Padi diolah bisa jadi nasi, basi jadi Karak. Karak diolah bisa jadi Karuk. Pokoknya bisa memberi manfaat terus. Andai padi kayak manusia, dilukai dan disakiti kayak apapun, tetap terus bermanfaat.
Padi memang istimewa sekali ya, Nabs. Gimana nggak? Coba deh kamu menilik nasi yang sehari-hari kamu makan itu. Nasi yang dimasak itu memiliki berbagai varian nama.
Mulai awalnya disebut-sebut gabah, beras, nasi, upo (satu nasi yang jatuh), karak, hingga karuk.
Saya kira, bila nasi adalah manusia, maka ia layak dinobatkan sebagai manusia dengan kategori nama atau gelar terbanyak ya.
Dari beberapa macam varian nama tersebut, tentu bentuknya sudah beda-beda, tapi saya cukup mau ngebahas karak dan karuk saja, Nabs.
Kamu sudah tidak asing pasti ya dengan nama karak. Kalaupun belum tahu atau belum pernah dengar nama ini sebelumnya, ikuti tulisan ini sampai akhir ya.
Karak adalah nama yang dikenal masyarakat pada umumnya. Karak merupakan nasi basi atau biasa kita sebut sego mambu. Ya, sego mambu ini yang baru sehari langsung dikeringkan di bawah terik matahari sampai kering. Ini dinamai karak, Nabs.
Meski sego mambu, karak memiliki manfaat yang bisa mengobrak-abrik pikiran manusia lho. Istimewa sekali tentunya. Meski awalnya nasi basi yang tak layak dimakan dan baunya kecut kayak kamu itu. Haha
Ternyata karak memiliki banyak keunggulan. Setelah basi, selain sebagai pakan ternak, karak ini layak untuk ngobrak-abrik pikiran manusia jika kita teduh ngopeninya.
Masyarakat yang memiliki rasa eman tinggi atau penganut ajaran “mboeman ojo dibuwak” tentu karak sesuatu yang berharga. Selain bisa dijadikan uang setelah melalui proses pengeringan, juga bisa dikonsumsi lagi oleh perut manusia. Bisa dimakan maksudnya.
Bila karak dijual ingin ditukarkan dengan uang, maka nasi basi langsung dikeringkan tanpa dicuci tidak akan menjadi masalah. Sebab mungkin biasanya, kalau dijual itu digunakan sebagai pakan ternak.
Namun, bila karak ingin didaur ulang atau istilahe direcycle dan dikonsumsi kembali oleh manusia, harus melalui tahap pembersihan, pemilihan. Nasi basi, dicuci bersih, lalu dikeringkan sampai benar-benar kering.
Namun, karak yang dikonsumsi ini tentu kadar gizinya sudah menurun dari yang sebelumnya menjadi nasi ya, Nabs.
Tidak semua nasi basi bisa dikonsumsi. Bila sudah sangat lama dan melebihi batas waktu yang diperkirakan, maka tetap tidak layak diolah atau didaur ulang.
Misal, warnanya sudah berubah hijau kayak Hulk atau kuning kayak partai Golkar dan bermunculan jamu-jamur. Ini sangat tidak dianjurkan untuk dikonsumsi. Yang semacam ini biasanya layaknya dimaem ternak.
Yang boleh kita makan adalah yang basinya belum berhari-hari dan warnanya masih putih. Karaknya masih bagus. Setelah kering, karak bisa digoreng dicampuri dengan garam agar rasanya asin-asin gurih layaknya krecek.
Nah, karak yang sudah digoreng ini meningkat lagi namanya, Nabs. Bukan karak tapi Karuk. Iya, Karuk adalah karak yang telah digoreng.
Karuk ini sangat enak dan gurih. Tapi tergantung di tangan siapa Karuk ini diolah. Itu menjadi penentu rasanya. Kalo di tanganku haa sudah pasti gak enak, selain ga enak tentu bakalan gosong-gosong.
Karuk menjadi menu alternatif masyarakat zaman dahulu saat nasi sangat tidak memungkinkan untuk didapatkan. Maka masyarakat memilih jalan mendaur ulang kembali.
Seistimewa itu ternyata, yang awalnya adalah gabah yang disulap sampai menjadi Karuk. Meski diolah berkali-kali, gabah, nasi, karak, karuk masih setia menutupi kelaparan manusia-manusia.
Kebermanfaatan nasi basi masih sangat diperlukan bagi beberapa kalangan. Perannya sangat tinggi, selain untuk mengenyangkan perut manusia-manusia, khususnya manusia yang masih mau menerima.
Sebab tidak semua manusia mengonsumsi hasil olahan nasi basi, beda dengan hewan. Semua kalangan hewan menerima kehadiran nasi basi, terutama di keluarga unggas.
Keren kan. Padi diolah bisa jadi nasi, basi jadi Karak, Karak diolah bisa jadi Karuk. Pokoknya bisa memberi manfaat terus. Andai padi kayak manusia, dilukai dan disakiti kayak apapun, tetap terus bermanfaat.
Dan se-nggak bermanfaat- nggak bermanfaatnya, tetap masih bisa dijadikan makanan ternak. Tak pernah terbuang sia-sia, asal tahu cara pengelolaannya.
Kembali lagi ke Karuk. Ia memang sangat sederhana. Sederhana namun tetap istimewa ngobrak-ngabrik pikiran manusia. Selesai makan Karuk, pikiran akan fresh kembali.
Bayangkan saja makan Krecek. Ya seperti itulah Karuk. Hanya, bedanya, Karuk itu mandiri dan tidak saling menyatu layaknya Krecek yang berbentuk bulat-bulat itu.
Karuk cocok sekali sepertinya untuk dijadikan teman ketika nonton nih. Sekali-kali, kalau lagi nonton bioskop sama pacar misal, jangan melulu beli popocron. Mbok ya bawakan saja Karuk dari rumah. Biar hemat.