Pentingnya kualitas keluarga dalam perlindungan anak. Menjadi tema yang ditetapkan Hari Anak Nasional (HAN) 2019. Harapannya momen HAN 2019 ini memantik kesadaran terhadap perlindungan anak.
Orang tua. Keluarga. Pendidik. Masyarakat. Dunia usaha. Media. Hingga pemerintah, diharap mampu mempertebal dalam pemenuhan hak dan perlindungan anak.
Buat yang belum punya anak. Tidak jadi masalah. Kamu bisa turut serta dengan peran yang tersedia. Kamu bisa mendidik anak tetangga. Bisa juga kamu berperan serupa Kak Seto.
Seorang kawan pernah bercerita pada saya. Kalau dia punya anak. Kelak akan dididik seperti Son Go Han. Sekejap saya menyambar omongan kawan saya. Lha terus yang mau jadi Piccolo siapa?
Lalu, kawan saya menyambar lagi. Bukan gitu maksud dan tujuannya. Kawan saya ini ingin mendidik anaknya kelak, kecilnya petarung besarnya jadi ilmuwan. Begitulah obrolan santai kami di sore hari. Sembari meneguk teh cap tanduk rusa.
Betewe tema HAN 2019 ini menarik. Suport sistem pada anak saling terjalin. Melengkapi satu sama lain. Meski letak intinya tetap pada pihak keluarga. Namun, jika hanya keluarga saja, anak jadi tidak keluar lingkaran. Maksudnya tidak keluar rumah.
Nanti anak jadi tidak tahu hal lain yang ada. Seperti Bang Haji Rhoma yang tidak tahu kalau di negara ini sudah ada festival musik. Yang panggungnya banyak. Seperti apa yang dikatan Kiki Aulia alias Ucup. Selaku program director Synchronize Festival.
Tagline tema HAN 2019 yang akan disuarkan: Kita Anak Indonesia, Kita Gembira! #KitaGembira. Untuk mengajak seluruh warga Indonesia. Merayakan dan merenungkan kembali perlindungan anak dalam keluarga.
Kemen-PPA menilai peringatan Hari Anak Nasional harus dapat dijadikan momentum. Meningkatkan kepedulian terhadap pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak.
Agar anak Indonesia yang berjumlah 79,6 juta pada tahun 2018. Dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Sehingga menjadi generasi penerus berkualitas tinggi. Demi negara tercinta ini. Karena saat ini masih banyak misi tentang hak dan perlindungan anak.
Sering kamu dengar juga. Masih ada anak yang belum mendapatkan pendidikan. Negara masih berusaha dalam hal pendidikan. Meski belum optimal setidaknya misi tersebut masih dicicil hingga sekarang.
Maraknya kekerasan kepada anak. Baik yang dilakukan oleh orang terdekat. Bahkan orang dewasa lainnya serta sesama anak itu sendiri. Belum lagi anak yang mendapat kekerasan di rumah, di jalan, di sekolah dan tempat-tempat umum lainnya.
Sehingga dapat mengganggu pertumbuhan serta perkembangan anak. Bisa jadi akan mengakibatkan anak pada saat dewasa. Menjadi pelaku kekerasan juga. Karena hal lampau yang pernah dialaminya.
Terlebih di era globalisasi. Arus informasi secara cepat dan bebas melanda seluruh lapisan masyarakat. Globalisasi tidak dapat dibendung. Dan akan berpengaruh terhadap kehidupan setiap individu.
Serta berdampak juga pada kehidupan dan perkembangan kepribadian anak. Keluarga sebagai inti berpengaruh besar dalam kehidupan seorang anak. Karena dari keluargalah seorang anak mendapat proses pengasuhan dan perlindungan.
Dalam keluarga seorang anak akan dididik dan dibesarkan untuk pertama kali. Dan dalam keluarga seorang anak mendapat pengasuhan. Sehingga memperoleh perlindungan dari berbagai macam hal yang mengganggu kehidupannya.
Sebab itu kualitas keluarga harus ditingkatkan. Sehingga keluarga terlebih orang tua. Dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Untuk melindungi dan memenuhi hak anak. Karena anak merupakan generasi penerus bangsa.
Tapi ingat jangan over protektif serta insecure. Bukannya anak jadi tumbuh dan berkembang. Tapi malah sebaliknya. Tidak tahu kehidupan luar. Karena selalu ada dalam toples lindungan. Kan kasihan juga nanti anaknya.