Orang-orang yang menolak cinta sakit tapi malah jatuh cinta sakit.
Masa libur pergantian tahun kali ini terasa sebentar. Terbukti, bagi siswa sekolah hanya libur 10 hari. Karyawan pabrik malah libur di tanggal merah saja, persis bapak ibu dinas yang hanya libur di hari libur nasional, kecuali di hari sabtu, sebagian dari mereka libur.
Bagi mahasiswa, libur terbagi menjadi dua. Bagi mahasiswa semester awal, libur benar-benar berarti libur. Artinya ia terbebas dari tugas yang menumpuk, terbebas dari dosen killer yang satu semester bertatap muka terus, terbebas dari rutinitas kampus yang begitu-begitu terus.
Bebas dari segala hal yang berbau kampus. Saatnya bersenang-senang dan memerdekakan hati serta pikiran.
Lain halnya dengan mahasiswa menengah ke atas. Utamanya bagi mahasiswa semester 5 dan 7. Liburan semacam singa kelaparan yang siap menerkam kita saat lewat. Bagaimana tidak. Saat ingin melangkah, mata-mata singa itu sudah tajam menatap kita. Kita bagai rusa yang hendak dijadikan santapan lezat.
Hmm.. Tidak ada liburan bagi kami. Liburan justru tugas-tugas datang bak hujan deras di kala petang. Berharap senja yang datang, eh malah hujan yang membawa kenangan tugas. Duh.
Tapi bagaimana pun juga, tugas-tugas kuliah harus tetap dilaksanakan. Begitu pula PKL (Praktik Kerja Lapangan), PPL (Praktik Profesi Lapangan), KKN (Kuliah Kerja Nyata) juga harus dituntaskan.
Liburan yang amat sangat singkat ini harus dimanfaatkan dengan baik. Biasanya masih ada beberapa hari untuk menikmati kebebasan sebelum kembali dihadapkan pada realitas baru dunia kemahasiswaan.
Walau hanya beberapa hari, harus benar-benar dinikmati betul. Apalagi bagi kamu yang masih sehat. Kamu bisa jalan-jalan keliling desa, ke sawah untuk ndaud (mencabut benih padi), kecek di kali, hujan-hujanan menyembunyikan air mata atau sekadar sarapan sambil lihat sunrise di sawah.
Atau kamu yang lagi ada uang, bisa menikmati kebebasan dengan jalan-jalan ke taman kota, ke pantai bersama keluarga atau menyiapkan carrier dan menaklukan alam yang menjulang ke angkasa bersama kawan-kawan juga.
Tapi, bagi kamu yang tidak dapat menikmati keduanya karna nikmat sehatmu sedang diangkat alias sakit, tetaplah berbangga dan berbahagia. Karna kamu masih bisa merasakan pergantian tahun. Hehe
Memang akhir 2019 banyak penyakit yang bertamu di tubuh kita seiring dengan cuaca yang tidak menentu. Pagi sampai siang cerah dan panas, sore sampai malamnya hujan dan dingin. Hampir setiap hari seperti itu. Tak jarang, penyakit pun mampir.
Bagi mahasiswa khususnya. Segala penyakit mulai mengjangkiti. Batuk, flu, panas, demam, DBD, types hingga hepatitis tak pandang bulu. Ia menyerang mahasiswa yang tidak serius menjaga kesehatan tubuhnya dan mengatur pola makanannya. Bahkan, di daerah kuliah saya (Jember), hepatitis A menjadi trending dan penyakit favorit yang disematkan pada para mahasiswa.
Padahal penyakit-penyakit di atas bukan penyakit sepele. Melainkan penyakit yang amat cepat mendukung kematian seseorang jika tidak ditangani dengan baik dan benar. Tentu, kesadaran diri sangat diperlukan untuk hal ini.
Ketika sudah sakit, orang-orang akan ramai-ramai merayakan liburan mereka di rumah sakit. Padahal sejatinya rumah sakit bukan tempat liburan tapi untuk penyembuhan. Tapi pernyataan ini berbeda dengan yang dikatakan almarhumah Ibu Ainun Habibie.
Kira-kira begini yang Eyang Putri katakan di film Habibie dan Ainun 3, “Rumah sakit itu tidak hanya untuk orang sakit. Tapi bagi yang sehat pun rumah sakit terbuka baginya.”
Saya sangat sepakat dengan beliau. Mindset orang-orang bahwa rumah sakit hanyalah tempat orang sakit tidak sepenuhnya benar. Orang yang sakit dan baru periksa ke rumah sakit sejatinya ia sudah terlambat.
Maka sebenarnya ketika sehat pula, kita bisa berkonsultasi kepada dokter untuk mencegah sakit. Ini sama halnya dengan sedia payung sebelum hujan.
Tapi yang terjadi, ketika sakit barulah merujuk ke rumah sakit. Padahal menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, salah satu fungsi rumah sakit itu “pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna..”
Inilah alasan mengapa waktu liburan kita justru habis di rumah sakit. Ketika kita sudah merasa payah, lelah dan ada tanda-tanda sakit, kita memaksakan fisik kita bahwa kita kuat dan masih bisa beraktivitas. Padahal, tubuh juga butuh waktu jeda. Tubuh butuh istirahat. Tapi kita memforsir diri untuk terus berkegiatan tanpa henti.
Nabsky, nikmatilah sakitmu, karena itu sebagai pengingat akan waktu istirahatmu. Walau libur dan hanya bisa rebahan di kasur, nikmatilah. Dan perlu diingat, Nabs, sehat itu sangat penting dan mahal.
Karena itu, mari menjaga pola makan, aktivitas dan kesehatan kita. Dan terakhir, Orandum Est Ut Sit Mensana Incorpore Sano. Marilah kita berdoa semoga di dalam tubuh yang sehat terdapat pula jiwa yang sehat.
Nabs, tetap tersenyum dan bahagia. Salam dari orang-orang yang menolak cinta sakit tapi malah jatuh cinta sakit.