Ilustrasi sering kali kita lihat pada sampul buku cerita anak pada umunya, namun padahal ilustrasi sendiri sangatlah penting bagi manusia. Salah satunya untuk mempermudah seseorang memahami pesan tersirat dari sebuah tulisan.
Masih ada jejak noda rindu
Yang tiap kali kuperbaiki
Malah ngelunjak mau minta lagi
Penggalan puisi berjudul ‘’Sepatu’’ itu terpampang jelas pada kertas putih persegi panjang yang dipajang di ruangan Sematta Coffee Bojonegoro. Puisi itu merupakan bagian dari kumpulan puisi dalam buku Ingatan yang Tak Seharusnya Kita Lupakan karya Lodia K. Nisari.
Komunitas Sematta Sastra pada Minggu (12/03/2023) pukul 18.00 WIB menyelenggarakan Tur Seni Rupa Buku Ingatan yang Tak Seharusnya Kita Lupakan secara online di google meet dan offline di halaman Perumahan Pandawa Land, pacul Bojonegoro (Sematta Coffee). Buku kumpulan puisi yang diilustratori oleh Wanda Yuniarti itu, terdapat sebanyak 22 gambar ilustrasi dalam buku dan dicetak pada kertas putih persegi panjang lalu dipajang di seluruh ruangan Sematta Coffee. Wanda menjelaskan bahwa gambar ilustrasinya ini sudah diproses sejak 2020 hingga 2022, dan terkadang ia mampu membuat empat hingga lima gambar dalam sehari.
‘’Menurut saya dari sekian banyak ilustrasi yang saya buat, yang paling bermakna bagi saya adalah cover, karena bagaimana pun, cover itu sangat mempengaruhi tampilan dari sebuah buku. Selain itu, saya juga harus mampu memaknai keseluruhan isi buku. Gambar cover itu juga adalah gambar dengan proses terlama karena harus menggambarkan secara detail, seperti mata yang harus terlihat sayu agar kesan kesedihan dapat ditampilkan. Kemudian coretan merah yang saya goreskan ke atas mempunyai makna ingatan yang terlalu indah di lupakan, namun terlalu sedih di kenang,’’ ujar Wanda.
Acara Tur Seni Rupa Buku Ingatan yang Tak Seharusnya Kita Lupakan dimeriahkan dengan beberapa lagu yang dibawakan oleh Sematta Akustik, pembacaan puisi oleh para penyair dari internal komunitas maupun eksternal komunitas, monolog berjudul ‘’Aku Pemain Jaranan’’ oleh Silvya Anggraeni, serta materi mengenai asal mula mengapa buku antologi puisi tersebut diciptakan.
‘’Awal mula pembuatan puisi ini karena saya memang suka menulis puisi. Saya dengan mbak Wanda ini memang sahabatan waktu kerja, nah waktu itu saya tunjukkan karya-karya puisi saya ke mbak Wanda. Lalu mbak Wanda menyarankan ke saya untuk collab bareng nih, saya yang nulis puisi dan mbak Wanda yang ilustrasi. Puisi-puisi yang saya buat ini memang cerita nyata dari saya sendiri, ada pula yang dari cerita nyata teman-teman saya,’’ tutur Lodia.
Acara berlangsung lancar hingga pukul 23.00 WIB dan diakhiri dengan sesi foto bersama, beberapa audiens yang hadir pun turut serta memberi do’a serta harapan untuk Komunitas Sematta Sastra kedepannya.
‘’Semoga Komunitas Sematta semakin maju, dan mampu menghasilkan harya yang luar biasa,’’ ucap Nabila.