Ratusan orang duduk rapi di pinggir lapangan hijau menikmati pertandingan sepakbola antar tim kampung (tarkam) di salah satu kecamatan di Bojonegoro. Meski berisikan pemain-pemain amatir, jalannya laga tak kalah seru dari pertandingan Piala Dunia.
Sepakbola Indonesia tak bisa dilepaskan dari tarkam. Kompetisi yang dibuat untuk mengakomodasi para pemain amatir ini tak hanya sebagai ajang hiburan semata, tapi juga pembinaan. Tiap daerah di Indonesia punya kompetisi tarkamnya masing-masing. Tak terkecuali di Bojonegoro.
Di level Jawa Timur, iklim kompetisi sepakbola lokal Bojonegoro termasuk cukup baik. Kompetisi yang bernaung di bawah PSSI Bojonegoro berjalan istiqomah. Sampai saat ini, ada dua level kompetisi internal yang dijalankan secara resmi oleh PSSI Bojonegoro. Itu belum termasuk kompetisi level junior yang berjenjang.
Untuk tarkam di Bojonegoro sendiri, jumlahnya terus bertambah tiap tahunnya. Jenisnya pun juga beragam. Mulai yang membatasi umur hingga bebas memainkan siapa saja. Kondisi itu membuat para pemain yang berkompetisi di Liga Indonesia hingga pemain asing bisa turut serta.
Ada dua tarkam yang cukup populer di Bojonegoro. Yakni Talok Cup yang diselenggarakan di Desa Talok Kecamatan Kalitidu dan juga tarkam di Kecamatan Purwosari. Jika ditarik jauh ke belakang, di era 90-an sudah ada Bupati Cup dan Dandim Cup yang menjadi pelopor kompetisi tarkam di Bojonegoro.
Salah satu anggota Exco PSSI Bojonegoro, Dwi Hendri menceritakan bahwa budaya tarkam di Bojonegoro sudah terbangun sejak lama. Menurut pria yang berprofesi sebagai polisi tersebut, banyak pemain legendaris timnas Indonesia yang pernah tampil di kompetisi tarkam Bojonegoro.
“Dulu ada turnamen Bupati Cup yang digelar pada tahun 90 an. Salah satu pertandingannya mempertemukan tim dari Desa Sukorejo melawan Desa Kalianyar. Desa Sukorejo saat itu menyewa Bejo Sugiantoro untuk memperkuat tim. Sedangkan Desa Kalianyar punya I Putu Gede,” kenang Dwi Hendri.
Bejo Sugiantoro dan I Putu Gede merupakan contoh dari legenda sepakbola Indonesia yang sempat mencicipi kompetisi tarkam di Bojonegoro. Selain kedua nama tadi, ada pula nama-nama legendaris lain seperti Mursyid Efendi, Abdul Khirom, Nurbiyantoro dan juga Wawan Widiantoro.
Gengsi tinggi membuat tim-tim yang berlaga kerap menyewa (ngebon) pemain professional yang berlaga di Liga Indonesia. Istilah pemain bon-bonan pun sempat populer.
Hal ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi para warga yang haus akan hiburan. Roda perekonomian pun bergerak karena tak jarang panitia penyelenggara menjual tiket masuk bagi para penonton yang ingin menyaksikan pertandingan.
Namun, Asosiasi Kabupaten (Askab) PSSI Bojonegoro ingin mengubah paradigma kompetisi tarkam yang selama ini fokus pada hiburan saja. ASKAB PSSI Bojonegoro ingin menjadikan tarkam sebagai ajang pembinaan pesepakbola muda secara profesional.
Saat ini, di Bojonegoro, kompetisi tarkam lebih banyak diperuntukkan pada para pemain muda. Turnamen yang digelar belakangan ini fokus ke kelompok umur (KU). Mulai dari U-15, U-19 dan U-21. Hal itu dilakukan agar banyak pemain muda berkualitas lahir lewat kompetisi tarkam tersebut.
Salah satu pesepakbola muda asal Bojonegoro, Dwi Kurniawan merasakan betul manfaat dari tarkam. Meski belum genap berusia 20 tahun, Dwi Kurniawan sudah sering mengikuti tarkam di Bojonegoro. Menurutnya, tarkam sangat berguna untuk meningkatkan kualitas permainannya.
“Adanya tarkam sangat membantu karena turnamen usia muda di Bojonegoro masih jarang. Bermain melawan yang lebih tua atau lebih berpengalaman sangat berguna untuk melatih mental,” ujar Dwi Kurniawan.
Di 2018, Dwi Kurniawan berhasil tampil di ajang Liga 3 PSSI dengan memperkuat Persibo Bojonegoro. Meski masih berusia 17 tahun, satu tempat di skuat utama Persibo mampu diamankan oleh gelandang tengah tersebut.
Keberadaan turnamen sepakbola antar kampung di Bojonegoro tentu punya banyak manfaat. Selain menggerakkan warga kampung untuk berani berkompetisi secara sehat, tarkam juga beguna untuk memberikan kesempatan kepada para pemain muda menunjukkan bakatnya. Jadi jangan heran jika turnamen antar kampung seperti ini bisa melahirkan bintang-bintang sepakbola nasional.
Comments 1