Ikatan Keluarga Alumni Bahrul Ulum (IKABU) Bojonegoro – Blora bekerjasama dengan Jurnaba, adakan forum diskusi dengan tema Napak Tilas Peradaban Islam di Padangan dan Cepu (11/4). Kegiatan diadakan di Masjid Cendono Padangan itu, dihadiri banyak pihak.
Hadir dalam acara, para sarkub (pemerhati makam) dari berbagai wilayah, terutama Padangan, Cepu, Bojonegoro dan Blora. Hadir pula para budayawan dan pemerhati sejarah dari Bojonegoro dan Blora. Mereka hadir untuk membincang peradaban islam di Padangan.
Peradaban Padangan memang menarik dikaji. Sebab, ia membentang dari wilayah timur sungai (Padangan) dan barat sungai (Cepu), sebagai bagian dari pusat persebaran islam di wilayah Bojonegoro.
Peradaban islam di Padangan memang sepuh. Ini bukan sekadar dongeng hiperbolis. Tapi tebukti secara ilmiah, empiris, berbasis manuskrip dan data arkeologis. Tak heran banyak makam Aulia sepuh yang berada di Padangan.
H. Farid Anshoruddin, Ketua IKABU Bojonegoro-Blora mengatakan, acara ini ditujukan untuk memahami peradaban islam di Padangan dan Cepu secara ilmiah. Selain itu, juga menauladani siai baik para pendahulu yang ada di wilayah tersebut. “Ini masih awal, harapannya tentu ada tindak lanjut acara” ungkapnya.
M. Khudori, salah satu anggota IKABU dan panitia acara mengatakan, dia sangat mendukung adanya proses penulisan sejarah secara ilmiah. Terutama yang saat ini sedang gencar dilakukan generasi muda. Menurut dia, acara ini jadi bagian dari proses dukungan pencatatan sejarah secara ilmiah. Sehingga, generasi ke depan bisa memahami sejarah secara otetik dan bisa dipertanggungjawabkan.
Senada dengan itu, Ketua Panitia acara, Zamrony Mashudi menambahkan, penemuan sejumlah manuskrip kuno di Padangan harus jadi pemicu terbentuknya ekosistem penelitian ilmiah di Padangan. Terutama penelitian dalam bidang peradaban. “Acara ini semoga menjadi titik temu para sarkub di wilayah Padangan dan sekitarnya, untuk lebih mengedepankan penelitian berbasis manuskrip” ungkapnya.
Salah satu peserta, Ngastasio Kertonegoro, pemerhati sejarah Bojonegoro menyatakan, ditemukannya berbagai catatan manuskrip sepuh di Padangan, jadi modal penting yang mampu memetakan narasi sejarah di wilayah Bojonegoro dan sekitarnya. Menurut dia, hal itu spesial karena tak ditemukan di daerah lain. Karena itu, giat-giat kajian ilmiah juga harus sering dilakukan. “Tak hanya peradaban islam, bahkan peradaban sebelum islam pun sudah sangat besar di Padangan” ucap dia.
Dalam pemaparannya, Ahmad Wahyu Rizkiawan, salah satu narasumber mengatakan, penemuan berbagai manuskrip dan kitab kuno tulisan tangan di Padangan, memang jadi bukti otentik terkait sepuhnya peradaban islam di Padangan. Karena itu, menurut dia, ini harus jadi pintu gerbang bangkitnya tradisi ilmiah dalam menceritakan keberadaan makam di Tlatah Padangan.
Sementara itu, M. Lutfi Ghozali, ahli pernisanan sekaligus narasumber utama dalam acara menyatakan, makam merupakan museum peradaban. Keberadaanya harus dikaji secara ilmiah. Berbasis pembacaan manuskrip dan catatan pada nisan. Sehingga, tak menimbulkan kesesatan.
Penulis buku Nyarkub, Mengkaji Kuburan itu juga berpesan, kajian ilmiah amat penting. Mengingat, banyak sekali pemahaman masyarakat yang jauh dari paradigma ilmiah. Karena itu, di Padangan, dengan banyaknya manuskrip dan catatan yang telah ditemukan, harus jadi modal utama untuk membangun tradisi ilmiah dalam hal kegiatan sarkub.
“Untuk melihat sebuah makam, harus ada catatan dan riwayat yang sahih, sehingga tidak menyesatkan”. Ungkap dia.