Pemerintah mungkin sudah jalankan apa yang seharusnya dijalankan, masyarakat juga sudah mentaati anjuran pemerintah, tapi bagaimana dengan masyarakat kecil?
Bertubi tubi kata Alhamdullilah saya ucapkan, kenapa? karena Tuhan sedang memberi cobaan kepada saya dan kepada sampeyan-sampeyan semuanya lur, itu tandanya Tuhan masih sayang kita, Alhamdulilah.
Nabs, mungkin kita sudah kerap mendengar yang namanya lockdown,psbb, social distancing, atau physical distancing, yups istilah istilah itu sudah sangat ngehh kita dengar.
Membuat kita semua untuk saling berlomba lomba membuat hastag #dirumahaja nyatanya masih ngopi santuy diluar, untuk tetap di rumah saja.
Ternyata lur, istilah-istilah lockdown dan kawan kawannya ini masih tak berlaku bagi sebagian masyarakat, ya padahal ini juga demi kebaikan kita bersama lho.
Ya saat saya dan sepupu saya ngontel sore sore atau bisa dibilang ngabuburit menunggu adzan magrib dan tak lupa memakai masker yang saat ini menjadi andalan utama bagi setiap umat manusia untuk menangkal corona
Tak tanggung tanggung saya dan sepupu saya ngontel kira kira hingga 10 kilometer hampir mengelilingi setiap kawasan di kecamatan Dander
Disetiap perjalanan saya selalu disambut dengan poster poster kampanye edukasi tentang covid-19 yang berisikan cara mencegahnya salah satunya dengan penerapan social distancing
Yang membuat saya tercengang saat hampir tiba di rumah — dan kebetulan rumah saya melewati pasar tradisional yaitu pasar Sumberarum — berjubelnya orang orang dan masih banyak yang tak menggunakan masker untuk sekadar berbelanja takjil atau makanan menu berbuka, sungguh wow sekali seakan tak mengindahkan anjuran pemerintah.
Melihat pedagang sempol, saya berniat untuk membeli, ya sebagai camilan pas buka puasa, dengan memberi uang 10 ribu saya memberanikan bertanya kepada penjualnya yang saya taksir umurnya 30tahun-an
Saya hanya menanyakan alasannya kenapa kok masih sempet sempetnya jualan ditengah pandemi ini, bukannya ini terlalu bahaya juga, dan jawaban tak terduga muncul dari kata kata Pak penjual sempol ini
“lha ya piye neh mas, anak 3 jek podo cilik cilik kabeh mas, bojoku buroh nek gone wong bayarane yo ra nyukupi, mosok ape nek omah ae suwe-suwe mangan uyah nu, urung tagihan listrik e urung seng liyan liyane”
Sepupu saya juga sempat melontarkan pertanyaan “lha mboten enten dana bantuan utawi sembako saking deso pak?”.
“lha kok jagakno deso mas, bantuane ki lo yo endi, nek umpomo enek bantuan yo sak ulan gak ngarah cukup mas”
Pemerintah mungkin sudah menjalankan apa yang seharusnya dijalankan, masyarakat juga mungkin sudah menaati anjuran pemerintah, tapi bagaimana dengan rakyat kecil, masih banyak para buruh pabrik maupun tani susah mencari pemasukan, pedagang kecil yang menggantungkan hidupnya kepada dagangannya
Dan bukan kata kata alhamdulilah lagi yang saya ucapkan melainkan kata amin, bertubi tubi kata amin untuk rakyat kecil semoga diberi kesehatan untuk memperjuangkan hidupnya, dan bertubi tubi kata amin semoga pandemi ini segera berlalu.