Di era digital, kaderisasi dan literasi tak pernah bisa dipisahkan. Sebab, melalui konsep literasi, proses kaderisasi bisa dipahami.
Berbicara kaderisasi, tidak luput dari beberapa peran tokoh yang selalu mengemban amanah dengan baik. Itikad baik setiap insan pasti ada. Begitu juga kader maupun anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Raden Paku Sunan Giri Bojonegoro.
Keadaan memang masih pandemi. Tapi, semangat berdialektika dan bersua bareng tidak surut. Landasan ber-PMII sudah menjadi kesinambungan bersama kehidupan dari sahabat-sahabati.
Pada kesempatan kali ini. Kamis, (13/06) Pengurus Rayon PMII Raden Paku Sunan Giri Bojonegoro mengadakan Diskusi Pra Mujahid yang bertajuk “Digitalisasi, Kaderisasi, dan Literasi di Era 5.0”. Memang saat ini kita sedang menghadapi kebiasaan baru dan dituntut untuk bisa dan terus belajar.
Diskusi tadi tidak seperti biasanya. Sebab. Korelasi antara kaderisasi, literasi, dan digitalisasi ini sungguh berbeda jika dibahas. Namun, pada hari kita mampu berkolaborasi dari tiga poin tersebut.
Pemateri kali ini adalah dosen muda Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Sunan Giri Bojonegoro. Ifnu Wisma Dwi Prastya, beliau juga alumni PMII Komisariat UPN Veteran Surabaya.
Beliau menyampaikan, Kader PMII hari ini harus bisa beradaptasi dengan kondisi saat ini. Walauapun masih dalam keadaan pandemi dan mengharuskan untuk belajar dan bersua.
“Memang, pada masa ini. Kita harus tetap bertatap muka untuk diskusi. Terus belajar dan belajar. Tetapi bagaimana kita di sini memaksa diri sendiri untuk tetap berdiakusi, membaca buku dan mengikuti kajian-kajian seperti ini,” tuturnya.
Nabs, jika membahas tentang literasi. Kita tidak akan jauh dari literasi baca dan tulis. Literasi tidak hanya baca dan tulis saja. Banyak tentang literasi, mulai dari bebicara hingga keseharian kita juga termasuk literasi.
Secara etimologi literasi sendiri berasal dari bahasa Latin “literatus” yang dimana artinya adalah orang yang belajar. Nah, kita sebagai mahasiswa. Apalagi kaum pergerakan, tidak pernah bisa lepas dari proses belajar.
Menurut KBBI V Daring literasi adalah kemampuan menulis dan membaca. Adapun pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu, dan kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.
Dan era digital, yang konon negara kita tercinta Indonesia sudah digencarkan dengan Revolusi Industri 5.0 tersebut. Nabs, mampu kita mengimplepentasikannya? Jangan terburu-buru ya, Nabs. Asah kemampuan pada dirimu dulu.
Literasi saat ini tidak bisa jauh dari kemajuan digitalisasi di Indonesia saat ini. Dari media cetak (koran) hingga online dan bisa diakses oleh siapa saja. Yang penting kamu punya smartphone plus kuota internet.
“Mudahnya akses informasi pada era digitalisasi apalagi 5.0 ini. Juga mempengaruhi tingkat kemalasan pada seseorang. Karena, kita suguhkan secara mudah. Cukup duduk dan menikmati hidangan bisa mengakses informasi secara mudan dan leluasa,” ujar dosen muda tersebut.