Sikap istiqomah bukan perkara mudah. Tapi, bukankah hal-hal besar selalu lahir dari sesuatu yang tak pernah mudah?
Istiqomah, kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan kata itu. Ya, istiqomah sendiri berasal dari kata “qamawa” yang berarti berdiri tegak lurus. Selain itu Istiqomah juga banyak dikaitkan atau diartikan dengan konsisten.
Sebagaimana menurut salah satu ulama indonesia yaitu Abi Quraish Shihab. Beliau menjelaskan dalam buku “Membumikan Alqur’an. Bahwasanya istiqomah selalu dipahami sebagai sikap teguh pendirian, konsekuen, tidak condong atau menyeleweng dan tetap berjalan pada garis lurus yang telah diyakini kebenarannya.
Dari sini sudah jelas bahwasanya sesuatu yang dilakukan dengan sikap istiqomah adalah hal-hal yang condong dengan kebaikan. Lantas sudahkah kamu melakukan sesuatu kebaikan dengan istiqomah?
Oh, iya kebaikan yang dimaksud tidak hanya untuk orang lain. Melainkan kebaikan atau kegiatan yang berdampak positif untuk dirimu itu juga perlu kamu prioritaskan dengan sikap istiqomah. Seperti membaca, menulis dan lain-lain.
Jangankan istiqomah, aku saja masih kesusahan untuk melakukan kegiatan yang berdampak positif pada diriku sendiri. Aku lebih sering mengikuti ego untuk melakukan kegiatan yang berdampak kepuasan sementara. Terkadang hati kecilku mengeluh kenapa aku masih seperti ini.
Tenang, kamu tidak perlu risau. Langkah awal yang harus kamu ambil ialah menata niat. Jika sampai saat ini kamu belum bisa melakukan. Maka kamu harus menancapkan niat dan tekad didalam hatimu. Setelah kamu menancapkan niat dan tekad perkuat dengan sikap istiqomah.
Mengucapkan itu semua, adalah hal yang paling mudah bagiku. Namun aku selalu kesulitan dalam hal melakukannya. Lantas apa yang membuatmu kesulitan? Entah aku sendiri tidak tahu.
Hmm jika niat dan tekad yang kuat masih belum cukup. Maka kamu hanya perlu partner atau teman untuk melakukan itu semua. Lantas siapa yang mau menemaniku dalam melakukan itu semua?
Tenang, saya akan bersedia menjadi teman untuk melakukan itu semua. Tidak hanya menuntunmu dalam hal kebaikan, saya juga akan menegurmu dalam hal sebaliknya.
Kau itu siapa? Kok sampai peduli dengan diriku yang seperti ini.
Saya adalah suara kecil yang muncul dari dalam hatimu. Saya sebelumnya selalu tenggelam dan kamu abaikan. Namun, mulai saat ini, saya tak akan lagi tenggelam. Karena saya yakin setelah kamu menancapkan niat dan tekad dengan kuat, ego tidak akan pernah menenggelamkanku lagi.