Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Cecurhatan

Manifesto Persahabatan

Ahmad Wahyu Rizkiawan by Ahmad Wahyu Rizkiawan
13/03/2020
in Cecurhatan
Manifesto Persahabatan
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Dalam miskin ataupun kaya, dalam sedih ataupun bahagia, rokok tetaplah rokok. Ia kawan sejati yang tak banyak berbicara, namun selalu mendengar kecemasan dengan penuh seksama.

Sebuah grup WA alumni yang kebetulan saya ada di dalamnya, tiba-tiba riuh. Hal itu disebab seorang anggota grup memasukkan anggota baru bernama Syeikh Ali. Praktis, semua penghuni grup tercengang. Tak terkecuali saya.

Grup WA langsung riuh diselingi komentar dan sapaan penuh rindu seperti: Kang Ali, lama tak ketemu!, Ali, kemana saja dirimu?, Ali posisi sekarang di mana? dan bermacam sapaan penuh terkejut lainnya.

Ali adalah seorang kawan yang teramat misterius bagi kawan-kawan lain. Sejak masih sekolah, dia tak pernah mau menggunakan alat komunikasi apapun, bahkan ketika semua kawan sudah ramai memegang ponsel. Praktis, tak ada kabar apapun dari Ali pasca kami semua lulus sekolah.

Bagi teman-teman seangkatan kami, kenangan tentang Ali adalah kemampuan tidur di dalam kelas dan kelihaian membolos yang teramat memukau. Tiada hari tanpa tidur di dalam kelas. Ali, bahkan punya jadwal khusus untuk membolos. Dan tentu saja, Ali sangat dekat dengan saya.

Seperti yang sudah saya duga-duga sebelumnya, hanya butuh waktu sekitar 10 menit dari keriuhan di dalam grup, Ali menjapri dan mengirimi saya sejumlah foto, menanyakan kabar, lalu bercerita tentang apa yang dia jalani saat ini.

Dia mengirim foto pantai, sebuah masjid dan makam bertulis Syeikh Abu Bakar dan, tentu saja, mengirim foto terbarunya yang saya kira masih tetap sesuai prejengannya bertahun-tahun silam, sosok yang mirip Serizawa.

** **

Sesaat setelah lulus sekolah dan teman-teman sibuk mencari kerja, Ali pernah tinggal dalam gubuk di tengah sawah tanpa penerangan lampu, sambil memelihara unggas. Katanya, itu dilakukan demi menyendiri dan mendekatkan diri pada Tuhan.

Bersama Ali lah, pertamakali saya mengenal shisha. Kami menyebutnya rokok Arab. Kami berdua sering bersantai di gubuk tempat Ali tinggal untuk menikmati racikan asap rokok cair yang nyedotnya mirip main saksofon tersebut.

Sejak masih sekolah hingga sesaat setelah lulus, Ali dan saya sering menjalani petualangan-petualangan nakal yang teramat unik. Cuma, daripada bercerita soal perkelahian dan tawuran, saya lebih suka bercerita soal kekonyolan.

Ali yang saya maksud, tentu saja Ali Blacky. Kawan paling dekat sekaligus sosok yang bersamanya, saya menghabiskan kenakalan masa remaja kala menjalani episode hidup sebagai makhluk labil bernama Anak STM.

Saya tak akan pernah lupa, suatu malam, di teras kamar Pondok Pesantren Al-Hadi Padangan, tiba-tiba Ali menghampiri saya dan bercerita tentang kisah pilu Layla Majnun. Dia habis menangis gara-gara membaca novel tersebut. Tentu saja itu wkwk.

Padahal, kau tahu, Ali dan saya kala itu tak pernah mengenal cinta. Alih-alih cinta, ketemu perempuan saja selalu ndredek dan gemetar. Tapi saat membaca novel berbasis kisah cinta, bisa-bisanya dia menangis. Hmm

Ali sosok yang teramat unik. Pemberani, nakal tapi sangat dewasa dan bijaksana. Dia tak segan menghajar siapa pun santri yang pelit. Santri yang kedapatan suka menyembunyikan makanan dan pelit, keesokan harinya pasti akan punya masalah dengan sakit gigi atau matanya bengkak.

Pernah suatu malam di bulan Ramadhan, saat semua warga pondok sedang menjalankan tarawih, Ali justru mengajak saya main kartu remi di gothakan (kamar) pondok dan tak ada satupun pengurus pondok yang tahu keberadaan kami.

Keahlian kami menyembunyikan tubuh ini, kelak amat menyelamatkan saat musim operasi Kasih Sayang dari petugas Satpol PP. Seketat apapun Satpol melakukan operasi, kami tetap bisa berkeliaran tanpa beban.

Di sekolah, kenakalan Ali bertemu dengan kenakalan saya. Kami berdua ibarat botol ketemu tutupe. Tiap kali berangkat sekolah, Ali sering bertanya pada saya, “adakah perkara yang bisa diselesaikan dengan tangan kosong?”. Tentu saja, itu bukan ajakan untuk nyuci baju bersama.

Ali, Herman, dan saya, bahkan membuat rute ngeblong (membolos) dari sekolah, dengan penjadwalan yang sistematis. Saat hari Jumat dan Sabtu, kami berseragam tapi tidak berangkat ke sekolah. Kemana? Ya, kami melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah jajahan.

Kadang kami melakukan “visitasi” ke sekolah-sekolah di Cepu. Kadang kami melakukan “study banding” ke sekolah-sekolah di Kota Bojonegoro. Tentu saja, semua itu kami lakukan dengan niat utama mencari perkara.

Kami memang jahil dan usil. Tapi, di depan perempuan, kami amat sopan dan takzim. Itu alasan kami sangat suka mencari anak-anak SMA yang playboy. Tangan kami sangat lihai memasak kepala mereka dengan kunci busi atau stang motor modifikasi.

Kami bersama gerombolan, hampir mirip para Paisano dalam novel Dataran Tortilla karangan John Steinbeck atau mirip Rantaro, Kirimaru dan Shinbe dalam serial Ninja Boy, atau mirip Eikichi Onizuka, Danma Ryuji dan Saejima Toshiyuki dalam serial komik GTO: mereka yang tak pernah berpikir dua kali untuk mengeksekusi ide.

Suatu siang, di pemberhentian bis, Ali dan saya sengaja meminjam korek pada seorang guru perokok yang kebetulan sedang menunggu bis di dekat kami. Dengan gaya pongah, kami nyumet rokok tepat di hadapan guru itu. Keesokan harinya, kami kaget ketika mengetahui orang yang kami pinjami korek adalah wali kelas baru kami.

Tiada hari selain menyia-nyiakan waktu untuk perkara yang sia-sia. Buktinya, bertahun-tahun sekolah di jurusan Teknik Mesin, kami tak tahu apa yang harus dilakukan saat motor kami macet di tengah jalan, kecuali berdoa.

Ali yang sangat populer selalu tidur di dalam kelas, suatu hari terkena blunder. Saking lelapnya dia tertidur, entah karena kecapekan atau karena apa, celananya basah kuyup dipenuhi ceceran sperma. Ya, dia mimpi basah saat siang hari.

Tentu saja, itu perkara yang sangat unik. Saya yang saat itu berada di dekatnya, sampai tak habis pikir, bisa-bisanya mimpi basah di dalam kelas, dan itu terjadi saat siang hari. Dan dia masih akan terus terlelap, andai saya tak membangunkannya.

Di lain waktu, gantian saya yang mengalami blunder. Suatu hari dalam perjalanan mbolos dari Padangan ke Bojonegoro, kami naik angkutan Elf. Padahal biasanya, Elf bukan kendaraan pilihan kami. Sebab, ia identik kendaraan siswa perempuan. Karena itu, kami lebih memilih gandulan di pintu bis Cendana atau Gunung Mas.

Kebiasaan gandulan di pintu bis ini, pernah membuat dagu bagian bawah saya menerima 6 luka jahitan hanya gara-gara saat gandulan di pintu bis, saya terjatuh akibat mengantuk.

Ya, pagi itu, tak ada satupun bis yang melintas. Kami pun naik angkutan Elf. Kami duduk di kursi tengah dekat pintu, menghadap ke depan. Sedang di depan kami, seorang siswi SMA duduk menghadap ke belakang. Praktis, Ali dan saya berhadapan dengan seorang siswi SMA. Siswi yang berada di depan kami sangat cantik dan tidak berjilbab.

Kami meyakini, itu siswi tercantik yang pernah kami temui sejak baligh hingga berusia 16 tahun — usia kami saat kejadian itu terjadi. Mengingat, kami memang amat jarang melihat siswi cantik tak berjilbab, dan nyata-nyata secara langsung duduk di depan kami.

Masalah besar terjadi ketika tiba-tiba, tit* saya digigit semut. Kau bisa membayangkan, bagaimana dilema tit* muda berusia 16 tahun digigit semut dan tepat di depannya, ada siswi perempuan cantik?

Ya, saya harus menjaga reaksi agar tangan saya tidak melakukan pergerakan apapun di kawasan teritori sensitif tersebut.

Saya selalu ingat sebuah kaidah bahwa lelaki baligh yang memegang “persenjataan” di depan perempuan baligh, adalah perbuatan tercela dan tidak baik. Karena itu, jika sampai tangan saya turun tangan, bisa menimbulkan fitnah yang lebih kejam daripada represi Orde Baru.

Alhasil, tangan kiri saya menggenggam kencang-kencang pegangan kursi, dan tangan kanan memegangi lutut Ali. Sementara siswi SMA di depan saya melihat kami berdua dengan pandangan aneh.

Selama 30 km perjalanan dari Padangan-Bojonegoro, posisi duduk saya seperti patung, sementara muka saya memerah dan perasaan saya mengawang seperti seorang astronot yang melayang-layang di dalam pesawat luar angkasa.

Sesampainya di pemberhentian Jethak, saya langsung menuju kamar mandi SPBU, lalu menangkap semut itu sambil menegurnya, “kok bisa-bisanya kamu menyerang di saat yang tidak tepat!”. Sementara di luar, Ali tertawa cekikikan.

** **

Jauh-jauh hari sebelum mengenal konsep diskusi, kami sering musyawaroh soal solidaritas dan hubungan emosional seperkawanan. Sebuah diskusi yang selalu berakhir dengan kesimpulan: kawan harus dibela.

Itu alasan kenapa dulu Ali sering mendapat masalah, justru bukan karena dirinya sendiri. Begitupun saya. Mendapat masalah justru bukan karena saya sendiri. Tapi karena sejenis solidaritas.

Kami meyakini, bisa berjumpa kawan baik di dunia yang fana ini bukan hal yang mudah. Dan saat Tuhan memberi kesempatan pada kita untuk memiliki kawan baik, mensyukuri kehadirannya dengan memberikan pembelaan adalah kemuliaan.

Karena itu, kawan baik bukan sejenis teman biasa. Ada momen kesusahan yang pernah diperjuangkan bersama. Dan ada kecenderungan untuk tak saling merugikan.

Prinsip itu kami pegang dengan sebuah manifestasi:  tidak ikut memperbincangkan kekurangan kawan adalah selemah-lemahnya pembelaan.

“Lalu, siapa kawan terbaikmu?” Tanya saya di malam kelulusan itu.

“Rokok!” Jawabnya dengan ketegasan yang sempurna.

“Dalam miskin ataupun kaya, dalam sedih ataupun bahagia, rokok tetaplah rokok. Ia kawan sejati yang tak banyak berbicara, namun selalu mendengar kecemasan dengan penuh seksama.” Timpal saya, lalu kami mengirim gema tawa menuju angkasa.

 

Tags: Manifesto Persahabatan

BERITA MENARIK LAINNYA

Bukan Tutorial Move On Bagi Yang Patah
Cecurhatan

Bukan Tutorial Move On Bagi Yang Patah

15/05/2022
Cegah Pungli dan Gratifikasi, Bapenda Bojonegoro mulai Terapkan Cashless
Cecurhatan

Cegah Pungli dan Gratifikasi, Bapenda Bojonegoro mulai Terapkan Cashless

14/05/2022
Serba Serbi Akhir Ramadhan Hingga Awal Lebaran
Cecurhatan

Serba Serbi Akhir Ramadhan Hingga Awal Lebaran

13/05/2022

REKOMENDASI

Bukan Tutorial Move On Bagi Yang Patah

Bukan Tutorial Move On Bagi Yang Patah

15/05/2022
MotoGP Mandalika dan Dampak Positif Bagi Perekonomian NTB

MotoGP Mandalika dan Dampak Positif Bagi Perekonomian NTB

14/05/2022
Cegah Pungli dan Gratifikasi, Bapenda Bojonegoro mulai Terapkan Cashless

Cegah Pungli dan Gratifikasi, Bapenda Bojonegoro mulai Terapkan Cashless

14/05/2022
Serba Serbi Akhir Ramadhan Hingga Awal Lebaran

Serba Serbi Akhir Ramadhan Hingga Awal Lebaran

13/05/2022
Memahami Potensi Deglobalisasi Ekonomi

Memahami Potensi Deglobalisasi Ekonomi

12/05/2022
Filologi Turats Bojonegoro dan Enigma Masa Depan

Filologi Turats Bojonegoro dan Enigma Masa Depan

11/05/2022

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved