Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) membuktikan bahwa manusia justru dikendalikan gadget. Nah, gaya hidup Joy of Missing Out (JOMO) jadi obat bagi kecemasan akibat FOMO.
Gadget yang harusnya membantu hidup manusia, berubah jadi candu mencemaskan, yang tak segan menali dan memenjara ruang gerak manusia. Ia menjadi monster yang diciptakan manusia sendiri.
Sebelum masuk lebih dalam pada tulisan ini, Nabsky, mari kita berniat untuk mengembalikan gadget pada khittahnya. Hehe emang bisa?
Gadget dilahirkan untuk memudahkan hidup manusia. Bukan sebaliknya, mencemaskan dan mengendalikan manusia. Jadi, jangan mau dikendalikan gadget, tapi kendalikanlah gadget.
JOMO— bukan JOMBLO lho ya— adalah lawan dari FOMO. JOMO adalah gaya hidup lebih santai. Cara hidup yang ogah dikendalikan gadget. Namun memilih untuk abai dan lebih pada mengendalikan fungsi gadget itu sendiri.
Jika FOMO adalah ketakutan dan kecemasan akan kehilangan atau ketinggalan sesuatu di media sosial, JOMO sebaliknya. Ia kemampuan untuk menikmati hidup tanpa tekanan. Bahkan mampu menikmati dan biasa aja ketika kehilangan berita-berita di media sosial.
Dokter dan penulis kesehatan di Psychologytoday, Kristen Fuller menjelaskan, Joy of missing Out (JOMO) adalah gaya hidup tenang. Sebuah cara menjalani hidup di jalur lambat. Jalur yang tidak tergesa-gesa. Bahkan, cenderung abai ketika kehilangan berita-berita terbaru.
Nabs, gaya hidup JOMO itu lebih menghargai koneksi antar manusia. Dengan sengaja menikmati hidup tanpa keriuhan dan ke-serbacepat-an informasi. Dan dengan damai, memberi izin pada diri sendiri untuk mengakui di mana kita hidup dan berada saat ini.
JOMO menjadi penangkal cerdas untuk mengendalikan FOMO. Sebab, JOMO adalah tentang hadir dan puas dengan apa yang dimiliki dan di mana kita berada saat ini. Dan kau tahu, Nabsky, itu adalah rahasia menemukan kebahagiaan.
Dengan berpuas pada apa yang dimiliki, sama halnya kamu membebaskan ruang kompetitif dalam pikiran. Dan ketika kamu membebaskan ruang kompetitif di pikiranmu, kamu bakal memiliki lebih banyak waktu, energi, dan emosi untuk mengerjakan prioritas hidup.
Secara sederhana, untuk menghindari FOMO, mulailah menikmati hal-hal kecil. Menikmati waktu ketika maem, mengemudi, berbincang, atau saat melakukan tugas sehari-hari. Ini bakal membikin kamu bisa jauh dari gadget dan terhindar dari FOMO.
Kamu juga harus bersedia untuk tidak memiliki segalanya, Nabs. Ini penting sebab keinginan memiliki segalanya adalah sumber masalah. Sejatinya, kebutuhan itu terbatas, namun keinginan tak pernah memiliki batas. Karena itu kamu harus bisa memutuskan mana yang prioritas.
Belajar menerima apa yang ada pada diri sendiri juga penting untuk menghindari FOMO. Daripada sibuk mencari pengakuan orang lain, lebih baik mencoba berpuas diri pada apa yang kamu miliki saat ini.
Mulailah meluangkan waktu untuk menghirup aroma dapur, melihat pemandangan sekitar rumah, menikmati makanan, dan berkomunikasi dengan orang-orang terdekat. Menikmati perihal kecil yang dilakukan sehari-hari juga sangat penting agar bisa abai terhadap gadget.
Nabsky, cara terakhir yang bisa kamu lakukan untuk tidak kecanduan gadget dan mengalami FOMO adalah bersyukur. Sebab semakin seseorang bersyukur, semakin kecil kemungkinan untuk depresi, cemas, kesepian, dan iri hati.
Mereka yang tidak kecanduan pegang gadget, niscaya hidupnya mudah dan santai. Sebab, mereka tidak mudah terprovokasi dengan keinginan-keinginan utopis yang disajikan medsos melalui gadget.
Tapi, hidup men-JOMO dan men-JOMBLO itu ada hubungannya gak sih? Eh.