Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Cecurhatan

Manusia dan Emas di Tengah Pandemi Corona

Redaksi by Redaksi
May 25, 2020
in Cecurhatan
Manusia dan Emas di Tengah Pandemi Corona
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Corona tak memiliki kewarganegaraan. Tak memiliki afiliasi politik. Ia ada untuk menyebar ancaman sejauh yang ia bisa, sekaligus menguji, seberapa kuat kita menjadi seorang manusia.

Setiap orang di muka bumi, tampaknya tak ada yang betah berlama-lama kala pemerintah setempat menetapkan karantina wilayah sebagai respon terhadap pandemi.

Tapi kadang, pandemi tak melulu mengurung manusia dalam kesedihan karantina. Pandemi juga memberi kejutan berupa emas di tengah lumpur keputusasaan manusia.

Itu dialami keluarga Fulan di Paris, Prancis, saat mereka memutuskan pindah ke rumah peninggalan keluarga yang terletak di kota Vendome, arah selatan Paris, sekadar mencari kesegaran di tengah pandemi.

Selain istri, Fulan juga memboyong seluruh anak-anak mereka yang masih kecil dan bersekolah di sekolah dasar. Di rumah neneknya, anak-anak itu beradaptasi dengan lingkungan dan suasana hidup yang baru.

Namanya anak-anak, pasti pengen bermain. Apalagi di tengah pandemi yang praktis mengistirahatkan bermacam kegiatan mereka. Kejutan terjadi saat anak laki-laki Fulan hendak membuat gubuk di halaman belakang.

Fulan memberitahu jika di rumah tersebut, ada sprei tak terpakai milik nenek mereka yang bisa digunakan membuat gubuk. Sprei itu ditaruh di dalam sebuah kamar kosong. Saat anak-anak mengambil sprei, dua benda cukup berat jatuh.

Anak-anak itu tidak memperhatikan benda-benda yang jatuh tersebut, dan langsung mengembalikan ke tempat asal pasca mengambil sprei. Tapi, anak-anak itu menceritakan apa yang terjadi kepada Fulan, ayah mereka.

Fulan pun meminta mereka untuk mengambilnya. Mulanya, Fulan mengira barang itu tempat pisau milik nenek mereka. Setelah dicek dan ditanyakan pada situs lelang online, ternyata benda itu bukan tempat pisau. Tapi dua emas batangan, masing-masing seberat 1 kg.

Masing-masing emas itu, ditaksir bernilai 40 ribu euro atau sekitar Rp 630 juta. Karena harga emas naik akibat pandemi virus corona, kedua batang emas itu diprediksi bakal laku seharga 100 ribu euro atau Rp1,6 miliar.

Belakangan, terungkap bahwa emas batangan itu dibeli nenek mereka pada 1967 dan bahkan masih lengkap dengan kwitansinya.

Hikayat yang diolah dari BBC tersebut, menunjukan bahwa bermacam kejutan masih bisa terjadi di tengah kesedihan kolektif akibat pandemi.

Jika cerita di atas berkisah penemuan emas dalam ranah materi, bisa jadi bermacam “penemuan emas” lain pernah kita alami di tengah pandemi ini. Meski tentu saja, emas didapat tak melulu berwujud materi.

Emas-emas itu bisa berupa welas asih pada sesama manusia. Kita, mungkin telah menyaksikan banyak tindakan welas asih hingga komunitas yang menginspirasi dan mempertebal peran kemanusiaan, di tengah pandemi ini.

Selain merebaknya virus, mata kita juga kerap melihat merebaknya rasa empati antar sesama manusia di tengah kesedihan kolektif saat ini. Mereka yang sebelumnya hanya memikirkan diri sendiri, mulai memperlebar kepekaan terhadap orang-orang di sekitarnya.

Secara tidak langsung, ini terjadi karena sesungguhnya manusia tak akan pernah bisa hidup sendirian. Mereka butuh orang lain akibat legitimasi sebagai zoon politicon.

Setiap bisnis saling berhubungan. Setiap kepentingan saling berkelit-kelindan. Dan itu semua benar-benar dirasakan, ketika ada bagian yang lumpuh secara tak beraturan. Yakni mobilitas dan kerumunan.

Covid tak memiliki kewarganegaraan. Tak memiliki afiliasi politik. Ia ada untuk menyebar ancaman sejauh yang ia bisa, sekaligus menguji, seberapa kuat kita menjadi seorang manusia.

Tags: EmasEmpati ManusiaPandemi Corona

BERITA MENARIK LAINNYA

Asy-Syabab Nusantara dan Perkembangan Sholawat Kontemporer di Bojonegoro (1)
Cecurhatan

Asy-Syabab Nusantara dan Perkembangan Sholawat Kontemporer di Bojonegoro (1)

April 13, 2021
Larangan Mudik, Cara Pemerintah Menyelamatkan Para Jomblo
Cecurhatan

Larangan Mudik, Cara Pemerintah Menyelamatkan Para Jomblo

April 12, 2021
Bupati Bojonegoro Gelar Pasar Murah Menjelang Ramadhan, Semoga Tidak Jadi Pasal Kerumunan
Cecurhatan

Bupati Bojonegoro Gelar Pasar Murah Menjelang Ramadhan, Semoga Tidak Jadi Pasal Kerumunan

April 11, 2021

REKOMENDASI

Syifa’ul Qolbi dan Pengenalan Sholawat Sejak Dini

Syifa’ul Qolbi dan Pengenalan Sholawat Sejak Dini

April 15, 2021
Hadrah Al-Isro’, dari Santri Ngaji hingga Perjuangan Syiar Sholawat (2)

Hadrah Al-Isro’, dari Santri Ngaji hingga Perjuangan Syiar Sholawat (2)

April 14, 2021
Asy-Syabab Nusantara dan Perkembangan Sholawat Kontemporer di Bojonegoro (1)

Asy-Syabab Nusantara dan Perkembangan Sholawat Kontemporer di Bojonegoro (1)

April 13, 2021
Larangan Mudik, Cara Pemerintah Menyelamatkan Para Jomblo

Larangan Mudik, Cara Pemerintah Menyelamatkan Para Jomblo

April 12, 2021
Bupati Bojonegoro Gelar Pasar Murah Menjelang Ramadhan, Semoga Tidak Jadi Pasal Kerumunan

Bupati Bojonegoro Gelar Pasar Murah Menjelang Ramadhan, Semoga Tidak Jadi Pasal Kerumunan

April 11, 2021
Salafushologi, Mutiara Pendidikan di Era Disrupsi

Salafushologi, Mutiara Pendidikan di Era Disrupsi

April 11, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved