Gelaran festival adalah wasilah terbaik untuk menyampaikan pesan tentang kepedulian dan pelestarian alam.
Jazz Bengawan menjadi satu-satunya festival musik adiluhung yang memiliki kedekatan dan kepedulian pada alam di Bojonegoro. Dihelat sejak 2017, hingga kini festival tersebut rutin menjadi agenda tahunan yang dinanti-nanti masyarakat Bojonegoro.
Musik jazz, sejauh ini dikenal sebagai musik ekslusif yang hanya mampu dinikmati segmen masyarakat tertentu. Tapi, Jazz Bengawan terbukti mampu menjadikan musik jazz sebagai musik yang bisa dinikmati segala golongan.
Jazz Bengawan mampu menggeser label Jazz for me atau Jazz for you yang selalu melekat pada genre musik tersebut. Masyarakat Bojonegoro — baik pecinta Koplo maupun jenis musik lainnya — kerap menanti-nanti acara itu digelar.
Nabs, tahun ini, acara Jazz Bengawan digelar di dekat Jembatan Sosrodilogo — penghubung Kota Bojonegoro dan Kecamatan Trucuk — yang digadang-gadang sebagai lokasi ikonik Kota Bojonegoro.
Tentu saja, digelarnya Jazz Bengawan di tempat itu, kian mempertebal identitas Jazz Bengawan sebagai sebuah festival yang identik dengan Kota Bojonegoro. Mengingat, sejauh ini, Bojonegoro memang lekat dengan sungai Bengawan Solo.
Sebagai festival yang lahir dari kepedulian masyarakat sekitar sungai, gelaran Jazz Bengawan tentu bukan festival kosongan yang hanya menarget euphoria. Kepedulian pada alam, wabilkhusus sungai, menjadi target utama dari gelaran tersebut.
Festival Jazz Bengawan diharap mampu mempertajam kepedulian masyarakat pada sungai. Mampu membikin masyarakat mengurangi kebiasaan buang sampah di sungai. Dan mampu menghadirkan rasa memiliki bantaran sungai.
Sehingga, Jazz Bengawan yang notabene sebuah acara besar, tetap mampu menghadirkan dampak baik yang tak kalah besarnya terhadap ekosistem lingkungan dan alam sekitar yang kian lama kian terabaikan.
Maxwell Boykoff dalam Creative (Climate) Communications menyatakan, pesan-pesan penting terkait alam, lebih mudah diterima masyarakat melalui perihal yang menghibur. Dibanding saat ia disalurkan melalui sosialisasi yang kaku.
Karena itu, kami menganggap bahwa pergelaran festival adalah wasilah terbaik untuk menyampaikan pesan tentang pelestarian alam, jika dibanding sosialisasi door to door ala-ala minta sumbangan.
Potensi Festival Berbasis Pelestarian Alam di Bojonegoro
Kalau mau jujur dan sedikit peka pada khasanah lokal, Bojonegoro tak pernah kehabisan sumber daya alam terkait festival-festivalan. Mulai sungai, hutan hingga perbukitan.
Karena itu, kalau ada yang bilang Bojonegoro itu nga kaffah karena nggak punya pantai dan pegunungan, misalnya, tak masalah. Toh kita punya bantaran sungai dan perbukitan. Bukankah bantaran sungai dan perbukitan merupakan bentuk minimalis dari pantai dan pegunungan?
Bojonegoro punya banyak bantaran sungai yang indah. Tengok saja Padangan, Kasiman, dan Ngraho. Kalau cuma untuk dibikin festival, bantaran sungai di tempat itu lebih dari kata layak.
Tapi, kenapa yang terkenal justru pengerukan pasir ilegalnya?
Jawabannya: ada dua alasan. Pertama, lokasi amat jauh dari pusat pemerintahan. Sehingga, kerap luput dari pantauan para pencari potensi alam. Kedua, banyak anak mudanya — yang konon sebagai penggerak desa — memilih kuliah di luar kota. Sehingga kian asing dengan kota sendiri.
Bojonegoro juga punya banyak hutan yang luas dan indah. Tengok saja barisan hutan di Padangan, Ngraho, Margomulyo, Sekar, hingga Bubulan. Kalau cuma dibikin festival, tempat-tempat itu sangat potensial dan melebihi kata layak.
Tapi, kenapa yang terkenal justru hutan gundul dan pembalakan kayu liar?
Jawabannya: ada dua alasan. Pertama, lokasi amat jauh dari pusat pemerintahan. Sehingga, luput dari pantauan para pencari potensi alam. Kedua, banyak anak mudanya — yang konon sebagai penggerak desa— memilih kuliah ke luar kota. Sehingga kian jauh dengan kota sendiri.
Untuk alasan kedua, sesungguhnya amat sangat membanggakan. Banyak anak-anak perbatasan yang memilih kuliah di universitas negeri di luar kota. Tapi, ya, dampaknya, mereka kian betah di sana dan nggak mau pulang.
Kami kira, tugas pemerintah adalah mendorong adanya festival berbasis pelestarian alam di tempat-tempat yang jauh dari pusat pemerintahan. Tujuannya, untuk menunjukkan bahwa Bojonegoro itu luas. Nggak cuma di Kecamatan Bojonegoro saja.