Saya pernah mendapati teman saya dimarahi ibunya habis-habisan karena teman saya ini tidak mau melipat baju dengan benar dan menatanya dengan rapi di lemari baju.
Ibunya sering loh ngebilangin teman saya ini untuk rapi dan disiplin dalam hal menata baju-bajunya. Mulai dari menasehati dengan cara halus sampai kasar. Tapi tetap saja teman saya melakukan hal yang membuat ibunya jengkel.
Atau fenomena yang sudah familiar ditengah-tengah kita, yaitu anak – anak takut dimarahin emaknya hanya karena tupperware ketinggalan / hilang disekolah.
Kita tau bahwa melipat baju dan meletakkannya dengan rapi ditempatnya akan menjadikan barang-barang lebih terorganisir, nyaman dipandang mata.
Emak-emak yang ngomel-ngomel agar membawa kembali tupperware yang sudah ditinggalkan itu maknanya kita diminta untuk menjaga barang yang kita miliki sekarang ini sehingga bisa menghemat pengeluaran yang lain.
Atau pengalaman saya sendiri, saya sangat peduli dengan sahabat saya, setiap dia ada masalah saya selalu menyarankan sesuatu yang menurut saya baik, tapi sahabat saya ini orang yang cukup sulit. (Mungkin dia punya ideologi sendiri).
Saya sarankan A gamau, saran B ga dilakuin, saran C malah ga didengerin, mengatakan saya orang bawel hahaha. Karena dia selalu mengeluh dan tidak pernah mau mencoba rekomendasi dari saya, hal ini tentu membuat saya kesal.
Kesal karena dia tidak menghargai saya, alhasil saya jadi suka mengkritisi dia, menganggap bahwa saya yang paling benar dan dia yang salah. Ujung-ujungnya apa? hubungan kita sempat renggang. Renggangnya sampai mau menyapa pun kita sama-sama ogah.
Dipikir-pikir, maksud dari ketiga kasus diatas itu baik. Hanya saja cara mereka menyampaikan untuk orang-orang sulit ini mungkin kurang tepat.
Kalau kalian sebagai seorang anak dan pernah mengalami kejadian di 2 kasus diatas, bagaimana perasaanmu? Apakah kamu merasa menyesal dan tidak ingin mengulanginya lagi?
Apa justru kamu malah jadi Innocent alias tidak merasa bersalah karena sudah sakit hati duluan dengan perlakuan ibu kalian?
Saya berfikir, jika dari banyaknya kasus yang memiliki pola sama seperti contoh-contoh diatas dan pada akhirnya itu tidak berguna dalam sebuah hubungan, pasti ada cara lain yang lebih efektif untuk tetap menjaga hubungan kita tetap sehat dengan orang-orang sekitar yang bisa dibilang sulit (sulit karena tidak sesuai dengan keinginan kita).
Apakah kamu hanya berfikir bahwa “kita sakit hati karena terlalu berharap pada orang lain”, “Kita tidak bisa merubah oranglain” ?
Saya tidak mengakui bahwa kedua pikiran itu salah, karena saya juga memiliki prinsip seperti itu.
Namun sebagaimana pepatah bilang, ada 1001 jalan menuju roma. Daripada terus menerus berpatok pada pikiran “kita sakit hati karena terlalu berharap pada orang lain”. Tidak salah juga jika kita melakukan bebarapa tips menjaga hubungan tetap sehat namun juga tidak membuat kita putus harapan dengan orang tersebut.
Btw, saya cukup menyesal kenapa tidak mengetahui tips ini sejak dulu ketika saya mulai bersosialisasi. Tapi semua sudah terjadi dan lebih baik terlambat daripada tidak mencoba sama sekali.
Tips ini saya dapatkan dari David J. Lieberman dalam tulisan bukunya yang berjudul the Psychology of Emotion. :
– Hormati
Agar menjaga hubungan tetap harmonis, kita perlu menununjukkan rasa hormat kita kepada orang tersebut. Untuk menunjukkan rasa hormat kepada doi, terdapat 2 cara; yang pertama kamu bisa dengan memanfaatkan perantara pihak ketiga (bisa dengan teman si yang bersangkutan) dengan cara menyampaikan bahwa kamu begitu menyukai dan menghormati si dia, atau cara yang kedua kamu bisa langsung menyampaikan pujian ke orangnya secara langsung atas apa yang telah ia lakukan. Karena, saat orang yang bersangkutan mengetahui bahwa kamu mengagumi dia, membuat dia berfikir dua kali untuk menyakitimu. Intinya, jangan pernah melakukan sesuatu yang menunjukkan kamu tidak menghormati orang tersebut.
Tunjukkan Antusiasme yang tulus
Menurut Daniel Goleman penulis buku Social Intelligence & Emotional Intelligence mengatakan bahwa Senuman adalah sinyal emosional yang plaing menular, dan memiliki kekuatan tak tertahankan untuk membuat orang lain membalasnya. Tersenyum tidak hanya membuat orang lain senang, tapi juga membantu emosional kita lebih baik.
– Biarkan dia memberimu sesuatu
Kita selalu berfikir bahwa untuk membahagiakan orang yang bersangkutan akan lebih baik jika kita sendirilah yang lebih banyak memberi daripada menerima. Padahal, hal ini tidak sepenuhnya benar, karena naluriah manusia selalu ingin memberi, maka biarkan dia memberi kamu sesuatu atau minta tolong sesuatu yang membuat dia berusaha untuk memberikannya.
Contoh, meminta tolong untuk mengambilkan permen yang ada disampingnya. Sederhana? tapi secara perlahan ini dapat melatih yang bersangkutan agar tidak terbiasa menolak sesuatu yang ada hubungannya dengan kamu.
– Kemiripan selalu saja menarik
Banyak yang mengira bahwa dengan adanya perbedaan bisa menjadikan tempat kita untuk belajar menghargai oranglain. Namun, sebuah penelitian mengatakan bahwa banyaknya perbedaan dapat menimbulkan perselisihan lebih tinggi dibanding hubungan yang masing-masing pelaku memiliki kesamaan. Walaupun seandainya memiliki perberbedaan, pasti ada satu dua hal kesamaan mu dengan dia, maka dari itu lebih banyaklah membahas sesuatu yang sama-sama kalian suka.
– Ucapkan kata-kata yang menyenangkan
Manusia pada dasarnya suka jika mendengar sesuatu yang baik terkait dirinya. Bahkan ada yang berusaha mencari validasi kepada orang lain bahwa dirinya adalah orang yang baik, cerdas, dll.
Sehingga, kamu bisa memanfaatkan hal ini dengan cara memberikan pujian, rasa hormat kepadanya, serta apresiasi yang spesifik ada di diri mereka.
– Jadi sekutu
Ketika seseorang sedang melakukan kesalahan, yakinkan dia bahwa semua orang pasti akan melakukan kesalahan & tidak perlu terlalu keras pada diri sendiri. Apapun yang kita lakukan, jangan mengkritik atau menghukum orang tersebut. Dalam situasi seseorang sedang berselisih, untuk menjaga sebuah hubungan tetap dukung dan bela dia jika memang benar.
– Tunjukkan sisi manusiawi
Memang manusia paling suka menceritakan keberhasilannya, sesuatu hal yang ia bisa dibanggakan ke orang lain mungkin hal ini tidak sepenuhnya salah & bermaksud menyombongkan diri, bisa jadi bertujuan untuk memberikan sebuah dorongan orang lain dengan berkaca pada keberhasilan kita. Ada kalanya kita perlu merendahkan diri dan mulai berkata jujur apa kekurangan, kelemahan, mengatakan sesuatu yang tidak bisa dibanggakan dari diri di depan rekan kita untuk membuat pendekatan yang lebih baik.
– Mengurangi Idealisme
Pemicu rusaknya sebuah hubungan faktor terbesarnya adalah memiliki idealisme masing-masing, memang tidak menghancurkan sebuah hubungan secara langsung, namun membuat kedua belah pihak semakin mempunyai alasan yang jelas untuk membenci satu sama lain.
mungkin ini juga yang pernah saya alami dengan sahabat saya, lalu apa yang perlu kita lakukan? Ada 2 fenomena psikologi yang bisa kita praktik kan; 1. Disonansi Kognitif. Jika kamu memperlakukan seseorang dengan baik, tidak peduli seburuk apapun orang itu memperlakukanmu, maka dia selalu merasa harus mencari tahu kenapa dia berbuat kasar dan tidak toleran kepada orang yang selalu berbuat baik padanya. Orang yang mengalami fenomena ini akan menganggap bahwa kamu adalah orang baik yang sedang berbuat kesalahan, bukan orang jahat yang seharusnya tidak dipedulikan.
2. Reduksi rasa bersalah, Orang akan rela melakukan apapun untuk menghilangkan rasa bersalahnya. Dengan kamu terus menerus berbuat baik disaat dia berbuat yang tidak baik kepadamu, maka dia pasti memiliki rasa bersalah dan untuk menghilangkan perasaan tersebut dia akan merubah sikap dia yang awalnya tidak toleran terhadapmu menjadi orang yang toleran.
Okay, sekian pengetahuan yang telah saja pelajari.
Apa yang telah rekan-rekan baca pada artikel ini tidak akan membawa dampak apapun di kehidupanmu jika tidak dibarengi dengan implementasi di kehidupan sehari-hari.