Sistem pendidikan Among merupakan gaya edukasi khas Indonesia yang lahir dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara, bapak pendidikan Indonesia. Sayangnya, mulai terlupakan.
Perlu kita ketahui dan sadari, kita berada di negara yang kaya akan budaya. Ya, Indonesia. Dimana negara yang terdiri dari banyaknya Pulau, Suku, Ras dan Agama. Tentu, bukan suatu hal yang mudah untuk mengatur itu semua. Apalagi mengatur sistem pendidikan.
Namun, apakah Indonesia tidak memiliki tokoh pendidikan. Tentu saja punya. Jika diluar kita bisa menemui Freire dengan Pendidikan Kaum Tertindasnya, Ivan Ilich dengan Deschooling Societynya dan Niel Postman dengan redivinisi nilai-nilai sekolahnya.
Indonesia memiliki sosok tokoh bapak Pendidikan yang tersohor namanya. Ya, siapa lagi kalau bukan beliau. Ki Hadjar Dewantara. Beliau memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Dan beliau Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Dari pasangan Kanjeng Pangeran Haryo Soeryaningrat dan R.A Sandiah. Dan beliau masih keturunan bangsawan kerajaan Sri Sultan Hamengkubuwono 1.
Beliau sudah memiliki semangat yang tinggi sejak masih anak-anak. Ditambah lagi beliau berawal dari keluarga yang mampu untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Sehingga beliau sempat mengeyam pendidikan di Kweekschool. Namun,itu hanya bertahan dalam waktu satu tahun saja.
Pada tahun 1905. Beliau melanjutkan jenjang pendidikannya di sekolah dokter Stovia Jakarta. Mulai dari sini beliau mulai aktif di kegiatan-kegiatan Organisasi. Beliau bersama sahabat-sahabatnya aktif di organisasi Boedi Oetomoe. Yang pergerakan politiknya cukup dikhawatirkan oleh Belanda.
Setelah melewati dinamika dalam berproses di organisasi. Tepat pada 3 Juli 1922. Beliau mendidirkan lembaga Taman Siswa. Bukan tanpa sebab. Beliau mendirikan ini karena melihat kungkungan Kolonialisme Belanda yang semakin menjadi-jadi. Dimana pendidikan yang tidak merata terjadi di indonesia.
Berdasarkan kondisi tersebut, beliau kemudian merumuskan sistem pendidikan yang lebih humanis dan bisa diakses oleh sebagian besar masyarakat pribumi. Gagasan tersebut diwujudkan dalam lembaga pendidikan Taman Siswa. Lembaga pendidikan ini sendiri bermaksud mengcounter sistem pendidikan kolonial yang bersifat intelektualis, individualis, dan materialistis.
Karena menurut beliau pendidikan dan pengajaran sebenarnya harus bersifat memelihara tumbuhnya benih-benih kebudayaan. Sesuai dengan prinsip pedidikan beliau.
Selain itu beliau juga menerapkan Sistem Among. Yang mana ditetapkan beliau menjadi 7 asas taman siswa pada tahun 1922. Dimana beliau menginginkan bahwa setiap anak harus hidup sesuai kodratnya sehingga akan tumbuh kemajuanya untuk merdeka.
Dan pendidikan yang beralaskan paksaan itu sama saja memperkosa batin setiap anak. Menurut beliau alat pendidikan yaitu pemeliharaan dengan sebesar perhatian untuk mendapat tubuh kembangnya setiap anak.
Selain itu beliau juga menekankan pentingnya hidup dalam kesenian, peradaban dan keagamaan. Semua itu adalah kekayaan nasional yang tersimpan dalam bating bangsa kita. Sehingga langkah bangsa kita menuju kejayaan jaman baru akan berhasil.
Maka dari itu beliau sangat menganjurkan bahwa setiap anak harus di dekatkan hidupnya dengan kehidupan rakyat. Agar mereka tidak mendapat pengetahuan saja, melainkan mendapatkan pengalaman sehingga tidak akan terpisah oleh kehidupan rakyat.