Tiga pertanyaan dari seorang waliyullah ini membuat kegalauan pemuda di depannya hilang tak berbekas
Kecemasan dan kegalauan adalah sosok yang selalu hadir di tiap fase hidup manusia. Baik muda maupun tua, punya kegalauan dan kecemasan yang sama. Kalaupun berbeda, mungkin hanya variabel jenisnya saja.
Saat sekolah, siswa galau karena takut tak bisa mengerjakan tugas. Setelah kuliah, seorang sarjana cemas tak dapat kerja layak. Sesudah mendapat kerja, ia galau tak dapat jodoh. Sesudah dapat jodoh, ia khawatir tak punya keturunan.
Galau. Cemas. Khawatir selalu hadir di tiap episode. Sialnya, di masa Covid-19 ini, kegalauan dan kecemasan menjelma seperti balon dan udara. Banyak orang yang tiba-tiba dekat dengan kegalauan dan kecemasan akan masa depan.
Entah cemas akan kesehatan atau cemas perihal keberlangsungan hidup di masa depan. Rasa cemas akan Covid-19 hadir secara general dan menyerang beragam usia. Setiap orang merasa cemas dengan beragam tema.
Syahdan, di sebuah sore yang lengang, seorang pemuda terlihat melamun. Tatap matanya kosong. Sementara Angan-angan mengawang di udara. Ada yang dia khawatirkan. Ada yang dia cemaskan.
Mungkin benar. Pemuda itu sedang galau memikirkan hidupnya. Mungkin dia galau belum dapat kerja. Atau khawatir belum dapat jodoh. Atau cemas tak bisa menghidupi keluarga.
Ibrahim bin Adham menghampiri pemuda tersebut. Dengan penuh akhlak dan keramahan, beliau mengucap salam pada pemuda yang sedang galau tersebut. Pemuda itu menjawab salam dari Ibrahim, tapi tatap matanya tak banyak berubah.
Seperti tak tega melihat kecemasan pemuda di depannya, Ibrahim bin Adham berucap pada pemuda tersebut, “Wahai anak muda, bolehkan aku bertanya tiga hal padamu, tapi tolong jawab dengan jujur.”
“Baiklah, Wahai Imam, akan aku jawab pertanyaanmu dengan jujur,”
Ibrahim bin Adham duduk di dekatnya. Setelah menghela nafas panjang, dia bertanya, “Apakah ada suatu perkara yang terjadi di dunia ini yang luput dari pengetahuan dan kehendak Allah Swt ?”
“Tentu tidak ada,” jawab pemuda itu.
“Apakah rejeki yang Allah tetapkan kepadamu akan berkurang?”
“Pasti tidaklah berkurang,” jawab pemuda itu lagi.
“Apakah waktu kematian yang ditetapkan Allah kepadamu akan bergeser dan tertunda ?”
“Sungguh, tidak akan bergeser dan tertunda,” jawabnya.
“Lantas, kenapa kamu masih cemas, apa yang kau khawatirkan?” tanya Ibrahim bin Adham.
Pemuda yang sebelumnya cemas dan galau itu pun pelan-pelan sadar atas kesia-siaan yang dilakukannya.
Ibrahim bin Adham merupakan seorang waliyullah yang terkenal zuhud dan wara. Banyak kisah hikmah tentang Ibrahim. Kisah di atas adalah satu di antara yang banyak itu.
=================
Selama Ramadhan ini, redaksi Jurnaba.co berupaya menghadirkan kisah-kisah pendek bermuatan hikmah. Semoga bisa jadi kisah yang asyik dibaca sambil menunggu waktu berbuka.