Anjing identik hewan yang direndahkan, dihina dan jadi umpatan untuk kekesalan. Tapi, seorang sufi justru belajar bijaksana dan dermawan dari seekor anjing.
Dalam kitab Raudl al-Rayahin fi Hikayah al-Shalikhin, Imam Afifuddin Abdullah bin As’ad al-Yafi’i bercerita tentang sekelompok sufi yang datang ke sebuah kota, dan melihat seekor anjing yang mengikutinya.
Seorang sufi itu bercerita, dia berada di sebuah kota bersama rombongan. Suatu ketika ia keluar menuju gerbang kota tersebut. Seekor anjing mengikuti mereka. Saat mereka sampai di gerbang, mereka melintasi bangkai hewan.
Ketika anjing itu melihat bangkai hewan, ia kembali ke dalam kota. Beberapa saat kemudian, ia datang bersama sekitar dua puluh anjing lainnya dan mendekati bangkai hewan itu. Anjing-anjing itu memakannya.
Namun, anjing yang mengikuti mereka sejak awal hanya berdiri memandang dari kejauhan, hingga teman-temannya selesai makan dan pergi. Setelah kawanan anjing lain tersebut pergi, anjing itu mendekat dan memakan yang tersisa dari tulang belulang itu, lalu ia pun pergi.
Apa yang dilakukan anjing dalam kisah di atas, menunjukkan kedewasaan, kepemimpinan hingga kedermawanan seekor anjing. Kita memang harus belajar banyak hal. Tak terkecuali pada seekor anjing.
Nabi Sulaiman berkenan mendengar penjelasan dari burung hud-hud. Dan Kanjeng Nabi Muhammad pun memerintahkan kita untuk bertafakkur atas semua ciptaan Tuhan.
Sehingga, mengambil pelajaran dari berbagai hal itu biasa. Bahkan jika pelajaran itu didapat dari seekor anjing sekalipun.
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Selama Ramadhan ini, redaksi Jurnaba.co berupaya menghadirkan kisah-kisah pendek bermuatan hikmah. Semoga bisa jadi kisah yang asyik dibaca sambil menunggu waktu berbuka.