Idul fitri kali ini, sungguh berbeda dengan tahun lalu. Dari yang dibatasi kini sudah dibebasi. Termasuk bebas tanggapan kesana kemari.
Akhir momentun bermaaf-maafan ini. Bisa kamu lihat saat subuh, orang-orang banyak membawa ketutap ke masjid (Hari Raya Ketupat). Tak heran, jika jajanan yang kamu suguhkan di meja ruang tamu itu. Akan habis kamu makan sendiri.
Apalagi, roti legendaris Khong Guan. Seakan tak ada artinya sama sekali. Apakah jika Khong Guan tidak ada, hari raya idul fitri kurang lengkap?
Coba, lihat roti tersebut. Hampir setiap ornag masuk ke rumah kita. Malah memilih kacang asin, yang notabene sering dikacangin kayak kamu diabaikan si Doi, wqwqwq.
Melihat kepadatan aktivitas disegala sektor, memicu rasa syukur yang tiba-tiba ngeh di hati. Coba tengok transportasi, bus-bus sudah mulai normal berjalan. Dari AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi) hingga AKAP (Antar Kota Antar Provinsi).
Ini menunjukkan ekonomi sudah semakin pulih. Dan tentu juga Bulan Syawal ini acara hajatan sungguh membludak. Dihitung sejak hari raya ke 2. Banyak tenda pernikahan yang sudah dipasang didepan rumah.
Pekerja seni juga turut bahagia. Pasca lebaran tahun ini. mereka bisa kembali bekerja. Tidak seperti tahun lalu. Yang tidak bisa kemana-mana. Inilah yang dinamakan. “Iso mergawe penak wae alhamdulillah”
Bulan Syawal tahun ini menjadi pertanda baik. Pandemi sudah saya anggap hilang. Orang-orang yang ingin melepas rindu pada kampung halaman sudah diperbolehkan.
Apalagi jalan raya yang macet berjam-jam. Inilah moment lebaran yang sebenarnya dirindukan. 2 tahun tak bisa kemana-mana. Sekali bisa langsung kemana-mana.
Semoga kita bisa bertemu Ramadhan dan berjumpa pada Lebaran tahun yang akan datang. Dengan segala aktivitas normal seperti sedia kala, Amin.
Nabs, apa harapanmu Ramadhan dan Lebaran tahun depan?