Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Timur mengadakan talkshow Kopilaborasi di Gedung EJSC Bakorwil Bojonegoro, pada Kamis (12/3/2020). Acara rutin yang diadakan Diskominfo ini mengangkat tema “Penguatan Start Up Digital di Jawa Timur”. Menghadirkan pemateri yang ahli di bidangnya, acara ini sukses menjadi ajang belajar tentang bisnis startup.
Startup berbasis Internet saat ini menjadi primadona bagi generasi muda saat memulai usaha atau memilih jalan karier. Tren ini muncul karena bisnis startup menjanjikan begitu banyak peluang dan kesempatan untuk berkembang dengan cepat.
Hal ini pula yang melatarbelakangi Diskominfo melaksanakan kegiatannya di East Java Super Corridor (EJSC). Fasilitas dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang diharapkan mampu menjadi tempat kreatif dan produktif bagi para freelancer, gig worker, dan pebisnis muda.
Pada kesempatan ini, Kepala Bidang Komunikasi Publik Diskominfo Provinsi Jawa Timur, Danu Ardiarso juga mengatakan bahwa akan ada roadshow Kopilaborasi di semua Bakorwil di Jawa Timur. Bakorwil Bojonegoro menjadi lokasi pertama. Kemudian menyusul empat Bakorwil lain, yakni Madiun, Malang, Jember serta Pamekasan.
Kepala Bakorwil Bojonegoro, Dyah Wahyu Ermawati juga menyambut acara ini dengan antusias. Harapannya, materi penguatan start up digital ini bisa mendorong kreativitas para milenial di wilayah kerja Bakorwil Bojonegoro.
“EJSC memang menjadi program unggulan dari Pemprov Jawa Timur. Keberadaan EJSC diharapkan mampu mewadahi kreativitas anak muda atau generasi milenial di Bojonegoro dan sekitarnya. Generasi milenialnya juga harus mampu memanfaatkan peluang investasi dan potensi ekonomi dari hulu ke hilir” ujarnya.
Talkshow ini menghadirkan dua narasumber yang ahli di bidangnya. Materi Manajemen dan Prospek Bisnis Start Up disampaikan oleh Malik Subqy, seorang Corporate Communication Professional.
Sedang materi Strategi Membangun Start Up Berkelanjutan disampaikan oleh Ian Mustafa, seorang IT Programmer. Kedua narasumber membagi ilmu sekaligus kisahnya yang terkait membangun sistem dan tata kelola startup.
“Saat itu tahun 2007, belum ada GoJek dan Grab. Saya dan 3 rekan saya membuat Food Delivery Express. Konsepnya menyasar orang-orang kantoran yang males keluar kantor untuk beli makan siang. Pada waktu itu internet belum sepopuler sekarang. Saya pun membuat sebuah sistem dimana orang bisa sms dengan kode khusus, dan kode tersebut akan masuk ke komputer kami dan otomatis membalas rincian pesananya. Kami sebar kodenya di tempat-tempat umum seperti ATM, warung-warung, dan angkot,” ujar Malik menceritakan awal ia mendirikan startupnya di Bandung, Sukabumi dan Bogor.
Narasumber kedua, yaitu Ian Mustafa juga memaparkan strategi membangun startup berkelanjutan. Menurutnya, selain mempersiapkan teknologi yang mutakhir.
Seorang pebisnis startup harus bisa memprediksi tren yang akan datang. Selain tren, Ian juga menekankan bahwa teknologi seharusnya mempermudah kehidupan, bukan sebaliknya.
“Agar bisnis atau startup bisa berkelanjutan, pertama-tama kita harus tahu bahwa produk yang akan kita angkat harus ngetren pada jaman itu. Mindset yang harus ditekankan lagi adalah bahwa hadirnya teknologi untuk mempermudah kehidupan. Jangan sampai kebalikannya, malah bikin ribet,” ujar Ian.
Saat sesi diskusi berakhir, kedua narasumber juga memberikan pesan, bahwa tidak ada yang instan di dunia ini. Karenanya, jangan takut untuk memulai. Untuk kedepannya, semoga bisa selalu kreatif dan terus berkolaborasi.