Kerap menghabiskan hari di luar rumah, rupanya membuatku samar akan potensi desa sendiri. Meski demikian, ada kesadaran bahwa desa yang berada di sisi utara Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro ini memiliki banyak keunggulan.
Semacam keistimewaan yang tidak dimiliki desa lainnya. Baik dalam hal sumber daya alam, maupun sumber daya manusianya.
Desa yang dinamai Bakalan ini, terdiri dari 16 RT dan 5 dukuh. Letaknya yang tidak jauh dari perkotaan tak mengurangi citra desa yang sejuk dan asri. Penduduknya juga tak terkontaminasi budaya kota yang cenderung kebarat-baratan.
Beberapa juga membuat perkumpulan guna mewadahi keahlian penduduk setempat, terlebih untuk kalangan muda.
Dari berbagai potensi yang ada, saya lebih merasakan dari sisi kekerabatan yang terjalin di desa ini. Sebuah penemuan yang ditempat lain saya belum pernah mendapatkannya.
Kekerabatan yang erat itu saya dapati sejak saya masih doyan mancing ikan, sampai sungai tempat memancing itu hilang dimakan lahan pertanian atau tertimbun bangunan.
Banyak sekali memang hal-hal yang dulu saya temui, sekarang sudah tidak ada lagi, termasuk teman. Tapi dari beberapa yang hilang, kerukunan dan persaudaraan di tempat ini masih benderang sampai sekarang.
Tradisi silaturahmi ala konvensional-tradisional dengan keluarga dan tetangga masih cukup terpelihara meski tidak seberkualitas dulu.
Fenomena krisis silaturahmi agaknya tidak benar-benar terjadi di seluruh Indonesia. Salah satunya di Desa Bakalan ini. Pola kekerabatan masih terjaga.
Gotong royong dan saling membantu sesama, masih sering dilakukan penduduk dengan cuma-cuma, tanpa mengharap imbalan dari keluarga atau tetangga.
Bisa dibuktikan ketika ada salah satu dari penduduk tertimpa musibah. Kematian, misalnya. Sanak saudara bahkan tetangga yang tidak ada hubungan keluarga dengan suka-rela memberikan berbagai macam bantuan, entah berupa tenaga maupun finansial.
Bahkan satu dua diantara mereka rela memangkas jam kerja guna turut serta membantu dan berbelasungkawa. Begitu juga saat ada hajatan dan berbagai kegiatan kemasyarakatan lainnya.
Ada harapan jalinan silaturahmi ini bukan sekadar komoditas politik atau medium basa-basi masyarakat untuk terlihat baik oleh masyarakat lain.
Namun benar-benar muncul karena adanya keinginan mewujudkan persatuan Indonesia. Sekaligus upaya membangun kebersamaan dengan niat menanamkan kasih sayang sesama saudara.