Asosiasi Provinsi PSSI Jawa Timur mengancam akan memberhentikan Kompetisi Liga 3 Jatim. Keputusan itu disampaikan menyusul kerusuhan yang terjadi di 2 laga Liga 3 Jatim 2019. Kedua laga tersebut adalah Nganjuk Ladang vs Persibo Bojonegoro dan Persipro Probolinggo dan Persid Jember.
Dua kericuhan mewarnai Kompetisi Liga 3 Jatim 2019 pada Sabtu (4/10/2019). Secara hampir bersamaan, laga Nganjuk Ladang vs Persibo serta Persipro vs Persid diwarnai kericuhan yang melibatkan suporter, official, maupun pemain.
Akibat kejadian tersebut, Asprov PSSI Jawa Timur sebagai regulator siap memberhentikan Liga 3 Jatim 2019 jika kericuhan atau kejadian serupa kembali terulang. Hal itu ditegaskan oleh sekretaris PSSI Jatim, Amir Burhanuddin.
“Di sepakbola tidak boleh semaunya sendiri, semua ada aturannya. Setelah berkoordinasi dengan Ketua, wakil ketua dan para anggota komite eksekutif Asprov PSSI Jawa Timur bila kejadian ini terulang Liga akan kami hentikan,” tegas Amir Burhanuddin.
Seruan yang disampaikan Amir sebagai perwakilan Asprov PSSI Jatim tak main-main. Surat himbauan untuk pimpinan klub yang mengikuti kompetisi Liga 3 Jatim langsung dikirimkan.
Dalam surat elektronik nomor 513/B/PSSI-JATIM/X/2019 tersebut, Asprov menghimbau agar seluruh pimpinan klub untuk memberikan perhatian kepada para suporternya. Panpel juga diminta untuk menyiapkan personel keamanan yang lengkap sehingga tak ada lagi kekerasan sebelum, saat, dan sesudah laga.
Amir menambahkan jika kejadian di Nganjuk dan Probolinggo sangat mengecewakan. Sedikit banyak, kejadian ini mencoreng nama Jawa Timur yang konon dikenal sebagai barometer sepakbola Indonesia.
“Kejadian ini sangat mengecewakan dan memalukan dunia persepakbolaan di Jawa Timur. Apalagi beberapa hari lalu Kapolda sudah mengumpulkan semua suporter di Jawa Timur,” ucap Amir Burhanuddin.
Sementara itu, salah seorang suporter Persibo, Prima Dicky mengaku tidak setuju dengan rencana menghentikan kompetisi. Menurutnya, masih banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencegah kejadian serupa terulang.
Menghentikan kompetisi, bagi Prima, adalah keputusan yang bakal merugikan banyak pihak. Asprov PSSI Jatim harus memperhatikan para pemain di semua klub yang sudah berjuang keras dan para suporter yang turut memeriahkan kompetisi dari awal.
“Kalaupun ada wacana akan dihentikan terus bagaimana nasib pemain dan kontestan ke depannya? Asprov jangan hanya bisa menghukum, tapi juga mencari sebab permasalahan kenapa wasit bisa bersikap tidak adil,” ungkap pemuda berusia 25 tahun tersebut.
Masih menurut Prima, ada akibat karena sebab. Kejadian seperti di Nganjuk tidak akan terjadi jika wasit yang memimpin pertandingan bersikap fair dan tidak berat sebelah. Persibo kerap kali dirugikan keputusan wasit.
“Puncaknya saat Ananda Dhea jelas jelas dilanggar di kotak penalti tapi wasit tidak memberikan penalti untuk persibo,” tambah sosok yang mencintai Persibo sejak 2001 lalu tersebut kepada Jurnaba.co
Wacana untuk menghentikan kompetisi ini tentu harus dikaji lebih mendalam lagi. Alih-alih menghentikan kompetisi, akan lebih baik jika Asprov PSSI Jatim lebih aktif dalam menegakkan regulasi. Terutama regulasi tentang keamanan semua pihak selama pertandingan.
Verifikasi tempat pertandingan, aturan tentang jumlah personel keamanan, hingga penyegaran perangkat pertandingan jadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk membuat kompetisi Liga 3 Jatim lebih baik.