Keingintahuan adalah sumber segala ilmu. Dan di tiap kemajuan ilmu pengetahuan, selalu ada potensi laten yang cenderung berujung destruktif dalam diri manusia.
Paragraf-paragraf akhir tulisan Arnold Toynbee dari bab awal bukunya yang berjudul Mankind and Mother Earth (Sejarah Umat Manusia) sangat menarik buatku. Toynbee memberi dua faktor utama yang menjadikan ilmu pengetahuan senantiasa relevan dalam perjalanan hidup umat manusia.
Faktor pertama adalah penilaian manusia akan kebutuhan terhadap ilmu pengetahuan. Selama manusia masih membutuhkan ilmu pengetahuan dan menganggapnya penting, maka ilmu pengetahuan akan terus bergerak maju.
Faktor kedua adalah seberapa semangat manusia mendedikasikan hidupnya untuk serius mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Dua faktor yang dikemukakan Toynbee itu menghadirkan tanya bagiku. Bagaimana manusia hidup tanpa ilmu pengetahuan? Mungkinkah manusia menjauhkan dirinya dari ilmu pengetahuan? Kapankah manusia akan mencampakkan ilmu pengetahuan ke buritan peradabannya?
Lahir dan berkembangnya ilmu pengetahuan tidak bisa lepas dari hasil sintesis kreatif manusia dalam interaksinya dengan masalah, tantangan, dan ancaman yang dijumpai sepanjang perjalanan kehidupannya. Karya kreatif yang membawa kemajuan dari kehidupan berburu-nomaden hingga abad nano-kuantum.
Oleh sebab itu, membayangkan manusia hidup tanpa ilmu pengetahuan tentu adalah pikiran konyol. Bagaimana mungkin ilmu pengetahuan yang telah memberikan kemajuan akan ditepikan dari kehidupan manusia?
Itu artinya, saat gairah dan kebutuhan akan kebermanfaatan ilmu pengetahuan meredup, sejarah keperkasaan ilmu pengetahuan akan menuju akhir.
** **
Film Pandora (2016) bercerita tentang bencana yang diakibatkan oleh terlepasnya partikel radioaktif dari reaktor tenaga nuklir setelah terkena guncangan gempa.
Kejadian gempa bumi menyebabkan kebocoran reaktor pendingin sehingga menyebabkan reaktor inti utama mengalami overheated (suhu naik) akibat panas hasil reaksi inti tidak terkelola.
Reaktor pembangkit tenaga nuklir merupakan karya canggih hasil perkembangan ilmu pengetahuan manusia. Kebutuhan listrik yang meningkat seiring pertumbuhan manusia seiring dengan tidak ramahnya energi fosil menjadikan energi nuklir dilirik. Tentu dengan tingkat risiko dan kecanggihan yang lebih pula.
Film Pandora juga menunjukkan tentang ambisi ekonomi-politik, kecerobohan, dan keabaian manusia dalam mencegah potensi terjadinya bencana. Hal ini menunjukkan di balik kecanggihan dan kemajuan ilmu pengetahuan, ada potensi laten yang cenderung berujung destruktif dalam diri manusia.
Pandora, dalam mitologi Yunani Kuno, adalah nama perempuan pertama yang hudip di dunia. Pandora menjadi siasat dewa dalam memberi hukuman kepada manusia atas tindakan pencurian oleh Promotheus.
Singkatnya, saat menikah dengan Epimetheus, Pandora mendapatkan hadiah berupa guci dari para dewa. Syaratnya guci itu tidak boleh dibuka.
Rasa ingin tahu yang besar akhirnya mendorong Pandora untuk membuka guci tersebut. Nahasnya, setelah vuci dibuka, segala rupa keburukan dan kejahatan yang dapat menimpa manusia akhirnya terlepas. Hanya satu yang tidak lepas dari guci itu: harapan.
Rasa ingin tahu, yang tidak dibarengi dengan tanggung jawab, ujungnya membawa serbarupa keburukan dalam kehidupan manusia. Namun, di balik itu, atas segala keburukan dan kejagatan yang terjadi dalam kehidupan manusia, senantiasa ada harapan untuk dapat mengatasinya.
Rasa ingin tahu (curiousity) paralel dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Hadirnya keingintahuan menjadi energi yang menyalakan daya kehendak, pikir, dan gerak manusia untuk mencari tahu apa-mengapa-bagaimana dalam kehidupannya. Tanpa keingintahuan, mustahil lahir ilmu pengetahuan.
Keingintahuan yang diiringi dengan tanggung jawab akan menjadi permata brilian yang akan diwariskan manusia dari generasi ke generasi.
Perasaan tanggung jawab akan meninggikan harapan akan membawa, tidak hanya kemajuan, tetapi juga keberlangsungan. Bentuk tanggung jawab, slaah satunya, secara obyektif menjadikan ilmu pengetahuan sebagai penuntun dalam pengambilan keputusan dan kebijakan (science-based policy). Bukan interest lain-lain.
Ilmu pengetahuan yang lahir dari keingintahuan yang ditunjuki oleh rasa tanggung jawab akan menjadi harapan hadirnya ilmu pengetahuan yang senantiasa relevan dan, utamanya, langgeng.