteristik yang unik. Ya, benar-benar unik.
Namun penulis yakin dan percaya, mulai ada pendar cahaya, pergeseran dari mahasiswa kerja yang amat sangat keren, ke mahasiswa yang benar-benar mahasiswa.
Yang memiliki kesadaran (srondok greget) ihwal pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Akulturasi itulah yang menjadi salah satu di antara beberapa keunikan mahasiswa PT Bojonegoro.
Tidak menutup kemungkinan, kalau suatu saat nanti perguruan tinggi di Bojonegoro ada yang bercokol di klaster 1 — sejajar dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), kampus dengan motto excellence with moraltiy dan AMERTA-nya (Unair), atau kampus dengan motto in harmonia progressio (ITB), dan lain-lain.
Sebelum lanjut, adakah motto perguruan tinggi di Bojonegoro yang melegenda plus mendarah daging? Atau hanya sekadar kalimat yang menguap ke cakrawala ketika PKKMB tiba? Wqwq ~
Ada tidak yang ketika dengar mottonya langsung ingat kampusnya. Mungkin ihwal motto perguruan tinggi, wabilkhusus di kabupaten yang konon sebagai lumbung pangan dan energi ini, juga seyogianya dipikirkan.
Kalau beberapa waktu lalu, Jurnaba merilis artikel — satu-satunya yang lahir di dunia — tentang peringkat perguruan tinggi Bojonegoro berdasar webometrics. Indikator pemeringkatan itu, lebih pada website perguruan tinggi.
Namun kali ini berbeda, berikut hasil penilaian (klasterisasi) perguruan tinggi Bojonegoro versi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang diumumkan pada 17 Juli 2020 dan baru bisa diakes satu hari setelah HUT RI Ke-75 (18 Agustus).
1. Universitas Terbuka
Bisa dikatakan UT merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang bisa diakses dari Bojonegoro. Kampus UT Bojonegoro ada di Jalan Mangga dan Lisman. Juga ada berbagai macam program studi. Kampus yang dies natalis-nya hari ini (4 September) berada di angka 307 nasional. UT berada di klaster 4. Memiliki skor 1.231.
2. IKIP PGRI Bojonegoro
Berdasar PDDikti, kampus yang diketuai oleh Sujiran berada di runner up. Kampus yang berdiri di Jalan Panglima Polim 46 Bojonegoro, dalam lingkup nasional berada di angka 427 dan berada pada klaster 4. IKIP PGRI Bojonegoro memiliki skor 1.103.
3. STIKES ICSADA Bojonegoro
Kampus ungu yang berada di area pusat kota yang berdiri pada tanggal 20 Agustus 2009 berada di peringkat tiga. Dengan rincian, dalam lingkup perguruan tinggi dari Sabang hingga Merauke berada di angka 717. Berada pada klaster 5. Memiliki skor 0.902.
4. UNIGORO
Dalam lingkup perguruan tinggi yang berada di kabupaten Jer Karta Raharja Mawa Karya ini berada di angka tetra/empat. Yellow campus dengan kalimat keramat Kami Ada untuk Indonesia, dalam lingkup nasional bercokol di angka 815. Berada pada klaster 5. Memiliki skor 0.848.
5. STIKES Muhammadiyah Bojonegoro
Berada di angka 1005 dalam lingkup nasional (klaster 1-5). STIKES MABORO sama dengan beberapa perguruan tinggi Bojonegoro yang lain, yakni berada di klaster 5. Dari indikator dan bobot penilaian, STIKES MABORO memiliki skor 0.762. Dan duduk di angka penta/lima se-Bojonegoro.
6. UNUGIRI
Dari indikator dan bobot penilaian, Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (UNUGIRI) Bojonegoro memiliki skor 0.721. Universitas yang dies natalisnya tanggal 17 Oktober 2014 itu, berada di klaster 5. Angka 1094 merupakan angka UNUGIRI dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, dari klaster 1 hingga 5.
7. STIE Cendekia Bojonegoro
Perguruan tinggi yang berbentuk sekolah tinggi ini, beralamat di Jalan Cendekia 22. Dekat dengan Terminal Rajekwesi Bojonegoro. Mengutip dari PDDikti, perguran tinggi dengan rektor/ketua Tri Suwarno berada di klaster 5. Dalam lingkup nasional, berada di angka 1203 dengan skor 0.680.
8. STIKES Rajekwesi Bojonegoro
Dengan skor 0.455, membuat STIKES Rajekwesi Bojonegoro berada di angka 1676 nasional. Berada di klaster yang sama dengan beberapa perguruan tinggi lain di Bojonegoro yaitu klaster 5. Menduduki tangga okta/delapan di kabupaten yang konon sebagai lumbung pangan dan energi ini.
Di tahun 2020 ini, indikator dan bobot penilaian melalui input (20%) seperti dosen pendidikan S3 dan jumlah mahasiswa asing. Kemudian proses (25%), seperti akreditasi institusi BAN-PT, pembelajaran daring, akreditasi prodi, dan jumlah prodi bekerja sama dengan DUDI, NGO, atau QS Top 100 World Class University (WCU) by subject.
Output (25%), dalam hal ini meliputi beberpa hal seperti kinerja riset, jumlah artikel ilmiah terindeks per dosen, dan kinerja kemahasiswaan. Outcome (30%), salah satu di antaranya kinerja pengabdian masyarakat.
Itulah, Nabs. Pemeringkatan perguran tinggi dengan model klasteriasi ala Kemdikbud (Ditjen Dikti) yang masih hangat, sehangat tahu bulat yang digoreng dadakan di atas mobil (tapi yo gak anget-anget nemen lah, srondok anget).
Melansir dari laman Ditjen Dikti, tujuan klasterisasi untuk merumuskan penciri kualitas perguruan tinggi yang telah terdokumentasi di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti). Dan juga untuk kepentingan pembinaan perguruan tinggi.