Perintah yang pertama kali turun ke Kanjeng Nabi ialah membaca. Maka dari itu membaca amat sangat penting. Namun lebih urgen lagi, jadikan membacamu bukan hanya sekadar membaca.
Sudah membaca apa saja hari ini, Nabs? Membaca merupakan suatu aktivitas bentuk penyadaran kepada diri sendiri, dari membaca kita dapat menambah pengetahuan dan ilmu. Kenapa kita harus membaca? Dan apa urgensinya membaca?
Menurut data yang di keluarkan oleh UNESCO 2016, ketertarikan masyarakat Indonesia dalam membaca sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya dari 1.000 orang, hanya 1 orang yang rajin membaca. Sedangkan minat baca masyarakat Indonesia berada di peringkat 60, hanya satu tingkat diatas Botswana, salah satu negara di Afrika yang berada di peringkat 61.
Dari data di atas menunjukan keprihatinan bangsa Indonesia atas budaya literasi yang sangat minim. Hal ini terjadi karena kurangnya akses, terutama di daerah terpencil yang sangat terbelakang seperti Indonesia bagian Timur.
Nabs, merujuk pada data yang dikemukakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mengungkapkan, anak di Indonesia timur menghadapi tantangan multisektoral, salah satunya karena kesenjangan pendidikan dan kemampuan dasar.
Seperti halnya jenjang SD di lima provinsi di Indonesia timur, yakni Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua, dan Papua Barat, terdata 11.746 SD. Namun, sekolah yang punya perpustakaan hanya 6.410 SD atau sekitar 54 persen.
Selain hal tersebut, adanya kesenjangan dan kurang meratanya pendidikan akibat komersialisasi pendidikan di Indonesia. Hal ini menyebabkan pendidikan di Indonesia hanya dapat di akses oleh orang-orang tertentu dan mengikuti logika pasar bebas atau lebih di kenal dengan istilah liberalisme pendidikan.
Oleh karena itu, Nabs. Perlu kita sadari bersama bahwa membudayakan membaca sangatlah ditekankan bagi kita yang sadar akan itu. Membaca atau mengkampanyekannya merupakan langkah awal untuk meningkatkan minat baca, seperti membuka lapak buku, atau membangun komunitas baca atau perpustakaan di sudut-sudut desa tempat kita tinggal.
Membaca bukan hanya sekadar membaca dan menghafalkannya. Namun, memperdalam serta memperakktekan apa yang kita baca juga sangat ditekankan.
Disamping itu, dalam istilah membaca kita tidak boleh mengartikannya secara sempit, tetapi dalam artian luas seperti membaca keadaan realita yang ada, membaca keadaan sosial masyarakat, keadaan lingkungan kita serta dinamika di kehidupan kita. Sehingga kita tidak apatis dalam memandang keadaan disekeliling kita.
Ageng Prayoga merupakan mahasiswa UINSA Surabaya