Mbah Klotok dan Mbah Betet tak hanya masyhur keramat. Tapi juga meninggalkan sejumlah magnum opus (maha karya) ilmiah berupa kitab-kitab tulisan tangan.
Syekh Abdurrohman ibn Syahiddin ibn Syidi al Fadangi atau Mbah Abdurrohman Klotok (1776-1877 M) dan Syekh Syihabuddin ibn Istad ibn Juraij al Fadangi atau Mbah Syihabuddin Betet merupakan dua ulama yang berdakwah di Tlatah Padangan pada periode 1800 M.
Mbah Abdurrohman mendirikan Pesantren Klotok yang berada di sisi selatan sungai Padangan. Ini alasan beliau dikenal Mbah Abdurrohman Klotok. Mbah Syihabuddin mendirikan Pesantren Betet yang berada di sisi utara sungai Padangan. Ini alasan beliau dikenal Mbah Syihabuddin Betet.
Pesantren Klotok dan Pesantren Betet adalah cikal bakal berdirinya Pesantren Petak Bojonegoro. Pesantren Klotok dan Pesantren Betet juga jadi cikal bakal sejumlah pesantren yang kini berada di wilayah Singgahan dan Rengel Tuban.
Selain membangun pesantren, dua bersaudara tersebut (Syekh Abdurrohman dan Syekh Syihabuddin) juga membangun atmosfer dan ekosistem keilmuan di Tlatah Padangan. Ini terbukti secara ilmiah, dari keberadaan kitab kuno yang ditemukan di Pesantren Klotok dan Pesantren Betet. Kitab-kitab berada di dua pesantren itu, ditulis pada periode 1800 M.
Baik di Pesantren Klotok maupun di Pesantren Betet, masing-masing terdapat mushaf Quran 30 Juz tulisan tangan. Ini bukti otentik bahwa Syekh Syihabuddin dan Syekh Abdurrohman merupakan ulama Hamilul Quran yang nglalar hapalan dengan cara menuliskannya. Meski, beliau berdua lebih masyhur ahli tasawuf.
Di Pesantren Betet, Syekh Syihabuddin meninggalkan sejumlah karya tulis. Diantaranya mushaf Quran 30 Juz, Kitab Minhajul Abidin (tasawuf), Kitab Tafsir Jalalain (tafsir), hingga Kitab Mujarobat (umum). Syekh Syihabuddin juga menulis risalah tauhid berbahasa Jawa yang dikenal Pusaka Tapal Adam.
Di Pesantren Klotok, Syekh Abdurrohman memiliki banyak nama pena. Diantaranya Syekh Abdurrohman Jifang Alfadangi, Syekh Abdurrohman Fiidarinnur, Syekh Bagas Uhais, Syekh Hasan Abdurrohman, hingga Syekh Hasan Jismani. Serupa banyaknya nama, beliau juga memiliki banyak karya tulis.
Karya-karya Syekh Abdurrohman yang sudah ditemukan, bertarikh antara 1202 H (1788 M) hingga 1292 H (1875 M). Semuanya berupa tulisan tangan (manuskrip). Karya beliau ditulis di atas medium kertas Daluwang. Beberapa karya tulis, dilengkapi dengan kover tebal dari kulit binatang.
Di antara karya Syekh Abdurrohman Klotok, adalah mushaf Quran 30 Juz, Kitab At-Tafriq (fiqih), Kitab Tajwid Quran, Amtsilah Tashrif (kamus), Kitab Sanad Thariqah, Fi Kalimati as-Syahadah (akidah), Fadhilatus Shiyam wa Syahri Rajab (fiqih), Kitab Fathul Mannan (Tasawuf), Kitab al Muharor,
Selain itu, juga Kitab Tashrif (Alat), Kitab Ijarah al Madinah, Kitab Fiqih Haji, Kitab al Manasik Haji (fiqih), Kitab Fathurrahman, Asasul Muttaqin, Nurul Mushalli, Hadist Wafatin Nabi, Hadist Arba’ain, hingga Kitab Hadist Nishfu Syaban (hadis).
Mbah Abdurrohman Klotok juga menulis sejumlah lembar risalah. Diantaranya Risalah Nikahul Khoir Wasyaril Syahri (hadis), Manuskrip Padangan (jejaring ulama abad 17 di Padangan), Catatan Perjalanan Haji, Kitab Mujarobat, hingga Risalah Khodam Khuruf.
Beliau juga men-syarh sejumlah kitab seperti Fathul Mubin (syarh Ummul Barahin), Fathul Muin (Syekh Zainuddin Al Malibary), Maulid Barzanji (Syekh Jafar Al Barzanji), Safinah an-Najah (Syaikh Salim bin Sumair al-Hadlramy), Thulbatu thullab fi thoriqi al-ilm liman thalab, Ummul Barahin At-Tilmisani (Syekh Muhammad bin Umar bin Ibrahim At-Tilmisani).
Itu di antara judul-judul kitab yang diupayakan bisa dicetak ulang dalam waktu dekat. Saat ini, para dzuriyah dan keluarga sedang melakukan proses pencetakan dan penerbitan ulang karya-karya leluhur yang ditulis pada abad ke-19 (1800 M) tersebut.
Untuk kitab-kitab dengan fan keilmuan, saat ini sedang proses pen-tashihan dan penyalinan tulisan. Sementara kitab-kitab biografis dan catatan perjalanan, saat ini sedang dalam proses pen-transliterasian dan penerjemahan ke dalam bahasa yang lebih kontekstual terhadap zaman.
Meski ditulis sekitar 200 tahun silam, kami meyakini bahwa banyak peninggalan Syekh Abdurrohman dan Syekh Syihabuddin yang memiliki kandungan ilmu bermanfaat untuk dipelajari sampai saat ini. Sebab, serupa energi cahaya, ilmu bisa menembus berbagai zaman dan era.